"Mengingat hal itu, aku khawatir kau akan melakukan hal yang sama. Meski sekarang kau bilang kalau kau tak akan melakukannya, tetapi kalau sudah sangat emosi besar, tanganmu akan mengotori dirimu sendiri. Kita tidak akan tahu apa yang akan dilakukan seseorang ketika kehilangan akalnya akibat emosi tersebut. Dendam akan terus tumbuh di dalam dirimu walau kau menyangkal dan berkata kalau kau tidak membenci orang itu. Namun dirimu sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, bukan? Maka dari itu, aku datang untuk mengingatkanmu." Aku menundukkan kepalaku ketika mendengar ucapannya. Entah kenapa hatiku menjadi sedikit tenang dan lega saat lelaki di sampingku ini berkata seperti itu. Aku juga merasa kalau ada sedikit harapan untuk terbebas dari ancaman dan perintah Papa melalui lelaki di depanku ini.
"Mungkin aku terlalu ikut campur. Maafkan aku! Aku tak berma-"