Télécharger l’application
58.33% DEVIL SON [MILEAPO FANFICTION] / Chapter 7: BAB 7: THE BATTLE

Chapitre 7: BAB 7: THE BATTLE

"Tak seorang pun boleh menyentuh bungaku, tak peduli setinggi apa kasta mereka ...."

[De bloemenbewaarder]

***

Apo pun cepat-cepat berdiri, walau langsung limbung lagi. "Ugh ...." Dia pasti ambruk jika para kelinci tidak menyasarnya bersamaan dalam wujud manusia.

BRUGH!

"Tuan Natta!"

"Tuan Natta!"

"Tuan Natta!"

Jeritan mereka riuh sekali. Sampai-sampai si Gumiho cantik berteriak dengan suara tegasnya. "Bantu dia jalan dengan benar!" katanya. "Kita harus membawanya sekarang."

"Baik!"

"Maaf," kata Apo yang dipapah para makhluk imut itu di kanan kiri. "Aku ini ingin cepat sembuh. Tapi, hhh ...." Dia tidak sanggup mengatakan apa-apa lagi.

Sesampainya di ladang bunga, Apo duduk di sebuah akar pokok yang menonjol. Tempat itu teduh karena daun pohonnya begitu rimbun. Sementara para kelinci berlarian memutari kakinya.

"Tuan Natta, Tuan Natta. Kami ambilkan roti untukmu, ya," tawar salah satu kelinci. "Anda pasti sangat lapar."

"Ah, iya. Terima kasih," kata Apo.

"Ditambah susu dan keju mau?"

"Mn, apapun. Aku sebenarnya tidak mau merepotkan kalian."

Para kelinci malah terkikik dan berlompatan pergi. Mereka meninggalkan Apo yang menikmati pemandangan indah, walau gagal fokus tidak lama kemudian.

Ada gadis cantik yang berlarian di padang bunga. Dia punya wajah teduh bagaikan rembulan, dan Apo kaget ketika Mile muncul di belakangnya dengan pedang hijau yang kelewat panjang.

"HIA!"

BRAKHHHH!!

"Ha ha ha ha ... kejar akuuu ...."

Baru saja Mile keluar dari pintu teleportasi, dia ditelan lagi oleh pintu lain yang dibuat si gadis cantik.

"Itu adalah Nona Sin. Beliau penguasa wilayah sekaligus ladang bunga ini," jelas si Gumiho yang menemani Apo duduk.

Apo pikir, Mile akan bertarung dengan makhluk jelek mengerikan lainnya. Tapi kenapa seperti diajak bermain? Sin bahkan berputar-putar dengan gaun indahnya.

"Mile ....!" teriak Apo. Dia agak cemas karena si cantik bisa jadi yang bahaya. Dan itu memang terbukti. Baru saja Apo berdiri, Mile sudah terlempar dari dalam lubang kelinci hingga tanahnya meledak seperti ranjau.

DUAARRRR!!!

Naga Mile pun terlempar ke udara. Dia sempat terbalik dan menjerit parau, apalagi gadis itu tidak lagi sendirian. Ada naga lain yang mendukungnya di belakang. Dia mengejar Mile dengan kecepatan tinggi. Dan warnanya hijau terang seperti tunas.

BRAKKHH!! BRAKHHHH!! BRAKHHHH!! BRAKHH!!

Apo lihat, serangannya seperti cermin bagi Mile. Kala sang suami menyemburkan Api, dia juga ikut menyemburkan Api. Jika Mile berteriak, dia pun berteriak. Lalu saat Mile mencakar, dia juga mencakar. Bahkan tendangan Mile dicamah peluk hingga mereka berputar turun jatuh mendarat ke bumi.

WUSSSSHHHHHHHHH!!!

BRUUAAAKHH!

"KRAAAAAAAAAAAA!!!"

"KRAAAAAAAAAAAA!!!"

Mereka pun berguling-guling di atas padang bunga. Apo sampai tak peduli dengan roti, susu, atau keju yang diberikan. Malahan berlari mendekati tempat itu.

"Mileee! Mileee!" teriak Apo cemas. Suaranya kecil dari kejauhan. Dan wajahnya langsung merah karena naga Mile dicucuk dengan paruh serta cakar-cakar tajam. Darah pun bermuncratan dari sana, tapi Mile tidak menyerah. Dia menendang perut si lawan sekuat tenaga, lalu berbalik untuk menghajar.

BUAGH! BUAGH! BUAGH! BUAGH!

"KRAAAAAAAAAAAAAA!!!" teriakannya amat sangat menyakitkan di telinga Apo. Dia ingin tahu Mile sedang menjeritkan apa, tapi di dunia iblis dia bukan apa-apa. Apo hanya bisa marah dan melempari lawan Mile dengan batu. Lalu ikut terjun dalam ladang tanpa berpikir lagi.

"ARRRRGHHH! JANGAN SAKITI MILE-KU! BRENGSEK! BEDEBAH! JANGAN LUKAI DIA! PERGI! PERGI!" bentak Apo dengan suara yang mulai habis. Dia bahkan tuli dari teriakan para kelinci, juga tidak merasakan kaki-kakinya sudah berdarah.

Rupa-rupanya, racun ladang bunga itu bukan candaan. Ia akan membuat kulit seseorang melepuh dalam sekejap, bahkan melelehkan darah segar dari pori-porinya.

"TUAN NATTA! TUAN NATTA! TUAN natta--"

Suara mereka kedengarannya jauh sekali.

"KRAAAAAAAAAAAAAAA!!!" Mile pun menjerit lagi setelah membalas dengan setara. Dia naik tinggi dan bertengger ke tebing, tapi Apo malah menangis.

"TURUN! HIKS ... KUMOHON! SUDAH! JANGAN SAMPAI TERLUKA LAGI! MILEEEEEEEEEEEEEEEE!!" teriak Apo. Dia tidak tega melihat darah bercucuran dari sekitar mata hingga dagu sang suami, lalu merentangkan tangan. "TOLONG! KEMARI! AYO PULANG! MILE! LUPAKAN SAJA BUNGANYA! Hahhh ... hahh ... hahh ...." Karena angin, rambut lelaki itu pun melambai dari segala arah. Dia tidak tahu seberapa indah pemandangan itu dari atas sana, apalagi mata Apo berkata tidak ingin kehilangan.

Anehnya, Mile tidak mau turun, padahal dia paling peduli kepada Apo selama ini. Kedua matanya hanya menatap, sampai-sampai Apo tertegun begitu lama. "Mile?" panggilnya bingung. Apalagi mata merah sang suami kini berubah kelabu gelap.

"Tadinya belum, tapi barusan pikiran suamimu sudah kuambil sempurna," kata si gadis tadi. Suara lembutnya sangatlah merdu, dan dia berubah jadi Gumiho tercantik saat Apo menoleh.

DEG

"A-Apa?" Bibir pucat Apo pun menganga. "Tapi, Mile--"

"Kau terlambat, Sayang. Dan kau takkan bisa melindungi balik karena hanya manusia," kata si gadis dengan kerjapan pelan.

BRUGH!

Tiba-tiba, naga hijau tadi turun untuk menemani dia, sementara Apo gemetar karena baru tahu keduanya pasangan.

"Kuakui dia kuat 4000 tahun lalu," kata si naga hijau. "Terutama waktu perang. Tapi ... hmm ... maaf saja, Kawan. Begitu tinggal di dunia manusia, sepertinya suamimu agak tidak waspada."

"Dia kehilangan banyak rasional setelah bertemu denganmu."

"Dia tidak lagi perhitungan seperti yang dulu."

"Hu-um. Aku bahkan lupa dia seorang panglima karena gaya bertarungnya sudah menurun drastis."

"Apa kita bunuh saja? Manusia ini tinggal dilempar ke jurang--"

BRUGHHHH!!

Apo pun jatuh berlutut. Dia tidak tahu selama apa tidurnya di dalam gua, yang pasti Mile pasti sudah pergi sebelum fajar. Sang suami mungkin langsung dihempas setelah mendekat ke ladang bunga, dan sekarang dia terjebak di dalam khayalan.

"JANGAN! JANGAN! KUMOHON!" teriak Apo. "Aku ... apa yang bisa aku lakukan? Tidak ada memang. Tapi tolong ambil nyawaku saja. M-maksudku, jadikan itu tebusan. Jangan lukai Mile, kumohon ...."

Pasangan itu justru berpandangan.

"Buat apa nyawamu itu, Sayang? Kami tidak membutuhkannya," kata si gadis. "Lagipula, kalau kau sudah terkena racun ... dua jam lagi kau pasti mati di dalam sana."

DEG!

"T-tapi ... tapi ...." Apo pun memandang kedua telapak tangannya sendiri. Di sana terasa panas sekali, dan botol penawar Jeje entah kenapa tak ada lagi di dalam tasnya. "Apa benar-benar tidak ada yang bisa aku lakukan?"

"Tidak ada."

"Bagaimana dengan negoisasi? Maksudku, kudengar iblis bisa buat perjanjian. Seperti kekasihku, kepada Mile. Seperti aku, dengan kontrak pernikahan kita. Aku ... aku mau buat yang seperti itu juga dengan kalian! Tolong!"

Apo tampak sangat putus asa mengatakanbya. Dia tak bisa mengalihkan pandangan dari kedua iblis, dan siap diadili seperti hewan sembelihan yang menyerahkan diri.

"Baik, kalau begitu kami ingin memorimu untuk menggantikan pikirannya ke tempat semula," kata si naga hijau. "Jadi, jika kau reinkarnasi setelah ini, semua tentang suamimu itu akan hilang tidak bersisa."

DEG

"I-Iyakah?"

"Ya," tegas si gadis dengan mata nyalang. "Kau juga takkan bisa melihatnya lagi, persis seperti sebelum bertemu dengannya, atau iblis mana pun juga."

Si naga hijau tiba-tiba berjalan mendekat perlahan. "Kau akan mengulangi hari kematian kekasihmu dulu, ingin bunuh diri, dan jatuh dari balkon gedung tinggi," katanya lebih jelas lagi.

"Benar, tapi kali ini benar-benar mati," timpal si gadis dengan ekor delapan yang berkibar-kibar. "Karena Mile tidak akan hadir saat itu, atau lebih tepatnya dia juga tidak bisa menyentuhmu."

"Ah ... tunggu, aku ... aku bingung," kata Apo. "Kalau Mile tidak bisa menyentuhku waktu itu, jadi dia gagal menjalankan kontrak dengan Bible?" Dada lelaki itu kembang kempis gugup.

"Tidak, bukan begitu, Sayang."

"L-Lalu, bagaimana?"

Si gadis tiba-tiba melangkah mendekati Apo. Dia menatap dari mata ke mata. Dan Apo pu sekecil- semut di depan tubuh Gumiho besar-nya. "Karena suamimu terhapus dari hidupmu, maka Bible juga tidak pernah menemui dia," katanya. "Kontrak itu takkan pernah ada. Semua yang berkaitan dengannya akan putus darimu nantinya."

Apo pun membeku. Dia memandang naga Mile di kejauhan sana, lalu menggenggam cincin yang melingkar di jarinya. "A-Aku ... aku mencintai dia," katanya. "Kami bahkan belum lama menikah. Tapi ... ah ... apa kau benar-benar akan melepaskan dia?"

Apo sangat penasaran setinggi apa tingkatan kedua iblis ini dibandingkan Mile. Mengapa mereka bisa melakukan ini dengan mudah pada suaminya? Apo tidak sadar sudah berkaca-kaca, tapi dia memendam kemelut itu dalam dada tanpa menangis.

"Tentu saja, Sayang. Kami iblis memang licik, tapi jika berurusan dengan kontrak jiwa, semua kami jalankan sesuai keinginanmu."

Apo pun menelan ludah kesulitan. "Oke, tidak apa-apa," katanya sambil tersenyum. "Lagipula, harusnya aku tidak di sini. Malahan paling benar kalau dilindas kendaraan atau apa malam itu ...." Namun, memang sakit jika membayangkan Mile akan mengingat memori tentangnya sendirian, sementara Apo akan reinkarnasi dengan Bible 100 tahun kemudian.

Apa Mile akan cemburu jika melihatnya dengan Bible lagi? Apo harusnya senang karena ini harapannya dua tahun lalu.

"Kau yakin, Sayang? Bilangmu begitu, tapi kami para iblis paling benci jika kontrak dijalankan dengan keraguan."

Apo rasa, Mile pernah mengatakan hal yang sama kepada Bible. Tapi kini Apo tahu apa yang dirasakan Bible waktu itu. Kelemahan. Rasa hancur yang tidak bisa diakhiri kecuali dengan kalah pada situasi. Juga tidak ingin orang yang dicintai kehilangan masa depannya.

"Aku ... lebih memilih Mile tetap kembali," kata Apo, kali ini mengucek matanya sebelum basah. "Un, siapa tahu dia bisa jatuh cinta lagi. Pada seseorang, mungkin? Aku juga begitu dulu waktu dengan Bible. Kupikir, aku tidak bisa memberikan hati pada orang lain. Tapi ternyata waktu bisa menyembuhkan segalanya."

"Oh ... begitu?"

"Iya, aku yakin Mile juga bisa sepertiku."

Si naga hijau pun ikut terbang mendekati Apo.

Brakh!

Kepakan sayapnya begitu tegas, dan Apo tidak bisa kendalikan perasaannya lagi setelah satu tangan naga disodorkan kepadanya. "Baiklah, jabat aku dan katakan siapa namamu."

"Maafkan aku, Mile ...." Apo pun memberikan tangan kirinya untuk mengimbangi si naga yang kidal. "Apo. Apo Nattawin Wattanagitipat."

"Itu sudah nama aslimu?"

"Iya."

"Baiklah. Kita buat kontraknya sekarang juga ...."


next chapter
Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C7
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous