Unduh Aplikasi
11.63% Cinta Tak Berbalas / Chapter 49: Bab 49: K.A.R.M.A.

Bab 49: Bab 49: K.A.R.M.A.

Akhirnya, mobil yang dikemudikan Arya berhenti tepat didepan rumah Dinda. Lampu bohlam di teras menyala terang tanda sudah ada orang dirumah, yang tidak lain adalah orang tua Dinda. Suasana sekitar pun sudah sepi karena jam menunjukan hampir pukul 12 malam. Jalan depan rumah Dinda cukup lebar untuk muat jalan dua mobil kanan kiri tanpa bersinggungan. Setiap rumahnya dipagar dan ukuran rumah-rumah sekitar lumayan besar. Pohon mangga menghiasi hampir setiap teras rumah.

"Terima kasih ya Ar, maaf merepotkan nganterin aku kesana kemari. Hati-hati nyetirnya ya. Jangan ngantuk, jangan main hp, dan jangan buka jendela kalau ada yang ketok-ketok ditengah jalan." Wejangan perempuan berambut panjang itu seperti seorang ibu yang cerewet dimata Arya. Arya tersenyum simpul terkekeh.

Arya mengangkat tangan kirinya dan menarik belakang leher Dinda dengan lembut kearah wajahnya. Bibir keduanya pun berpagutan cukup lama hingga membuat nafas keduanya terengah-engah. Bibir Dinda merupakan candu buat Arya sejak lama. Ia ingin selalu merasakannya setiap bertemu kekasih hatinya itu.

"Din, aku akan segera membawa papa mama menemui bapak ibu. Aku mau segera menjadikanmu istriku secepatnya. Karena aku ingin bersama dirimu setiap hari setiap saat setiap detik." Kening keduanya menempel erat seolah tidak ingin terpisah.

"Arya, apa kamu yakin? Tidakkah kita terlalu cepat?" Dinda memandang wajah kekasih hati yang enggan melepaskan tangannya.

"Justru aku merasa sangat terlambat. Andaikan kita bertemu beberapa tahun sebelumnya, sudah pasti kita suami istri sekarang." Arya tersenyum memandang wajah cantik sederhana dihadapannya. Mungkin Dinda memang tidak secantik wanita-wanita yang biasa mengelilingi Arya dengan berdalih sebagai teman, pasien, rekan kerja, atau bahkan hanya kenal sekilas. Tapi, bagi Arya, cantik sesungguhnya adalah yang bisa membuatnya betah berada didekat dan memandangnya berlama-lama. Dinda pun bukan tipe cewek yang manja dan suka menunjukkan kelemahannya agar dilindungi pria.

"Aku turun dulu ya. Sudah malam. Besok kita ngobrol lagi, itu juga kalau pak dokter punya waktu luang." Dinda tersenyum dan mengambil tas yang ada di kursi belakang.

"Hmm, besok aku ga ada jadwal operasi. Praktek biasa sampai jam 2 siang. Bisalah kuusahakan."

"Sip, makasih ya sekali lagi. Hati-hati dijalan." Dinda membuka pintu sebelah kiri. Dan, melambaikan tangan ke kekasih hatinya yang masih belum beranjak pergi. Setelah Dinda masuk kedalam rumah, terdengar mobil Arya perlahan meninggalkan rumah Dinda.

Hari yang luar biasa, batin Dinda.

-----

Kesibukan kota Jakarta seperti tidak ada berhentinya. Pagi siang sore malam, denyut kehidupan masih membuncah di setiap roda kehidupan anak manusia yang ingin merubah nasib menjadi lebih baik.

Arya disibukkan dengan kedatangan pasien yang berkonsultasi silih berganti Bahkan ada beberapa pasien ibu-ibu yang sampai meminta nomer hp dokter tampan untuk anak gadis mereka. Kejadian ini sempat membuat para koas terkekeh.

Dinda menenggelamkan diri dengan puluhan email yang seolah-olah tidak ingin membuat jarinya beristirahat barang sejenak. Dinda adalah senior marketing jadi dia cukup standby depan laptop sambil sesekali memeriksa pekerjaan juniornya.

Dania hari ini libur kerja. Waktunya dimanfaatkan dengan mengerjakan hobinya yaitu berkebun. Aneka sayur mayur di halaman rumah seluas hanya 4x5mtr itu menjadi hijau asri menyegarkan mata. Ada daun selada, kacang panjang, cabe, tomat, daun pandan, bahkan ada pohon cincau merambat disepanjang pagar bambu sebelah kiri.

Desia sudah dua hari bolak balik kantor polisi. Tiga bersaudara kompak tidak memberitahukan orangtua mereka perihal Desia menghajar kawanan begal di malam hari. Selama masih bisa ditangani, mereka tidak akan membebani pikiran kedua orangtua yang mudah sekali kepikiran dari hal-hal kecil sekalipun.

Rico dan Aline tetap menjadi sepasang kekasih yang rutin keluar masuk diskotik setiap malam sepulang bekerja dan menghabiskan malam-malam panjang di apartemen Rico yang sudah merupakan rumah kedua bagi Aline. Terkadang Rico masih kepikiran Dinda yang entah kenapa sering sekali datang kedalam mimpinya. Dinda yang dulu pernah tersipu malu-malu jika berpapasan dengan dirinya, Dinda yang pernah mencuri-curi pandang jika pelajaran sedang berlangsung, Dinda yang tetap setia menjomblo meskipun dirinya berkali-kali gonta ganti pacar. Sekarang, Dinda seolah-olah terlahir kembali dan melupakan masa lalu. Dulu Rico bukannya tidak memandang kehadiran Dinda, hanya saja teman-teman wanita sekitar Dinda lebih menarik penglihatannya. Mungkin ini yang dinamakan K.A.R.M.A. Saat dirinya ingin mendekat, malah dijauhi. Seperti dulu dia memperlakukan Dinda. Entahlah

**********

1. Tinggalkan jejak komen kalian untuk cerita lebih baik (◍•ᴗ•◍)

2. Penulis usahakan UP setiap hari minimal 1 bab \(^o^)/

3. Power Stone kalian membuat penulis lebih semangat lagi berkarya (◍•ᴗ•◍)❤

4. Berikan aku GIFT jangan lupa yaa (๑˙❥˙๑)

IG: @anee_tavel


next chapter
Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C49
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk