Unduh Aplikasi
2.22% Jatuh Cinta Dengan Pangeran Bodoh / Chapter 6: MATI MENGENASKAN

Bab 6: MATI MENGENASKAN

BAB 6 : MATI MENGENASKAN.

"Kalian ...?

Ketika Helian Qi membuka matanya, dia melihat kedua pelayan yang tadi akan memukulnya malah terduduk di atas tanah. Namun ekspresi anehnya tidka bertahan lama saat melihat ada banyak darah yang berlumuran di atas rumput.

"Aaa!!!" Pangeran Xuan berteriak kecil dan menutup mulutnya yang menganga. Dia melihat ada sebagian lengan putus ada di atas tanah.

Tubuhnya mendadak gemetar, kedua kaki tanpa sadar mundur ke belakang beberapa langkah sambil terus memeluk erat kelinci kecil berwarna putih itu.

"Da ... Darah ..."

Ketakutan besar sudah mulai melanda. Kelinci yang tadi masih dipegang erat pun tiba-tiba jadi terlepas dari dekapannya.

"Hmmm ...?"

Sebuah tangan lembut tiba-tiba menutup kedua mata Helian Qi. Ya, tidak salah lagi orang itu adalah pelaku yang memotong tangan pelayan tadi, Bai Xue Jian. Wanita itu berpindah tempat dan kini telah berada di depan suaminya.

"Jangan melihatnya lagi, oke?"

Perkataan lembut dari Bai Xue Jian membuat ketakutan Helian Qi sedikit mereda. Tubuhnya kemudian dibantu untuk berbalik oleh wanita yang bergelar Jenderal terhormat itu.

"Maaf, aku telah membuatmu ketakutan," sambungnya.

Tangan yang tadi menutup kedua mata Helian Qi ditarik kembali. Perlahan Pangeran Xuan kembali membuka matanya dan melihat dengan jelas wanita yang tadi berkata sangat lembut di telinganya.

"Aku juga datang terlambat. Maafkan aku ..."

Greb ...

Bai Xue Jian menenggelamkan tubuhnya dengan mendekap pada Pangeran Xuan. Dia menyalurkan kehangatan supaya Sang suami tidak takut lagi setelah melihat insiden tadi.

Kedua mata terbuka lebar. Ada rasa kedua tangan ingin ikut mendekapnya tapi entah kenapa tertahankan. Dalam hati merasakan kehangatan dan ketulusan seorang Bai Xue Jian terhadap dirinya.

'Aku tidak boleh tertipu oleh wanita ini!'

Bai Xue Jian pun melepaskan pelukannya dan menatap wajah suaminya itu. Dia pun bertanya, "apa kau masih takut sekarang?"

"Aa ... Tidak lagi!" jawab tegas Helian Qi.

"Aku pria pemberani! Kenapa melihat darah haus takut?!" Helian Qi mulai membual dan berhasil membuat senyuman manis terukir di bibir Bai Xue Jian.

"Baiklah. Suamiku memang pria yang paling berani," ucapnya.

Seketika wajah Helian Qi mulai memerah. Enatah kenapa jantung pun berdegup lebih kencang dari biasanya ketika melihat Bai Xue Jian tersenyum sambil memanggil dirinya 'Suamiku.'

Terpesona akan kecantikan seorang Bai Xue Jian. Namun tak bertahan lama karena disadarkan oleh kelinci kecil berwarna putih yang tiba-tiba mendekat di kakinya. Helian Qi dnegan segera menyadarkan dirinya dan menggendong kelinci kecil tersebut.

"Lihat! Dia imut, kan? Xiao Bai ini adalah teman baruku." Helian Qi menunjukkan kelinci kecil itu di depan Bai Xue Jian dan juga memperkenalkan namanya.

"Namanya Xiao Bai? Kelinci yang imut sekali," kata Bai Xue Jian.

"Benarkan dia imut? Dua pelayan tadi tidak menyukainya dan mau membunuhnya. Aku jadi menyelamatkan Xiao Bai agar tidak dimasak oleh mereka." Helian Qi menjelaskan alasannya yang tadi hampir terkena pukulan oleh pelayan di kediamannya sendiri.

"Untung saja aku bisa menyelamatkan Xiao Bai. Tubuhku masih bisa menerima pukulan tapi Xiao Bai tidak. Lihat, dia kan masih kecil," sambungnya.

Sepasang mata giok yang tadi terlihat lembut, seketika berubah drastis menjadi tatapan pembunuh yang menyeramkan. Bai Xue Jian membuka pandangannya lebar-lebar pada dua pelayan yang ada di belakang tubuh Helian Qi.

Tangan kiri yang menggenggam pedang beserta sarungnya seperti tak sabar ingin menebas leher kedua pelayan tersebut. Namun keinginannya itu masih harus ditahan karena ada Helian Qi di dekatnya.

Bai Xue Jian khawatir kalau suaminya itu menjadi ketakutan lagi seperti tadi ketika melihat potongan tangan dan darah di rerumputan. Apalagi jika dia melakukan pembunuh, takutnya Pangeran Xuan malah tidak ingin dekat dengannya karena ketakutan akan pembunuhan.

"Pangeran, orang yang bersalah harus dihukum. Mau kah kau menutup kedua telingamu sebentar? Dan juga, jangan membalikkan tubuhmu ke belakang, oke?" pinta Bai Xue Jian.

"Hmmm ... Baiklah." Helian Qi menurut saja. Dia meletakkan kembali Xiao Bai ke tanah sebentar untuk menutup kedua telinganya seperti yang diminta Bai Xue Jian.

Bai Xue Jian tersenyum manis menatap wajah Helian Qi. Kata-katanya benar-benar didengarkan, itu membuatnya merasa lebih lega sebelum menghukum dua pelayan yang bersalah itu.

Cling ...

Pedang mulai dikeluarkan dari sarungnya. Perlahan mulai mendekat membuat kedua pelayan yang berlutut di tanah semakin gemetar.

"Jenderal, ampuni kami!"

"Kami mohon jangan bunuh kami, Jenderal!"

Kedua palayan itu memohon hal yang sama dan meminta pengampunan dari Bai Xue Jian. Berharap Sang Jenderal mau mengampuni mereka walaupun kemungkinannya sangat kecil untuk mendapatkannya.

"Kalian tadi tidak merasa bersalah untuk memukul Pangeran Xuan! Harusnya kedua tangan kalian dipotong terlebih dulu baru menghadapi dewa kematian!"

Sret ...

Cling ...

Sekali ayunan, kedua kepala yang menempel di tubuh langsung terlepas tergeletak di tanah. Gerakannya begitu cepat sampai tidak membuat bekas darah pada pedang yang diayunkan tadi.

Tidak berkedip sama sekali, Bai Xue Jian melakukannya dengan sangat bersih tanpa rasa takut sedikitpun. Yang ada malah rasa terpuaskan karena telah menghukum orang-orang yang tadi menyakiti Helian Qi.

"Yun Heng!"

"Saya di sini, Jenderal!"

"Bersihkan semuanya!" perintah Bai Xue Jian.

"Baik!" Pria yang baru datang karena panggilan Bai Xue Jian segera melakukan perintah yang sduah dilayangkan tuannya.

Hu ...

Menghela napas panjang, Bai Xue Jian memasukkan kembali pedang miliknya ke dalam sarungnya. Hukuman yang sangat ingin dilakukannya tadi sudah selesai. Kini dirinya merasa lebih baik setelah membuat orang-orang yang menyiksa suaminya telah menghadapi karmanya.

'Wanita ini benar-benar kejam.'

***

Tempat belajar.

Pangeran Xuan mengajak Bai Xue Jian menuju ruang belajar yang dijadikannya tempat bermain. Tidak ada banyak gedung di dalam kediaman Chunshi ini.

Tidak seperti keluarga kerajaan lain yang tinggal di istana atau memiliki kediaman mewah. Pangeran Xuan yang memilki otak seperti anak kecil di tempatkan di luar Istana walaupun dia adalah seorang Pangeran keturunan Kaisar Hui.

Kediaman Chunshi ini tidak luas dan tidak memiliki banyak pelayan. Jadi Helian Qi yang seperti anak-anak tidak memiliki banyak ruang bermain dan tidak bisa bersenang-senang. Ratu memerintahkan para pengawal untuk menjaga gerbang luar kediaman Chunshi supaya Pangeran Xuan tidak bisa sembarang keluar. Alasannya tidak lain agar tidak mencemari nama baik keluarga kerajaan karena kebodohannya.

Bai Xue Jian yang pertama kali masuk ke dalam ruangan ini terus melihat sekeliling. Ruangan dengan arsitektur seperti ini biasanya dijadikan ruangan belajar tapi beda di kediaman Chunshi ini, Sang Pangeran menjadikannya tempat bermain dan bersenang-senang bersama mainan-mainan kecilnya.

Di lantai kayu saja ada beberapa mainan dan boneka berbentuk hewan. Melihatnya membuat Bai Xue Jian tersenyum tipis seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ini semua milikmu?" tanyanya pada Pangeran Xuan.

"Benar," jawab Helian Qi.

Kemudian Sang Pangeran mengambil salah satu boneka berbentuk kepala harimau dan menunjukkannya pada Bai Xue Jian.

"Ini untukmu," ucapnya.

"Untukku?"


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C6
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk