.....
"Hiaaa hiaaaa!!!"
Derap kuda kencang, menerobos gelapnya malam buta dengan penerangan lampu obor dari beberapa anak buah di bagian depan dan belakang, FeiEr memacu kudanya secepat angin,
"Drap drap drap drap!"
"Hiaa hiaaa!"
--------------------------
SongEr duduk meringkuk berusaha menahan diri, darah segar masih tersisa di tepi bibirnya, rasa dingin menusuk hingga tulang terdalamnya, yang paling parah ia seperti bisa mendengar detak jantungnya yang berlomba memacu dengan cepat.
Para bandit di depan kamar masih menintip dengan tak sabar.
"Bos anak itu cukup kuat juga, apa karena anak itu bukan tipenya bos, walau diberi obat apapun tidak akan banyak pengaruh"
Bos menggelengkan kepalanya.
"Menurut pak tua itu obat ini tidak akan berhenti merongrong tubuh hingga nafsu birahinya terpenuhi, kita lihat saja beberapa saat"
Gemetar, sekujur tubuh SongEr gemetar hingga terus mengeluarkan keringat dingin, pandangannya kabur, tapi ia melihat jelas wajah HongEr di atas ranjang, bukan orang lain, itu HongEr.
SongEr merangkak mendekat, dalam matanya HongEr membuka mata dan melihatnya dengan tatapannya yang teduh, terus memanggil namanya dengan suara yang sangat lembut.
"Kak Song"
SongEr tak bisa menolak, suara lembut pemuda itu menariknya mendekat, mungkin ia mengkhayal, SongEr memukul kepalanya, tapi pandangannya tidak berubah, senyum HongEr, anak itu tersenyum sangat manis padanya, bibirnya yang merah, matanya yang bulat panjang, alis matanya yang lentik, rambutnya yang berkibar terkena angin hingga turun tak beraturan di dahinya, ia sangat cantik.
"Adik Hong"
SongEr terus mendekat,, lagipula ini HongEr yang memanggilnya, ia mendekat hingga berada di atas HongEr yang sebenarnya masih tak sadarkan diri, meraba leher mulus HongEr, meraba bibirnya yang merah merekah, mengendusnya, menghirup harum tubuh pemuda itu sebanyak-banyaknya, bau yang sangat menggoda.
"HongEr"
Ia mencium leher HongEr, turun hingga ke dadanya, memegang pinggang HongEr yang ramping dengan tangannya, mengangkatnya begitu mudah dan membenamkan bibir HongEr sepenuhnya dalam bibirnya, rasa yang manis, SongEr tenggelam dalam khayalannya, walau benar, ia memeluk tubuh setengah telanjang HongEr dengan penuh nafsu tak terkendali, walau sekuat apapun ia berusaha menahan diri, ia tak bisa.
Suara ribut di luar kamar.
"Akhh!" Teriakan orang, hingga dentingan senjata tajam terdengar samar.
"Ting Ting Ting Ting!"
Tak butuh waktu lama hingga pintu rumah gubuk itu didobrak oleh tubuh yang terlempar jatuh dengan keras.
"Akhhh!"
Keributan di luar tak membuat yang terjadi di dalam kamar berhenti, seseorang dengan tubuh tinggi besar dan pedang panjang yang sudah berdiri di depan pintu masuk merangsek cepat. Dengan tenaganya orang itu mengangkat SongEr begitu mudah dan melemparnya menjauh dari tubuh HongEr.
"Kurang ajar!!"
Ia DaHuang, berdiri tegap dengan napas tersengal-sengal, setelah menarik tubuh SongEr menjauh dari tuan mudanya hal yang penting adalah memeriksa kondisi tuan mudanya, yang terbaring tak bergerak di atas ranjang tak sadarkan diri, pakaiannya tersibak hingga menunjukkan hampir semua tubuh bagian atasnya.
"Tuan muda, tuan muda!" DaHuang melirik sekitarnya, menemukan pakaian HongEr di dekat kursi dan segera menutupi tubuh tuan mudanya.
Ia menahan emosi, entah seberapa besar tapi ia menahannya, sampai ia melihat wajah SongEr yang tadi sempat berada di atas tubuh tuan mudanya, ia tidak bisa membiarkan itu terjadi pada tuan muda yang sangat ia hormati.
"Kurang ajar!" Ia mendekati SongEr dan menendangnya kuat, membuat pemuda itu jatuh terguling hingga ke dekat meja, DaHuang emosi, ia mengangkat pedangnya tinggi dan kalap, ia bisa memotong tangan pemuda itu dan memutilasi tubuhnya menjadi beberapa bagian, ia marah besar.
"Kurang ajar beraninya kau menyentuh tubuh tuan muda dengan tangan kotormu! Aku akan membunuhmu!!"
SongEr yang tak bisa bergerak lagi karena lemas pasrah saja saat pemuda itu mendekatinya dengan pedang terangkat tinggi, ia pasrah, dengan apa yang telah ia lakukan ia pantas untuk dihukum.
"Kurang ajar!!!!"
Pedang panjang itu benar terarah ke kepala SongEr dan ia tidak mencoba menghindar, hingga sebuah pedang lainnya dengan cepat menahan pedangnya.
"Ting!"
"DaHuang hentikan!!"
Suara FeiEr,.
Pedang panjang milik LuYan sudah menahan pedang milik DaHuang tepat di atas kepala SongEr.
DaHuang bernapas keras, dadanya naik turun dipenuhi kemarahan tingkat tinggi, matanya seakan mengeluarkan api yang menyala menatap pemuda itu seakan hendak membakarnya hidup-hidup, ia sedikit lagi melakukan pembunuhan pertamanya, walau ia tidak akan menyesalinya, siapapun yang berani menyentuh tubuh tuan mudanya begitu pantas mendapat hukuman paling mematikan darinya.
"Hoh hoh hoh tuan muda, pemuda ini, pemuda ini berani menyentuh tubuh tuan muda Hong dengan tangannya yang kotor, kalau hari ini aku tidak membunuhnya besok mungkin aku akan melakukannya, ia, ia begitu lancang!" suara DaHuang bergetar karena menahan amarahnya,
FeiEr dan lainnya tiba tepat waktu, tanpa pikir panjang FeiEr menghampiri ranjang di mana HongEr terbaring.
"Hong, HongEr" ditepuk-tepuk pipi HongEr, ia tidak sadarkan diri dan hanya menggumam kecil.
"Emmh"
FeiEr membelalakkan matanya, pakaian adiknya, pakaian atas HongEr tersibak seluruhnya hingga ke pinggangnya, ia segera menutupinya, perlahan dengan lembut mengangkat tubuhnya menggendongnya bangun dari ranjang.
"Kak Yan ayo kita segera pergi!"
FeiEr mengangkat tubuh lunglai HongEr keluar ruangan yang sudah berantakan, LuYan meminta anak buahnya membantu SongEr yang sudah lemas di lantai.
"Ayo DaHuang" sementara LuYan mencoba menenangkan DaHuang yang masih emosi.
"Kak Yan! Kenapa kau melepaskan orang itu, ia menyentuh tubuh tuan muda!"
LuYan menarik tangan DaHuang keluar.
Perkampungan bandit itu sudah porak poranda, yang pasti saat FeiEr dan lainnya datang keadaan sudah seperti itu, LuYan mengerti kenapa itu terjadi, untuk seorang juara nomor satu beladiri di sayembara seperti DaHuang melumpuhkan bandit gunung yang ilmu beladirinya rendah bukanlah hal besar, semua itu dilakukan oleh DaHuang sendirian, walau dengan tangan yang mengeluarkan darah.
"Kak Yan!" Seru DaHuang masih memasang wajah marahnya.
-------