BAB 5 : KELINCI KECIL
"Apa?!! Beraninya Bai Xue Jian pergi dari Istana kerajaan tanpa memberi hormat terlebih dulu padaku!!"
Suara teriakan Ratu Qing Yun bergema di seisi aula pengadilan ini. Kasim yang tadi menyampaikan pesan duduk sampai bersujud supaya tidak mendapatkan kemarahan dari Sang Ratu.
Kasim itu sudah menyampaikan apa yang dikatakan oleh Jenderal Xue di luar tadi. Tampaknya Sang Ratu tak menerima dan menjadi murka seperti akan menelan semua orang yang tersisa di aula utama ini.
'Dasar wanita jalang! Dia benar-benar sangat terang-terangan menghinaku! Beraninya dia tidak menghormati ku di istana ini!' umpatnya dalam hati.
Para pelayan dan prajurit yang mendengar hanya bisa menunduk saja. Tidak ada komentar apa pun dari mereka setelah mendengar kemarahan Ratu yang membuat aula istana bergema.
'Bai Xue Jian! Setelah aku mengambil semua kekuatan militer dan Kamp Yunlin, tanganku sendiri yang akan membunuhmu nanti!'
Di antara ketegangan ini, kepala pelayan yang merupakan tangan kanan Ratu mulai mendekat. Wanita yang sudah berumur itu berkata, "Ratu, tenangkan dirimu. Jangan sampai kemarahan mu ini sampai diketahui oleh yang mulia Kaisar."
Hanya dia yang berani mendekat pada Sang Ratu yang sedang murka itu.
Benar saja, setelah mendengar beberapa kata darinya, Ratu mulai menarik napas dalam-dalam dan mengontrol emosinya. Wanita bernama asli Chu Huang Yan itu duduk kembali di atas singgasana.
"Ratu, tenangkan dirimu. Anda masih harus membuat Bai Xue Jian patuh padamu. Lebih baik jangan menyinggungnya, alangkah lebih baik kalau kita mendekatinya secara perlahan tanpa membuat keributan yang mencurigakan," ucap Sang kepala pelayan tersebut.
"Yang kau katakan benar. Setengah kekuatan militer kerajaan ada di bawah kekuasaan keluarga Bai. Semua prajurit dan rakyat sangat menghormati keluarga Bai, diriku benar-benar harus berhati-hati dalam melangkah," cetus Chu Huang Yan.
Keluarga Bai sudah menjadi keluarga militer pelindung Dinasti Wei lebih dari seratus tahun. Selalu berjasa dalam melindungi kerajaan dan wilayah perbatasan. Bahkan Kaisar terdahulu mempercayai keluarga Bai untuk memegang setengah kekuatan militer kerajaan karena kegigihan dan ketulusan dalam mengabdi Dinasti Wei.
Para rakyat perbatasan terutama di kota Jiang begitu menyanjung keluarga Bai. Rakyat perbatasan merasa terlindungi jika keturunan keluarga Bai yang memimpin perang melawan musuh. Jarang sekali ada kekalahan dan tidak pernah musuh kerajaan menyentuh gerbang kota.
Kegigihan dalam memimpin perang sangat diagungkan oleh rakyat. Keluarga Bai tidak akan bisa disinggung oleh siapa pun karena kehormatannya hampir sama seperti Kaisar Dinasti Wei ini.
"Sudahlah! Diriku tidak ingin memikirkannya lagi! Sekarang katakan, apa pelayan yang ditaruh di kediaman Chunshi sudah mulai memberikan racunnya?"
Chu Huang Yan tidak ingin berlarut-larut dalam kemarahannya. Lebih baik mencari topik pembicaraan lain dalam mengurus rencana lainnya.
"Sudah, Ratu. Pelayan itu sudah mencampurkan racunnya ke dalam makanan Pangeran Xuan seminggu yang lalu. Racun itu akan mulai bekerja sebulan kemudian ketika Pangeran terus-menerus mengkonsumsinya," jawab pelayan itu.
"Bagus. Helian Qi harus mati baik cepat atau lambat. Tidak peduli walaupun dia bodoh, tetap saja keberadaannya akan mengancam Chen'er ku untuk menjadi Kaisar. Helian Qi harus mati sama seperti Permaisuri Yun ketika dulu!"
Haus akan kekuasaan dan tidak akan membiarkan siapa pun menghalanginya mengendalikan seluruh kerajaan. Chu Huang Yan bertekad akan mengambil semua kekuasaan tertinggi Dinasti Wei, menjadi Kaisar wanita pertama. Putra satu-satunya juga yang harus menjadi penerusnya, bukan orang lain lagi.
Itu sebabnya dia merencanakan pembunuh paa Pangeran Xuan, keturunan satu-satunya Kaisar Hui selain putranya. Tidak peduli kalau Helian Qi seorang yang bodoh, selama masih bernapas di dunia pasti tetap akan mengancam posisinya di dalam istana.
Chu Huang Yan telah menempatkan beberapa pelayan di kediaman Chunshi untuk memantau semua pergerakan Pangeran Xuan. Dia juga memerintahkan para pelayan itu untuk meracuni makanan yang dikonsumsi Pangeran supaya bisa membunuhnya secara diam-diam tanpa dicurigai.
Racun tanpa warna dan tanpa rasa, diberikan secara berkala. Racun tersebut akan membunuh Pangeran Xuan dalam waktu sebulan kemudian. Rencananya tidak akan diketahui siapa pun karena racun tersebut akan lebur di dalam tulang hingga tidak dapat diselidiki.
"Perintahkan pada para pelayan itu untuk berhati-hati. Bai Xue Jian sekarang tinggal di kediaman Chunshi, jangan sampai membuatnya curiga," perintah Ratu Qing Yun.
"Saya akan segera memperingati mereka," jawab kepala pelayan tersebut.
***
Kediaman Chunshi.
"Tidak! Kalian tidak boleh membunuh kelinci ini!"
Helian Qi berjongkok sambil mendekap seekor kelinci kecil berwarna putih. Dia terus berteriak pada dua orang pelayan yang ada di hadapannya supaya tidak membunuh kelinci tersebut.
"Ckck ... Dasar Pangeran bodoh! Kelinci itu mengganggu tugas kami di taman! Hewan busuk itu harus dibunuh dan dimasukkan ke dalam kuali panas. Cepat berikan padaku!" kata satu pelayan.
"Tidak, tidak! Jangan bunuh kelinci ini!"
Semakin ditekan, Helian Qi semakin keras untuk bisa melindungi hewan kecil itu. Kelinci kecil yang begitu imut itu baginya tidak pantas mati, malah ingin dijadikan hewan peliharaan dan teman bermain barunya.
Helian Qi tidak merasa kasihan ketika melihat kedua pelayan tadi membawa kelinci itu menuju dapur untuk dibunuh dan dimasak. Dengan segara dia merebut hewan kecil itu untuk melindunginya.
"Dasar keras kepala! Jangan salahkan aku jika bersikap kasar!"
Pangeran Xuan menutup kedua matanya sambil tetap melindungi kelinci kecil itu di dalam dekapannya. Dia tidak berani melihat satu tangan pelayan sudah terangkat ke atas dan akan segera mengenai tubuhnya.
Cling!!!
Crott ...
Arrgh!!!
Darah berlumuran dimana-mana. Tampak terlihat kalau tangan yang tadi terangkat sudah tidak ada lagi. Terputus dan jatuh ke atas tanah rerumputan.
"Tangan ... Tanganku! Arrgh!!!" Pelayan itu berteriak terkejut sambil merasakan sakit yang amat terasa di bagian lengan kanannya. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau jari-jemari dan separuh lengannya tergeletak di tanah. Darah mengalir deras dari bagian yang terputus itu.
"Siapa yang berani?!" Pelayan satunya yang tadi melihat tampak merasa kesal. Dia membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang berani membuat tangan temannya dipotong seperti itu.
"Jenderal ... Jenderal Xue ...!!!"
Keberanian tadi seketika hilang ketika melihat sesosok wanita berjubah putih berdiri di belakang mereka. Di tangan kanannya ada sebuah pedang panjang yang digunakan untuk memotong lengan pelayan tadi.
Wajah muram dengan mata biru giok yang menyala, dari sekujur tubuhnya melepaskan hawa dingin disertai iblis seperti akan membunuh. Tidak! Bukan seperti melainkan siap membunuh siapa pun yang ada di depan matanya.
"Apa?! Jenderal Xue?!" Pelayan yang tadi tangannya terpotong ikut berbalik ketika melihat temannya menyebutkan nama 'Jenderal Xue'
Bruk ...
Keduanya langsung terduduk sambil tak henti membuka lepar kedua pupil mata. Di hadapan mereka ada iblis wanita yang tiba-tiba datang dengan membawa pedang tajamnya.
"Hmmm?" Helian Qi yang sedari tadi menutup matanya merasa sedikit aneh. Tidak ada pukulan atau tinju yang mengenai tubuhnya. Padahal tadi dengan jelas melihat pelayan yang ada di depannya akan memukulinya untuk merebut kelinci kecil yang ada di tangannya.
"Kalian ...?"