Suara tepukan tangan orang-orang menggema dalam ruangan. Mereka memuji keberhasilan seseorang yang tengah berdiri di atas panggung.
"Selamat Maria!" ucap salah satu host yang membacakan reward penghargaan aktris terbaik.
"Terima kasih."
"Selamat Mar!" ucap yang lain.
"Makasih."
"Silahkan!" ucap mereka sambil memberi jalan Maria untuk naik ke atas podium.
Maria pun dengan senang hati naik ke sana. Ia mulai berpidato dan mengucapkan ribuan terima kasih. Senyumnya mengembang sempurna hingga ... dirinya melihat kearah 3 orang yang tengah duduk di meja yang sama.
"Terima kasih semua!" Maria langsung memberi hormat dan tersenyum manis.
xxxx
Acara berakhir dengan meriah. Hampir semua dari mereka bahagia. Dan tak bisa dipungkiri. Ada juga yang merasa kecewa, karena tak berhasil memenangkan nominasi award kali ini.
"Selamat Maria!" ucap seorang pria pada Maria sambil mengulurkan tangannya.
"Terima kasih. Dan terima kasih juga atas sponsornya hari ini. Berkat pakaian dari anda, banyak orang yang memuji saya hari ini." Maria menjabat sebentar tangan pria di depannya.
Pria itu sedikit terkejut dengan jawaban Maria. Namun ia menyadari akan keadaan. Kalian perjamuan resmi.
"Tidak - tidak! Ini karena anda memang cantik. Makanya pakaiannya tampak bagus."
"Terima kasih."
"Maria!" panggil seorang perempuan. Maria langsung menoleh. "Selamat ya!"
"Terimakasih." Maria meraih bunga yang disodorkan perempuan itu. Disebelahnya seorang pria yang amat mirip dengan perempuan itu berdiri tegap.
"Selamat ya!" ucap pria itu sambil tersenyum hangat.
"Sama-sama."
"Ng?" Seorang perempuan mendekat dan berdiri di sebelah Maria. "Malam Pak Rian! Malam Bu Reni!"
"Malam!" jawab keduanya serentak.
"Malam Pak Tama!"
"Malam!" jawab Tama.
"Saya Sabrina manajer dua Maria." Perempuan itu membagikan kartu namanya. "Mohon bantuan untuk kedepannya dan maaf, kami harus pergi sekarang. Kalau tidak besok akan telat untuk syuting di Bali."
"Oh! Iya silahkan!"
"Permisi!" ucap Maria sungkan. Ia lalu pergi meninggalkan ketiga orang yang menatap sendu kepergiannya.
"Dia masih marah?" tanya Reni. "Wajar sih. Kita yang ninggalin dia selama sembilan tahun ini."