*flashback
Saat Rania sedang menunggu angkot, tiba-tiba Aryo memanggilnya lalu menghampirinya. Awalnya Rania ingin pergi, namun ia segera menghentikan niatnya.
Rania memang merasa kecewa pada Ali, bukan hanya kecewa lebih tepatnya marah, sangat marah. Begitu banyak alasan yang membuat Rania sangat pantas kecewa pada Ali. Pertama, karena Ali telah melanggar janjinya, dan yang kedua, untuk menutupi itu Ali berbohong pada Rania. Dan tentu saja Rania tidak suka itu, siapa wanita yang suka dibohongi oleh pacarnya? Pasti tak ada.
Dan karena rasa kecewa nya itu Rania berniat untuk menjauhi Ali dan semua hal yang berhubungan dengan Ali. Dan bahkan Rania berniat untuk mengakhiri hubungannya karena teramat kecewa dengan Ali saat ini.
"Ran, gue tahu lo marah sama Ali. Tapi gue mohon, ijinin gue ngasih tahu satu hal sama lo" ucap Aryo setelah ia berada di hadapan Rania saat ini
"apa? Mau ngasih tahu kebohongan Ali yang lain? " tanya Rania
"gue tahu lo marah, tapi asal lo tahu Ali--ikut tawuran cuma buat lindungin lo yang ada di lapangan saat itu. " ucap Aryo
"maksud lo? "
"kita memang anak berandal, Ran, tapi sama sekali gak ada di benak kita untuk cari musuh. Apalagi ini tawuran, kita gak tahu apa-apa tentang tawuran ini. KITA IKUT TAWURAN KARENA NGELINDUNGIN KALIAN DAN SEKOLAH KITA. kita ikut tawuran untuk ngebela sekolah ini" jelas Aryo
Mendengar penjelasan Aryo, kaki Rania seakan lemas sehingga membuat tubuhnya terjatuh ke tanah. Aryo mencoba untuk membangunkannya kala itu.
"tapi Ali ngelanggar janjinya dan boongin gue" ucap Rania
"gue tahu. Tapi--gue mohon sama lo, jangan ngelihat Ali dari sisi buruknya, karena dia selalu nunjukin keburukan daripada sisi baiknya. Semuanya gak ada yang tahu perjuangan dia sebenarnya, Ran"
"perjuangan apa? "
"lo gak pernah nanya kan kenapa Ali selalu bolos sekolah? Dan lo juga pasti ngira dia bolos karena maleslah, atau nongkrong gak jelas, ya kan? "
Rania tak menjawab, ia hanya menunggu perkataan Aryo selanjutnya.
"itulah hebatnya Ali, dia gak pernah mau nunjukin hati malaikatnya"
"sebenernya maksud lo apa, Yo? " tanya Rania yang tidak mengerti dengan ucapan Aryo yang membingungkan baginya.
"Semenjak ayahnya meninggal, Ali harus kerja demi ngelunasin semua hutang-hutang bokapnya. Dan itulah alasan kenapa dia selalu bolos sekolah, Ran" jawab Aryo
"kenapa Ali gak pernah cerita sama gue? " tanya Rania
"gak ada yang tahu, Ran. Cuma anak-anak Aliens yang tahu. Dan asal lo tahu, di setiap keburukan yang pernah Ali lakuin pasti ada kebaikan yang ia sembunyiin. Lo harus inget kata-kata gue ini. Oke"
Aryo kemudian pergi meninggalkan Rania saat itu. Jujur, perasaannya campur aduk sekarang. Ia kecewa, namun apakah pantas Ali mendapat kemarahan darinya yang jelas-jelas berniat melindunginya?
Seakan tiada henti, masalah demi masalah kembali datang. Bagai peribahasa sudah jatuh ditimpa tangga. Itulah peribahasa yang cocok untuk menandai hari buruknya ini.
Saat Rania sampai di rumah, semua anggota keluarganya berkumpul di ruang tamu seakan menanti kedatangan Rania saat itu.
Rania dapat mengira jika saat itu ayahnya sedang marah.
"Rania, kamu gak ikut Bimbel hari ini? " tanya sang ayah yang terdengar menahan emosinya. Dan yah, Rania baru saja melupakan waktu bimbelnya. Dan apakah karena ini ayahnya marah padanya?
"maaf, Yah" hanya kata itu yang bisa Rania lontarkan sekarang
"ayah tahu kamu dari kantor polisi kan? Menjenguk pacar kamu di jeruji besi? Iyah? " tanya Natta dengan nada yang mulai meninggi
Rania melebarkan matanya kaget. Bagaimana mungkin ayahnya bisa mengetahui hal itu?
"bagaimana ayah bisa---"
"gak penting ayah tahu dari mana, yang ayah mau kamu putuskan anak berandal itu sekarang" perintak Natta tegas.
"gak bisa, Yah, Rania gak bisa--"
"kenapa gak bisa? Apa yang bisa kamu banggakan dari anak berandal itu Raniaa? Mau di bawa kemana masa depan kamu nanti" lagi-lagi Natta menyela ucapan Rania.
"ayah gak tahu kalau---"
"kalau dia anak berandal? Ayah tahu. Dia anak geng motor? Ayah juga tahu. Dia tukang bolos? Ayah juga tahu. Dan sekarang dia tukang tawuran. Apa yang bisa kamu banggain dari dia Rania? Dia sangat berbeda jauh dengan Rafly. Rafly berprestasi,dia pintar, juara olimpiade matematika, ketua osis, me--"
"cukup ayah. Ayah gak bisa bandingin Ali kayak gitu" kini giliran Rania yang menyela ucapan ayahnya
"kenapa gak bisa? Karena pasti Ali yang kalah, iyah? "
"karena ayah gak tahu apa-apa tentang Ali"
Kini amarah Natta semakin tak bisa terkendali. Dewi, Randy, dan Renzy menjadi saksi perseteruan Natta dan Rania. Beberapa kali Dewi berusaha menenangkan Rania dan Randy yang berusaha menenangkan Rania, namun perseteruan itu tak ada habisnya. Dan akhirnya, satu tamparan berhasil kembali melayang pada pipi Rania. Untuk pertama kalinya setelah kejadian beberapa bulan lalu, sang ayah kembali melakukan itu pada anaknya.
"Ayah!! Ayah kan udah janji gak akan ngelakuin itu lagi" ucap Randy sambil berusaha menenangkan Rania yang juga diikuti oleh Dewi yang langsung memeluk anak perempuannya itu.
"Ali memang berandal, Yah, tapi dia gak pernah nyakitin Rania dengan tangannya sama seperti yang ayah lakukan terhadap Rania sekarang" ucap Rania dengan air mata yang tidak bisa ia bendung lagi
"dasar anak kurang ajar"
Saat Natta kembali akan melayangkan pukulannya, dengan segera Renzy menahannya. Tidak biasanya ia juga ikut menenangkan sang ayah, mungkin karena merasa iba pada ibu dan kakaknya yang telah menangis sejak tadi.
Karena merasa muak dengan keadaan, Rania pun akhirnya melepaskan pelukan sang bunda kemudian berlari meninggalkan rumah. Randy mencoba mengejarnya, namun karena Rania yang telah memasuki taksi, ia pun tertinggal jauh.