Setelah kepergian lelaki itu, Dinda akhirnya menjelaskan siapa sebenarnya lelaki yang telah menggendongnya tadi, yang tak lain adalah Revan Adijaya, yang sempat membuat Kiara terkejut ternyata lelaki itu adalah orang yang sama yang ditabraknya di kafe waktu itu
"Din....kenapa kaki aku makin sakit ya ?" tanya Kiara yang melihat kakinya makin membiru di pagi hari saat ia bangun tidur
"aku kan sudah bilang, dibawa kerumah sakit semalam, tapi kamunya yang terus aja nolak" jawab Dinda yang semakin kesal namun tak tega melihat sahabatnya bersedih
"aku kira cuma lecet biasa aja, dikasih salep juga akan sembuh sendiri" ucap Kiara dengan nada bergetar dan sedikit mengeluarkan air mata karna menahan sakitnya
"udahlah Ki....jangan nangis gitu dong, aku kan jadi panik, ayok sekarang aku bantu siap siap, kita segera ke dokter" ucap Dinda sambil membantu Kiara bersiap siap pergi ke dokter
"kita berangkat sekarang Din...?" tanya Kiara sambil berjalan menuju teras rumah dengan dipapah oleh Dinda
"iya....tapi kamu tunggu sebentar ya, aku mau masuk dulu kedalam" jawab Dinda sambil membantu Kiara duduk diteras rumahnya
saat Dinda keluar dari dalam rumahnya "jangan lupa kunci pintunya Din...." ucap Kiara
"iya...." jawab Dinda singkat
"kalo gitu kita berangkat sekarang ya !" ucap Kiara sambil berusaha berdiri dari duduknya
"sebentar, aku lagi nunggu jemputan" jawab Dinda, karna tanpa sepengetahuan Kiara Dinda telah menghubungi Revan terlebih dahulu, karna kalo Kiara tau pasti ia akan menolaknya
"emangnya siapa ?, apa kak Satria yang akan menjemput kita ?" tanya Kiara penasaran
"bukan lha.....bukan kak Satria, tuh....orangnya dah datang yang jemput" ucap Dinda sambil menunjuk ke arah mobil yang barusan berhenti di depan rumah Kiara
Kiara pun menoleh dan nampak terkejut, melihat seseorang yang keluar dari mobil di depan rumahnya
"gimana, kita berangkat sekarang ?" tanya seseorang yang barusan keluar dari mobil tersebut
"pak Revan !, kenapa pak Revan bisa ada disini ?" tanya Kiara bingung
"Kiara.....jadi orang jangan polos polos amat gitu dong ! ya jelas jelas pak Revan yang akan mengantar kita ke dokter" jelas Dinda yang sedikit kesal dengan kepolosan Kiara
"kenapa mesti minta antar pak Revan, kan kita bisa minta tolong kak Satria buat antar kita ke dokter" ucap Kiara
"kak Satria kan sedang keluar kota, dan gak tau kalo kaki kamu cidera, kalo sampai tau sudah pasti aku kena omelin secara gratis" ucap Dinda
sedangkan Revan yang ada diantara mereka hanya diam mendengarkan percakapan kedua gadis tersebut, dan di dalam hati Revan sempat bertanya tanya kira kira siapa Satria itu
"kalo gitu, kita berdua aja kan bisa ke dokternya" ucap Kiara yang masih menolak bantuan Revan untuk mengantarnya ke dokter, karna entah mengapa hatinya selalu tak karuan kalo ada di dekat Revan dan seperti ada getaran aneh didalam dadanya
"kamu mau naik motor, dengan keadaan kaki kamu seperti itu ?, aku cuma mau kamu cepat sembuh, apa kamu mau tidak bisa masuk kerja ?" omel Dinda kepada Kiara
Kiara hanya mendengarkam omelan Dinda dan terpaksa Kiara pun menyetujui kemauan sahabatnya untuk meminta Revan memgantarkan mereka kedokter, dan akhirnya mereka pun pergi ke dokter debgan menaiki mobil Revan, yang pada saat itu ia tidak memakai sopir dan entah mengapa ia sengaja ingin mengantar mereka berdua selayaknya sopir pribadi dengan posisi ke dua gadis itu duduk dijok penumpang
saat tiba dihalaman rumah sakit, Revan segera memarkirkan mobilnya ditempat yang sudah disediakan, dan sebelumnya ia sudah menelpon dokter pribadinya saat Dinda menghubunginya dan memintanya mengantarkan ke rumah sakit
"ayo, biar aku bantu" ucap Revan saat melihat Dinda kesulitan mengeluarkan sahabatnya dari dalam mobil
belum sempat Kiara menolaknya, lagi lagi Revan sudah menggendongnya dan bawanya masuk serta menurunkannya di kursi roda yang sudah ia persiapkan sebelumnya, sontak saja membuat mata orang orang yang ada di dalam rumah sakit begitu kagun melihat Kiara yang bisa bisanya digendong oleh pengusaha muda yang terkenal dingin dan sombong itu
"gimana keadaan kaki gadis ini dok ?" tanya Revan saat sudah berada diruangan dokter pribadinya
"pak Revan gak perlu khawatir kaki nona ini hanya terkilir dan saya akan memberikan salep serta obat yang harus diminum untuk mengembalikan kondisi kaki nona ini" jawab dokter itu sambil menuliskan selembar resep
"baiklah kalo gitu dok !, saya permisi dulu" pamit Revan serta Dinda dan dibalas anggukan dan senyuman oleh dokter tersebut, kemudian Dinda mendorong kursi roda Kiara dan meninggalkan ruangan dokter itu
"kalian tunggu dulu disini ya !, saya akan tebus obatnya dulu" ucap Reva saat ia selesai membantu Kiara masuk ke dalam mobil
Kiara dan Dinda hanya bisa menatap ke pergian Revan lelaki yang terkenal dingin dan sombong, tapi dalam pikiran mereka saat ini hanyalah yang ada seorang lelaki baik yang sedang ada didepannya, setelah Revan menyelesaikan menebus resep obat ia pun segera melajukan mobilnya menuju kediaman Kiara
"Ki....aku pulang ke rumah sebentar ya !!, ada sesuatu yang harus aku ambil" ucap Dinda saat mereka sudah tiba di rumah Kiara
"iya....kamu pulang aja dulu, sekalian aku titip salam buat kak Satria" ucap Kiara yang hanya didengar oleh Revan, tapi dalam hati Revan bertanya tanya siapakah lelaki yang bernama satria itu
"pak Revan saya minta tolong jagain teman saya sebentar, saya harus pulang ada sesuatu yang mesti saya ambil, sebentar juga saya kembali" ucap Dindan sambil melangkah menuju pintu rumah Kiara
"baiklah" jawab Revan singkat tanpa harus menunggu persetujuan Kiara, dan Dinda pun segera keluar meninggalkan rumah Kiara
"maaf pak !! permisi saya buatkan minum dulu" ucap Kiara yang membuka obrolan, karna sejak Dinda meninggalkan rumah Kiara tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Revan dan Kiara, mereka hanya terdiam dan kadang saling menatap satu sama lain hanya suara nafas yang terdengar dari keduanya
"gak usah !, kaki kamu kan masih sakit, dan satu lagi yang mesti kamu ingat jangan panggil saya bapak !, panggil saja saya Revan" ucap Revan dengan nada yang sedikit datar
"i...iya...pak, eh Revan...." jawab Kiara dengan nada sedikit gugup
dalam hati Kiara, bergumam ada apa dengan jantung ini kenapa berdetak begitu kencang
suasana hening kembali terjadi, hanya desahan nafas yang terdengar dan sesekali Revan menatap ke arah Kiara sesungguhnya ada yang mau ia katakan tapi ia tak bisa memulainya, sifatnya yang begitu dingin terhadap wanita tiba tiba berubah luluh jika dihadapan Kiara