Télécharger l’application
41.33% KEMBALI PADAMU / Chapter 62: Belum pulih

Chapitre 62: Belum pulih

Hari - hari mereka di habiskan dengan berduaan di Apartemen kecuali jadwal kontrol Alan, baru mereka keluar Apartemen,

"Kamu tidak bosan di sini terus?" Alan memandang Raya yang sedang sibuk di laptopnya, walaupun semua sudah di tangani Yos, Raya masih harus memastikan pekerjaannya sempurna, juga ada beberapa pekerjaan di perusahaan Herlambang yang memang tidak bisa ditinggalkan, mendengar pertanyaan Alan, Raya menghentikan aktivitasnya,

"Tidak, aku bersamamu, aku bisa melihatmu walaupun aku sedang kerja, begini lebih baik dari sebelumnya" Raya mendekat dan bersandar di bahu Alan,

"Tidakkah kamu rasakan ini sangat indah? aku memiliki semuanya sekarang" tangan Alan melingkar di pinggang Raya ,

"Memang sangat indah kita hanya berdua dan aku bisa ..." Raya menoleh kearah Alan, dengan cepat Alan mengecup bibir Raya dan mengunci tubuhnya,

"Yank... tubuhmu belum pulih." Raya memperingatkan, Raya tak kuasa menahan tangan Alan yang bergerilnya,

"Kalo begitu kamu yang membantuku melakukannya!" pipi Raya merona tapi Raya tidak menolaknya setelah hasratnya memuncak, Raya yang mengambil posisi di atas menaikan dan menurunkan tubuhnya, Alan sangat menikmatinya hingga akhirnya mereka mencapai puncaknya secara bersamaan.

"Kenapa kamuterlihat malu? kamu sudah lama menjadi istriku." Pandangan mereka bertemu, Raya menunduk,

"Hampir 1 tahun kita tidak melakukannya, rasanya aku baru bertemu dan pacaran denganmu, dan... tubuhmu terlalu menggoda ..." Alan tertawa...

"Lakukanlah apa yang kamu mau, semuanya milikmu!"

"Tapi aku begitu gugup saat ini..." memang terlihat Raya gemetar saat tubuh mereka berdekatan, Raya benar- benar terlihat gugup membuat Alan gemas...

"Kamu menggemaskan yank..." tubuh Raya yang penuh dengan keringat Alan peluk, rambutnya dibelai dengan lembut,

"Makasih udah setia sampai saat ini... dan gerakanmu barusan sangat indah, aku sangat menikmatinya," Alan mengecup kening Raya,

"Kamu yang terakhir, takan ada penggantimu walaupun itu sangat mirip denganmu..." Wajah Raya semakin memerah mendengar kata terakhir Alan.

"Aku tau... terimakasih..." muka Raya di benamkan di dada Alan, mempererat pelukannya seakan enggan di lepaskan,

saat sedang tenggelam dalam pikiran masing- masing, Handphone Raya berbunyi Raya melihat layar handphonenya, ternyata Vidio call dari mama Alan, Raya segera mengenakan bajunya.

"Yank mama Vcall gimana?"

"Angkat aja..." Raya mengangguk dan menggeser tombol warna hijau di layar handphonenya, terlihat Lexa tertawa melihat muka Raya yang muncul di layar,

"Hai sayang mama... apa kabar?" terlihat mamanya juga muncul.

"Sayang kapan pulang? mama kangen, bukankah Yos mengambil alih pekerjaanmu? apa kamu lagi liburan?" pertanyaan mama Alan yang bertubi- tubi, membuat Raya tersenyum.

"Mama sayang, Raya di sini lagi ngurusin orang yang sangat spesial, jadi mungkin baru lusa pulang, Raya akan menikmati moment ini juga mam." muka mama Alan bahagia,

"Wah mama tau nih kamu di situ kecantol bule ya? sukurdeh kalau sudah ada penggantinya....

mama mau kamu bahagia..." mama Alan mulai terisak,

"Hey mam ... jangan sedih! mama mau liat siapa yang Raya maksud?"

"Boleh mama sekalian kenalan..." Raya langsung menggeser layar Handphonenya ke arah wajah Alan, dan Mama Alan berteriak histeris sampai Alexa nangis karena kaget,

"Alaaaan...." mata mama Alan melotot melihat anak semata wayangnya berada di samping Raya,

"Iya mam ini Alan... " Jawab Alan sambil tersenyum, setelah mendengar jawaban Alan, layar handphone Raya berubah jadi gelap dan teriakan di sebrang terdengar jelas,

"Tunggu ya Ray... mamamu ping...." papa Alan melotot juga, ternyata yang dilihatnya Alan bukan Raya,

"Alaaannn... kamu benar Alan anakku?" papa Alan beberapa kali mengucek matanya, Alan tersenyum,

"Iya pah ini Alan anak papa."

"Papa segera kesitu menemuimu." Alan menggeleng,

"Tidak usah pah besok pengobatan terakhir di sini kalo hasilnya baik, Alan pulang lusa."

"Benarkah? papa menunggumu nak." Papa Alan menitikan air matanya,

"Oke papah." sambungan telepon di akhiri, Alan menatap Raya.

"Rumah kacau sekarang, mama sepertimu... liat aku seperti liat hantu." Alan nyengir.

"Oh iya Lexa cantik banget seperti kamu...aku ingin cepat pulang dan segera menggendongnya." Alan tak hentinya tersenyum,

"Tentu, mamanya juga cantik." Raya tersenyum bangga,

"Iyah ... kamu cantik pake banget, gemesin apalagi kalo polos." Alan menggoda, mata Raya melotot menatap Alan,

"Mesum..." Raya menggeser duduknya dan meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda, Alan memeluk Raya dari belakang dan sengaja bibirnya di tempelkan ke leher Raya, hembisan nafas hangat Alan membuat konsentrasi Raya buyar,

"Yank selesaikan nanti aja...!" Suara Alan pelan, Raya mengangguk dan mematikan laptopnya dan berbalik kearah Alan tampak jelas muka Alan tiba - tiba pucat,

"Kepalaku sakit banget yank... tidak bisa di tahan." Alan memejamkan matanya sampai terlihat berair matanya, Raya panik dan menidurkan Alan di sofa dan segera memanggil dokter,

"Bertahan yank... !" Raya memeluk Alan dan terisak, dadanya seakan sesak melihat Alan kesakitan, Dokter datang.... setelah memeriksa Alan, Dokter menyarankan Alan di bawa ke Rumah sakit, Raya di bantu Asistennya dan ada beberapa orang kepercayaan Raya segera membawa Alan ke Rumah sakit, Alan terbaring lemah, setelah memeriksa Alan, Dokter menemui Raya,

"How is my husband doing doctor ?" Raya menatap, dan menunggu jawaban dari Dokter yang menangani Alan,

"Alan your husband?" Dokter mengerutkan keningnya, Raya mengangguk,

"Sakit kepalanya akibat cedera, pak Alan belum pulih betul, masih perlu perawatan, yang penting jangan kelelahan dan setres." Raya menatap Dokter,

"Saya dari indonesia, saya juga dari pertama menangani Pak Alan, saya Rudy..." sambil mengulurkan tangannya, Raya menyambut uluran tangannya,

"Saya Raya Dok, apa yang harus saya lakukan?"

"Tentu saja menjaganya, kalau boleh tahu selama ini anda kemana?" Raya menarik nafas panjang,

"Baik Dok, selama ini Saya tidak tau keadaannya, dan yang selama ini menjaganya adalah orang yang bekerja di perusahaan kami, dia menyembunyikan Alan selama ini, kami mengira Alan termasuk korban pesawat 9 bulan yang lalu." Raya menunduk, Dokter Rudy mengangguk, tidak bertanya lagi,

"Apakah Dokter merekomendasikan Rumah sakit lain untuk pengobatan Alan? dimanapun Dok, saya ingin dia baik- baik saja."

"Tidak perlu, ini hanya butuh waktu saja..."

"Baiklah dok, terimakasih!" Dokter Rudy mengangguk dan meninggalkan ruang inap Alan,

Raya duduk di sebelah Alan yang masih memejamkan matanya, Raya mengelus pipi Alan dengan lembut, begitu pucat dan lemah, air mata Raya tak hentinya keluar dari sudut mata Raya,

"Cepet baik yank!" gumam Raya, Alan membuka matanya dan meremas tangan Raya,

"Masih sakit yank?" Alan cuma mengangguk,

"Tidurlah! aku akan menjagamu." Raya mengecup kening Alan, Alan memejamkan matanya kembali karena kepalanya masih begitu sakit, Raya membetulkan selimut Alan,

"Tidurlah di sampingku!" Suara Alan pelan, Raya mengangguk dan naik ketempat tidur dan memeluk Alan, sebelum tidur Raya menghubungi Yos, mengabari dimana mereka berada, setelah itu Raya tertidur pulas sampai sore dan ketika pintu diketuk Raya sama sekali tak mendengarnya,

Yos membuka pintu dengan perlahan dan mendapati Bosnya sedang berpelukan dengan posisi berhadapan,muka satu sama lain saling bersentuhan, Yos langsung memalingkan mukanya dan menutup kembali pintunya, lalu duduk di luar sambil mengacak rambutnya,

"Boss, aku belum kawiiiin... eeeh nikah." gumamnya kesal, karena malas menunggu akhirnya Yos jalan- jalan kekantin sekalian makan, dan mengabari Raya,

"Bos saya sudah sampai di Rumah sakit kabari jika sudah bangun!" terus di send WA nya,

"Kali aku harus melihat pemandangan seperti itu lagi..." Yos cemberut.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Yanti_Wina Yanti_Wina

Selamat membaca...

Masih seputar Alan ya...?

semoga hari ini suka dengan ceritanya,

tetep kasih PS dan bintangnya ya! agar saya lebih semangat lagi menulisnya,

terimakasih

next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C62
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous