Descargar la aplicación
26.66% The Tales of Lixe / Chapter 27: The Emperor of The Death Arc: Turnamen di Kota Tennou part 4

Capítulo 27: The Emperor of The Death Arc: Turnamen di Kota Tennou part 4

Para penonton menyoraki pertarungan antara Halt dengan Stahl yang bagi mereka sangat lah seru, tetapi di akhir Stahl mampu memenangkan pertarungan itu dengan mengerahkan kekuatan khususnya yang akhirnya membuat Halt dan Whiss kalah.

Setelah pertandingan selesai, Halt dan Whiss pun kembali menuju ke ruang tunggu dimana Edward dan yang lainnya berada.

"Yo, Ed."

"Tadi itu sayang sekali ya?"

Serangan terakhir dari Stahl itu benar-benar mengejutkan Halt, dia sadar bahwa dia telah meremehkannya.

"Aku tidak menyangka kalau dia akan mengeluarkan jurus sehebat itu."

"Aku juga, yah aku tidak menyangka kalau pemuda itu benar-benar kuat!"

Mereka berdua memang terlihat seperti itu, tetapi mereka tidak bisa membodohi Edward, dia sangat tahu kekuatan Halt yang luar biasa, di mata Edward Halt bahkan tidak terlihat bersungguh-sungguh bertarung dengan Stahl dan memang sengaja mengalah begitupun dengan Whiss yang memang sengaja membiarkan serangan Halt mengenainya.

Edward sudah tahu kebiasaan Halt yang selalu mengalah dengan pertarungan yang tidak menarik baginya, tetapi dia melihat ada suatu alasan kenapa Halt sengaja mengalah.

"Halt, apa ada sesuatu?"

Halt memang mempunyai satu alasan kenapa dia sengaja mengalah, itu karena dia tidak mau bertarung dengan orang yang akan menjadi lawannya selanjutnya tetapi dia tidak bisa mengatakannya karena itu bisa merendahkan harga dirinya di depan yang lain.

"Ti-tidak ada apa-apa."

Semua itu disebabkan tepat sebelum Halt memasuki arena pertandingan dia melihat seseorang yang mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa menatapnya dengan tajam bahkan sampai membuat Halt yang perkasa itu merasa merinding.

Halt pun menyatukan tangannya seperti orang yang sedang berdoa.

"Maafkan aku orang dari dunia lain, mungkin Aku mungkin sudah membuatmu bertemu dengan lawan terburuk."

Di arena sekarang sudah berdiri Stahl dan rekan-rekannya yang menunggu lawan mereka selanjutnya.

Diiringi sorak-sorakan penonton yang sangat meriah, tentu membuat semangat Stahl, Risette, Mao dan Eri yang sudah bertarung habis-habisan melawan Halt.

"Oooo...sekarang sudah memasuki babak delapan besar! Siapakah yang akan menjadi pemenang dari turnamen tahun ini?"

Stahl dan yang lain sudah bisa menebak kalau yang akan menang pasti tim Edward karena peserta yang lainnya bahkan tidak ada yang sekuat tim Stahl dan tim Stahl sendiri pernah dikalahkan secara telak oleh Edward sendirian.

"(sigh) kita pasti akan jadi juara dua."

Risette mencoba menghibur Stahl yang sudah putus asa dengan turnamen ini.

"Jadi juara kedua juga gak apa-apa kan? Lagian ini kan pertama kalinya kita ikut."

"Yah baiklah."

"Para hadirin sekalian, sambutlah kedatangan tim yang telah merebut kemenangan dengan mudah di pertarungan pertama mereka."

Tim yang akan menjadi lawan Stahl memang cukup berbahaya, di mata Stahl dan yang lainnya mereka tidak seberbahaya Halt.

"Kecantikan mereka layaknya bunga mawar, tetapi dibalik itu mereka punya duri yang beracun, Ini dia The Rose!"

Sorak-sorakan penonton menjadi semakin meriah untuk menyambut kedatangan tim lawan, tetapi anehnya tim The Rose sama sekali belum menampakkan wujudnya.

Pembawa acara itu pun mengisyaratkan salah satu panitia untuk memanggil tim The Rose kemari agar tidak memakan waktu lagi.

Di balik lorong yang gelap itu pun mulai muncul seseorang, tidak pikir lama sang pembawa acara pun langsung mencoba memeriahkan suasana sekali lagi.

"Ehm! Ini dia The...bukan The Rose?!"

Seseorang yang muncul dari kegelapan lorong itu bukanlah tim The Rose, melainkan seorang gadis kecil berambut ungu dengan ekspresi wajah yang datar.

Semua orang pun nampak kebingungan dengan munculnya gadis kecil itu di dalam arena.

"E...apakah ada yang merasa kehilangan anak?"

Panitia yang mengecek di ruang tunggu itu pun terkejut melihat semuaa peserta yang ada di sana tergeletak tak berdaya.

"Aku sudah mengalahkan semua peserta, aku akan menjadi lawannya."

Pembawa acara sangat terkejut dengan itu, mereka tidak tahu apa yang terjadi tetapi mereka masih belum mempercayai gadis kecil itu.

"Se-semua yang dia katakan be-benar! Semua peserta sudah dalam keadaan tidak berdaya!"

Pembawa acara itu pun mendekati wasit dari turnamen untuk membicarakan permasalahan ini.

"Ba-bagaimana ini? apakah kita bisa menerimanya?"

Normalnya ini sama sekali tidak boleh dibiarkan, tetapi kalau turnamen ini selesai dalam waktu sesingkat ini, pasti akan terasa membosankan dan penonton pun merasa kurang puas dan akhirnya akan berdampak buruk kepada reputasi turnamen ini.

"Kalau bisa aku tidak mau melakukan ini tapi tidak ada cara lain lagi, biarkan gadis kecil itu."

Pembawa acara pun kembali ke tempat dia semula.

"Ehm! Bailah karena tim The Rose sepertinya tidak enak badan, jadi kita ganti dengan gadis kecil itu, Yay mata tepuk tangannya!"

Para penonton tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, apakah mereka bisa membiarkan gadis kecil itu menjadi peserta sendirian melawan sekumpulan petualang tingkat atas.

Stahl dan timnya juga merasakan hal itu, mereka tidak tahu apakah mereka bisa menyakiti gadis kecil yang sangat imut dan terlihat tidak berdaya di depan mereka.

"Oi oi apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku tidak bisa menyakiti gadis kecil yang terlihat tidak berdaya itu."

Risette, Mao, dan Eri juga mempunyai perasaan yang sama dengan yang Stahl rasakan.

"A-aku juga, dan kenapa ada gadis kecil yang boleh menjadi peserta tahun ini! bahkan di tim Edward ada dua!"

"Lihatlah dirimu sendiri, kau juga termasuk gadis kecil kan dasar Eri cebol!"

"A-apa kau bilang! Dasar monster dada!"

Corinessia pun sedikit mengintip dari saku bagu Stahl dan dia pun sangat terkejut dengan aura gadis kecil itu yang sangat luar biasa yang bahkan bisa sebanding dengan Edward dan timnya.

"Stahl lebih baik kalau kita menyerah saja! Dia...dia...dia monster! Gadis itu monster!"

Ini sudah beberapa kalinya Stahl mendengar Corinessia menyebut seseorang sebagai monster, dia dulu juga pernah menyebut salah satu dari sepuluh ksatria yang juga merupakan guru dari Stahl yaitu Marielle sebagai monster dan semuanya memang terbukti benar.

"Cory..."

Edward yang menonton dari balik layar pun juga merasakan aura yang tidak biasa dari gadis itu.

"White, apa kau juga merasakannya?"

White yang sudah mendapatkan kekuatan cahayanya lagi pun bisa merasakan aura gadis itu dengan sangat jelas.

"Aura ini...tidak salah lagi...dia adalah..."

"Apa kau mengenal gadis itu?"

"Ya tuanku, gadis itu-"

Lily pun berlari menuju Edward dan memeluknya dengan manja.

"Ed, kangen."

"Selamat datang nona Lily."

"Lily, kita kan baru berpisah beberapa menit."

"Lily, gak kuat lama-lama tanpa Ed."

"(sigh) kau ini memang manja ya?"

"Ed-chan kami kembali- tunggu Lily-chan curang!"

Chamuel pun berlari menuju Edward untuk berusaha memisahkan Edward dari pelukan Lily, tetapi dia tiba-tiba melihat sesuatu yang sangat mengejutkan.

"Eh...Mii-chan?"

"Mii-chan? Siapa itu?"

"Tuan Edward, gadis itu adalah Archangel Michael."

Ini memang bukan pertama kalinya Edward bertemu dengan Archangel yang aneh, tetapi dia tetap terkejut mendengar itu.

"A-Archangel Michael?! Ma-maksudmu Michael yang itu? yang disebut-sebut Archangel terkuat itu?"

"Ya, dia adalah Michael yang itu, hmmm...tunggu dulu apa harus aku panggil Michela atau..."

White kebingungan memilih nama apa yang harus dia pakai untuk memanggil Michael yang sekarang.

"Kenapa kau malah bingung?"

"Ehm tuanku, pokoknya gadis itu adalah Archangel!"

Edward pun merasa penasaran kenapa gadis itu bisa berada disini dan juga mengikuti turnamen ini yang menurut Edward sama sekali tidak berguna bagi Archangel sepertinya.

"Tapi kenapa dia kesini? Chamuel, apa kau tahu sesuatu?"

Memang Michael menyembunyikan wujud malaikatnya dan hanya terlihat seperti manusia biasa dan dia juga tidak sebodoh itu untuk membiarkan identitasnya terbongkar, tetapi entah kenapa Chamuel merasakan sesuatu yang tidak terduga akan terjadi.

"Entahlah Chamuel juga gak tahu tapi...cepat lepaskan Ed-chan!"

"Gak mau! Lily, masih kangen!"

Michael pun menoleh dan menatap ke arah Lily dengan tajam sehingga Lily pun menyadari tatapannya. Lily yang menyadari itu pun semakin memeluk erat Edward dan membenamkan wajahnya.

"Ada apa Lily?"

Lily perlahan pun menatap wajah Edward dengan wajah yang memelas.

"Ed, maukah Ed berjanji?"

"Janji? Janji apa?"

"Apapun yang terjadi selanjutnya, Ed gak akan takut dan menjauh dari Lily."

Edward hanya terlihat kebingungan tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi itu.

"Lily..."

"Ed, Lily gak bisa hidup kalau Ed sampai menjauhi Lily."

Edward tidak tahu apa yang dipikirkan Lily tetapi setelah semua yang terjadi selama ini, Edward tidak akan takut seperti apapun Lily apalagi dia sudah pernah melihat wujud mengerikan Lily dengan kekuatannya yang luar biasa yang mampu mengalahkan Valkyrie tanpa kesulitan.

"Lily, apa kau pikir aku akan mengingkari janjiku?"

Lily pun tersenyum dan lega mendengar jawaban Edward.

"Baiklah kalau begitu, tanpa ditunda-tunda lagi ayo kita segera mulai!"

"Baiklah kedua kubu silahkan bersiap-siap!"

"Risette, Mao, Eri jangan lengah!"

Tentu Risette dan yang lain sudah belajar dari kesalahannya untuk tidak meremehkan musuhnya selemah apapun kelihatannya, mereka tidak ingin dikalahkan dengan konyol untuk kedua kalinya.

Mereka pun mempersiapkan diri mereka dengan sematang-matangnya sehingga mereka tidak akan dikalahkan lagi dengan sekejap mata dan menjadi beban Stahl.

"Mulai!"

Tetapi sematang apapun persiapan Risette dan yang lainnya, itu semua percuma di depan kekuatan sang Archangel.

"Keajaiban: Tombak kilat."

Michael dengan cepat mengeluarkan kekuatan keajaiban dari tangannya, dia membentuk sebuah tombak dengan keajaiban itu dan melemparkannya tepat ke arah Risette.

Tombak keajaiban itu sangatlah cepat sehingga tidak ada dari mereka yang bisa menghindari, bahkan mata mereka tidak cukup cepat untuk mengikuti laju tombak yang sangat cepat itu.

"Sial!"

Risette pun terkena serangan tombak kilat itu, seluruh tubuhnya tersengat aliran petir sehingga dia pun roboh dan tidak sadarkan diri.

"Eh...Risette..."

Serangan tombak dari Michael itu terlalu cepat untuk diterima mata dan otak Stahl dan yang lainnya, mereka bahkan tidak menyadari serangan dari Michael yang memang sangatlah cepat.

"Sialan kau! "

Stahl sekarang tidak punya pilihan lain selain mengeluarkan transformasinya lagi untuk memanggil pedang suci Excalibur yang tidak terkalahkan.

"Cory kita maju dengan kekuatan penuh sekarang!"

Corinessia tahu kalau ini memang situasi yang sangat sulit, tetapi setidaknya mereka masih mempunyai kesempatan menang karena aura gadis itu tidak semengerikan Edward dan timnya.

"Baiklah!"

Pedang Excalibur pun akhirnya terpanggil untuk kedua kalinya hari ini, itu memang memberikan beban yang berat bagi Stahl tetapi itu sebanding dengan kekuatan besar yang didapatkannya.

Stahl pun langsung berlari ke arah Michael dan berusaha menyerangnya.

"Keajaiban: Aegis."

Michael menangkis serangan Excalibur dengan perisai Aegis miliknya dan memantulkannya sehingga membuat Stahl terhempas mundur.

"Sial perisai apa itu sebenarnya?"

Michael menghilangkan perisainya dan mulai mengeluarkan kekuatan keajaiban yang lain.

"Keajaiban: Arash."

Sebuah busur keajaiban muncul di tangan kiri Michael, busur berwarna emas yang sangat cantik dan juga mematikan.

Rambut Michael yang berwarna ungu dan juga matanya mendadak berubah menjadi pirang keemasan yang membuat seluruh penonton terkagum dengan perubahan yang mendadak itu.

Michael pun mulai menarik senar dari busurnya, dia pun mengarahkannya ke arah langit.

"Gusisnautar!"

Anak panah pun tiba-tiba muncul dari busur Michael yang sudah siap dilepaskan kapanpun.

Stahl yang menyadari apa yang akan terjadi itu pun segera menyuruh Mao dan Eri supaya mendekat agar dia bisa melindungi mereka.

Mao dan Eri pun menuruti kata-kata Stahl, mereka mendekat dan Stahl pun mengeluarkan sihir perlindungannya.

Michael pun melepaskan anak panahnya ke langit sehingga terlihat anak panah menghilang dan tepat dimana anak panah itu menghilang, nampak sebuah lingkaran sihir yang sekarang menghadap tepat ke arah Stahl.

"Lightray Arrow."

Lingkaran sihir itu pun menembakkan cahaya seperti laser yang langsung menyerang Stahl dan menghasilkan ledakan besar yang menghasilkan debu sehingga menutupi seluruh arena.

Edward yang menonton pertarungan itu merasa sangat terkesan dengan kekuatan Michael yang mengingatkannya kepada Valkyrie yang juga bisa mengganti senjatanya sesuai yang diinginkan.

"Apa-apaan kekuatan itu?"

Chamuel dari awal memang sudah yakin kalau Michael akan memenangkan pertandingan ini dengan mudah karena memang perbedaan kekuatan diantara mereka memang jauh.

"Mii-chan walau kelihatan begitu, dia sangat kuat lho."

"Iya aku tahu, tetapi apa-apaan dengan kekuatan yang bisa gonta-ganti senjata seperti itu?"

"Mii-chan memang punya kekuatan keajaiban, dia bisa dengan mudah memanggil senjata legendaris sesuka hatinya, yah kecuali senjata-senjata zaman kuno."

"Tunggu dulu...kalau begitu?"

Debu yang menutupi arena itu perlahan menghilang dan menunjukkan dua sosok yang masih berdiri di atas arena.

Edward memang sudah menduga ini tetapi ini memang sudah terlalu berlebihan untuk dihadapi seseorang seperti Stahl.

"Oi oi..."

Stahl yang sebelumnya percaya diri karena memiliki pedang andalan miliknya itu sekarang hanya bisa terdiam melihat dunia gila yang ada di depannya.

"Ini...ini mustahil..."

Tepat di depan Stahl telah berdiri Michael dengan wujud Archangelnya dengan sayap putih di punggungnya, dan lebih gilanya lagi Michael telah memegang pedang yang sama dengan yang Stahl punya, pedang kebanggaan Stahl, Excalibur.

Bagi Edward emang itu sudah makanan sehari-hari karena dia sekarang hidup bersama tiga wanita yang masing-masing kekuatannya setara Archangel atau mungkin melebihi Archangel, tetapi bagi Stahl yang bahkan belum pernah menghadapi iblis tujuh dosa besar, ini sudah terlalu gila.

"Bukannya orang yang dipanggil dari dunia lain itu seharusnya menjadi yang terkuat ya? Bukannya bisa mengalahkan musuh dengan cepat dan mudah ya? Lalu apa ini?"

Memang selama ini Stahl selalu mempunyai percaya diri yang tinggi karena mengingat perkembangan dirinya yang pesat selama berada di dunia lain ini, tetapi apa yang ada di hadapannya itu sudah berada di luar akal sehatnya.

"Ada apa? Apa kau tidak menyerang?"

"Hahahaha...memangnya apa yang bisa aku perbuat?"

"Hoi Stahl, kenapa kau malah menyerah sekarang?!"

"Cory, apa kau pikir kita bisa mengalahkan dia? Bahkan sekarang dia sudah memegang pedang Excalibur sempurna di tangannya."

"Dasar Stahl bodoh! Setidaknya berusahalah sampai akhir! Menang atau kalau itu urusan belakang!"

"Kau benar."

Stahl pun menampar pipinya sendiri dan berdiri sekali lagi menghadapi kegilaan yang ada di depannya.

"Terima kasih Cory, kau memang yang terbaik!"

Stahl pun mengangkat pedangnya dan bersiap mengeluarkan kekuatan Excalibur sekali lagi.

Michael yang melihat itu pun juga melakukan hal yang sama dengan Stahl, dia dengan sempurna meniru setiap gerakan dan mantra yang Stahl gunakan.

"Excalibur!"

Keduanya pun beradu kekuatan pedang Excalibur dengan dahsyatnya sehingga membuat seluruh arena itu menjadi terang dengan cahaya yang dihasilkan dari kedua pedang legendaris itu, tetapi perbedaan pun dengan sangat jelas terlihat diantara keduanya karena pedang Excalibur yang sekarang dipegang oleh Michael adalah pedang sempurna sedangkan milik Stahl masih belum dan juga perbedaan kekuatan diantara keduanya memang terlalu jauh.

Serangan Excalibur Stahl pun berhasil dikalahkan oleh Michael dengan mudah dan ini sekaligus menjadi kemenangan bagi Michael.

Ini sangat berat bagi Edward karena lawan selanjutnya adalah Michael sendiri. Edward tidak khawatir dengan kekuatan Michael, tetapi dia lebih khawatir dengan keselamatan para penonton ketika Chamuel, Lily, dan White mulai beraksi dan kali ini sudah dipastikan kalau arena ini mungkin akan hancur.

"(sigh) Apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Penonton dan juga semua panitia turnamen itu memang terkejut melihat seorang Angel disini, tetapi mereka memilih untuk tidak mempedulikannya karena memang dari peraturan memperbolehkan segala jenis ras untuk mengikuti turnamen ini walau seorang iblis sekalipun.

"Baiklah para penonton sekalian, setelah ini adalah babak final dari turnamen ini, pertarungan besar antara dua tim terkuat di turnamen ini jadi tetap sabar dan nantikan!"

"Entah kenapa aku menyesal ikut turnamen ini."

Lily pun menggandeng tangan Edward dengan erat.

"Ed, ayo!"

"Yah, kurasa aku hanya bisa menyerahkan ini ke takdir."

"No.-nona muda, apa Anda yakin tidak mengambil istirahat dulu?"

Setelah menang Michael sama sekali tidak beristirahat, dia terus berdiri di sana menunggu Edward dan yang lainnya untuk turun.

"Tidak perlu."

Pembawa acara itu tahu kalau Michael sama sekali belum serius saat pertarungan tadi.

"A-apa Anda yakin?"

"Yakin."

"Baiklah kalau begitu, Ehm! Baiklah tanpa basa basi lagi, tim yang telah membantai tentara bayaran yang ditakuti dengan mudah! Apakah kali ini akan semudah itu lagi? Mari kita panggil tim yang beranggotakan muda-mudi, Sacred Light!"

Edward, Lily, Chamuel, dan White pun menuju ke arena pertarungan untuk menghadapi Michael yang sudah berdiri di sana.

Karena semua peserta kecuali mereka sudah gugur, maka para panitia tidak ada pilihan lain selain membuat pertarungan ini sebagai pertarungan final dari turnamen ini.

Chamuel pun seperti biasa selalu keluar dengan ide-ide aneh yang lainnya, dia berpikir untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mengejar ketertinggalannya.

"Lily-chan, White-chan, ayo bertanding, siapa yang bisa mengalahkan Mii-chan bisa minta apapun ke Ed-chan!"

"Chamuel, ini bukan waktunya untuk menemani bercandaan konyolmu itu."

"Mum...Chamuel sangat serius!"

Lily dan White sangat setuju dengan itu karena dengan ini mereka bisa lebih bersemangat di turnamen yang membosankan ini.

"Ya~ Lily setuju!"

"Seperti yang saya duga dari nona Chamuel, ide Anda memang hebat."

Edward sudah membaca apa tujuan Chamuel yang sebenarnya, tentu dia tidak mau jika harus mencium seorang yang berpenampilan seperti gadis dua belas tahun seperti Chamuel, bahkan Edward sendiri tidak bisa membayangkan dirinya melakukan itu.

"(sigh) baiklah tapi jangan minta yang aneh-aneh, aku tidak akan mengabulkan permintaan yang aneh-aneh seperti cium atau selebihnya."

"Tch! Padahal Chamuel mau kiss."

"Lagian mana mungkin aku melakukannya, aku bukan Lolicon tahu!"

Saat ini memang hati Edward belum merasakannya, tetapi Chamuel sangat yakin kalau suatu saat pasti hati Edward akan terbuka untuknya, dan pada saat itu Chamuel akan menjadi saat terbahagianya untuk memiliki orang yang sangat dia cintai.

"Lihat saja, suatu saat Chamuel pasti akan bikin Ed-chan klepek-klepek dengan pesona Chamuel yang imut ini!"

Edward pun tersenyum melihat Chamuel yang terlihat sangat antusias untuk mewujudkan mimpinya itu, tetapi entah kenapa di dalam hatinya dia merasakan perasaan sedih.

Edward pun mengelus kepala Chamuel dengan lembut sembari tersenyum.

"Ed-chan, apa yang Ed-chan lakukan? Tapi ini enak juga hehehehe~"

Edward, Lily, Chamuel dan White sekarang berada di hadapan sang Archangel Michael yang sendirian disana.

Tetapi ada satu hal yang sangat mengganggu Chamuel sekarang, dia memang terkejut melihat sahabatnya itu yang tiba-tiba muncul disini, tetapi disamping itu dia juga penasaran karena sahabat baiknya itu sudah menghilang selama enam bulan terakhir tanpa kabar sekalipun.

"Mii-chan, lama gak jumpa, bagaimana kabarmu?"

"Chamuel..."

Chamuel sedikit merasa bingung dengan sikap sahabat baiknya itu yang hanya berwajah datar tanpa ekspresi, wajahnya juga nampak sangat pucat tidak seperti dia yang biasanya yang selalu bahagia dan ceria, bahkan warna rambutnya yang pirang keemasan itu terlihat seperti memudar.

Edward berusaha mencairkan suasana canggung diantara mereka dengan mencoba bersikap ramah kepada Michael.

Edward pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Perkenalkan, namaku Edward, memang kita adalah lawan sekarang tapi mari kita berjuang sekuat tenaga."

"Tolong...bunuh aku."

Edward, Chamuel, dan White terkejut mendengar itu.

"Tunggu, nona Michelle!"

Edward, Chamuel dan yang lain terkejut dengan kata-kata Michael itu.

"Mii-chan apa yang kau katakan? Apa kau sedang tidak enak badan lagi?"

"Tidak, aku serius! Aku...aku sudah tidak tahan lagi!"

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, Mii-chan? Ceritakan kepadaku! Aku adalah sahabatmu kan?"

Lily memang sudah mengira hal ini akan terjadi ketika dia pertama kali melihat Michael, dia pun hanya terdiam tidak menjawab tantangan dari Michael.

"Aku sudah tidak tahan dengan penderitaan atas dosa-dosa ini, tolong kabulkan permintaanku, kak Lilia, Philia, Alia."

Michael sudah tahu kalau yang sekarang berada di depannya adalah sang cahaya, dia sangat senang bisa bertemu dengannya tetapi sampai-sampai dia ingin segera memeluknya.

"Dan Tuanku yang agung, sang Cahaya...maafkan aku yang telah berani menampakkan diri di hadapan anda yang agung."

"Eh? Sang Cahaya? Aku? Ehm! Sepertinya kau salah orang deh, namaku adalah Edward."

Sontak Chamuel dan White terkejut dengan Michael yang memanggil mereka dengan nama aslinya. Sama seperti mereka berdua, Edward juga terkejut melihat Michael yang kelihatannya seperti mengenal Lily yang selama ini Edward kira lupa ingatan.

"Dan yang lebih penting, apa kau kenal Lily?"

Edward berpikir bahwa oni bisa menjadi kesempatannya untuk mengembalikan ingatan Lily yang dari awal tidak pernah hilang.

"Lily...jadi itu namamu sekarang ya?"

"Mii-chan...apa jangan-jangan kau sudah-"

Chamuel memang sudah menduga ini ketika melihat rambut Michael yang memudar dan wajahnya yang pucat.

Chamuel yang sudah mengalami itu sangat tahu betapa sakit rasanya hal itu sehingga dia hampir jatuh ke dalam lubang keputusasaan yang mengakibatkan rambutnya sekarang menjadi berwarna putih bersih karena tekanan yang luar biasa itu yang bahkan membuat dirinya berpikir untuk menghabisi dirinya sendiri, tetapi dia sangat bersyukur karena ada Zadkiel yang telah menyelamatkannya dan membuatnya berdiri sekali lagi.

"Baiklah, Lily menerimanya."

Chamuel terkejut mendengar jawaban dari Lily.

Chamuel yakin kalau Lily sudah menyadari siapa Michael yang sebenarnya, dia tidak menyangka kalau Lily akan mengatakan itu dari mulutnya.

"Tunggu Lily-chan, aku mohon jangan! Dia adalah-"

"Lily sudah tahu itu, Lily sudah tahu semuanya."

"Lalu kenapa?"

"Lily hanya iseng...lagian di sini ada Ed."

"Apa yang Lily-chan maksud?"

"Lihat saja Chamu, Ed akan beraksi."

Edward tidak tahu apa masalah gadis Archangel itu sehingga mau melakukan itu, tetapi dia tidak bisa membiarkan ini terjadi.

"Tunggu dulu, aku tidak tahu apa masalahmu tapi cobalah untuk tenang ya? Aku juga akan bantu kok."

Edward pun memegang kedua pundak gadis Archangel itu dan berharap kalau dia akan sadar setelah diberi nasehat yang panjang olehnya.

Michael pun sangat terkejut melihat Edward yang tiba-tiba memegang kedua pundaknya dan memasang muka marah itu, lalu dengan wajah seriusnya Edward mulai menceramahi gadis Archangel itu dengan ceramah panjang.

Chamuel dan yang lainnya hanya terdiam melihat Michael diceramahi oleh Edward.

"Karena itu, kau harus menjaga baik-baik hidupmu dan jangan berpikiran lagi seperti itu, apa kau paham?"

Michael pun menganggukkan kepalanya.

"Lagian kalau kau mengakhiri hidupmu juga akan ada orang yang sedih kan? Lihat aja Chamuel disana yang pasti akan merasa kehilangan."

Chamuel yang sempat khawatir pun menjadi lega karena tidak ada satu anak zodiak pun yang bisa bertahan di hadapan sang Cahaya sendiri.

"A-apa kamu juga akan sedih?"

"Tentu saja, siapa yang mampu tidak sedih ketika melihat teman yang sedih karena kehilangan sahabatnya?"

Michael pun menggenggam dengan erat tangan Edward.

"Aku mengerti, kalau begitu..."

Edward terkejut dengan itu, dia pun mulai menyadari kalau yang dia lakukan itu sangat berbahaya karena bisa membuat dirinya bermasalah sekali lagi.

"Mu-mungkinkah ini?"

Michael menutup kedua matanya dan membuat Edward merasa gugup dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, jantung Edward sudah berdetak kencang dan berharap di dalam hatinya kalau Michael tidak ikut bergabung bersamanya karena dia sudah tidak kuat dengan semua ini.

Michael tetap menutup matanya selama beberapa saat sebelum akhirnya membuka matanya secara perlahan.

"Eh...dimana ini?"

Michael melihat sekitarnya dan dia kebingungan dimana dan kenapa dia bisa berada di sini.

Michael melihat ke arah Edward dan dia pun terkejut melihat dia yang menggenggam tangan Edward dengan erat.

"Oh my, Apa jangan-jangan aku sedang menggoda dia?"

Michael pun melepaskan tangan Edward.

"Oh my, sungguh tidak sopannya diriku memegang tangan pria tampan ini."

Edward pun kebingungan melihat Michael yang tiba-tiba berubah seperti itu, tetapi entah kenapa dia seperti tidak asing dengan gaya berbicara Michael.

Bukan hanya Edward yang kebingungan, tetapi Chamuel dan White pun juga terlihat bingung dengan Michael.

Melihat Edward yang terlihat kebingungan, Michael pun tersadar bahwa dia harus memperkenalkan dirinya lagi meskipun Edward sendiri sebenarnya sudah mengenalnya.

"Kurasa aku harus memperkenalkan diriku lagi. Ehm! Perkenalkan namaku adalah Michael, atau yang biasanya kamu memanggilku dengan Mikaella, lama tidak berjumpa, ketua."

Walaupun selama ini hidup Edward sudah dipenuhi keanehan, tetapi dia tetap tidak bisa untuk tidak terkejut mendengar ini.

"Tunggu-tunggu! Itu tidak mungkin, ingatanku masih benar-benar bagus."

Memang tidak mengherankan karena Mikaella sudah seperti sosok kakak perempuan yang sangat dikagumi oleh Edward, tentu ini akan membuat Edward sulit untuk percaya.

"Mika-nee bukan Loli, aku tahu itu! iya aku tahu, dia adalah sosok kakak perempuan yang sempurna, iya mana mungkin aku suka sama Loli, iya itu pasti hanya salah dengar!"

"Kalau kamu tidak percaya, ini aku tunjukkan bukti."

Mikaella pun mengeluarkan sesuatu dari tangannya.

Edward sangat mengenali barang yang berada di tangan Mikaella, itu adalah sebuah pita yang merupakan hadiah dari seorang gadis kelinci untuk mereka berdua karena telah menyelamatkan desa mereka dari para monster.

"Ini? Gadis kelinci itu?"

Edward masih sulit mempercayai kalau wanita yang ia kagui ternyata adalah Michael, tetapi benda di tangan Michael adalah sebuah bukti yang kuat karena memang hanya mereka berdua yang tahu tentang itu.

"Setelah Rose...sekarang Mika-nee juga, apakah takdir ini selalu mempermainkanku?"

"Itu tidak benar ketua, takdir selalu berpihak kepadamu, buktinya kamu bisa diperebutkan sama wanita-wanita cantik di belakangmu, bahkan Chamuel yang terkenal galak pun bisa..."

Michael memang sudah bisa menebaknya karena Chamuel, Lily, dan White menatapnya dengan tajam.

Edward memang terlihat beruntung kalau dilihat dari sudut pandang orang lain karena mereka sama sekali belum pernah merasakan apa yang dialami Edward yang setiap saat harus selalu waspada mwlindungi kesuciannya dari Chamuel dan yang lainnya.

"Tolong jangan bahas itu..."

Mikaella pun menggenggam tangan Edward lagi dan tersenyum kepadanya.

"Tetapi dengan memegang tangan ketua seperti ini, aku serasa kembali ke masa lalu, benar kan ketua?"

Edward sudah bisa merasakan tatapan mengerikan di belakangnya.

"Tolong jangan buat ini menjadi semakin rumit, aku mohon kepadamu."

Disamping fakta yang tidak Edward ketahui kalau dia sebenarnya terkenal, Edward juga dikenal tidak memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap hubungan romantisme karena dia selalu sibuk untuk menyelamatkan orang lain sehingga dia tidak ada waktu dan tidak bisa memiliki hubungan seperti itu bahkan kepada Sharon sekalipun, tetapi itulah yang membuatnya menjadi terkenal dan juga dihormati oleh semuanya.

"Oh my, seperti yang sudah aku duga dari ketua, masih belum bisa ditakhlukkan."

"Tentu saja, mana bisa aku memikirkan cinta-cintaan disaat masih banyak orang yang menderita."

Edward pun terlihat sedikit sedih.

"Lagipula masih banyak yang harus aku perbaiki sebelum waktuku benar-benar habis."

"Apa kamu bilang sesuatu ketua?"

"Tidak, tidak apa-apa."

Karena sudah tidak tahan dengan semua ini, Chamuel pun turun tangan sebelum sahabatnya itu mengambil Edward darinya.

"Ehm! Maaf mengganggu reunimu Mii-chan, tapi asal Mii-chan tahu kalau Ed-chan itu milik Chamuel!"

Mereka berdua mungkin adalah sahabat, tetapi mereka berdua juga selalu bersaing dalam segala hal yang membuat mereka berdua seperti rival abadi.

"Oh...kalau begitu maafkan aku, tetapi aku tidak percaya kalau ketua tertarik kepadamu."

"Huh! Memang sekarang masih belum, tapi sebentar lagi pasti akan Chamuel buat itu jadi kenyataan!"

Mereka berdua pun terus beradu mulut sampai beberapa lama sampai Edward mulai muak mendengarkan semua itu.

"(sigh) aku lelah."

Pembawa acara itu terlihat bingung mau memulai pertarungan antara mereka berdua karena Chamuel dan Mikaella yang sudah terlihat saling bermusuhan.

Pembawa acara itu perlahan mendekati Edward.

"A-apakah kita bisa mulai pertarungan ini?"

Chamuel dan Mikaella pun mendengar itu dan mereka berdua mendapatkan ide.

"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita segera bertanding dan putuskan siapa yang menang?"

"Baiklah Chamuel akan terima itu."

Michael melihat di tim Chamuel ada White, dia pun merasa tidak yakin kalau harus berhadapan dengan White apalagi dia sendirian, dia pun berpikir untuk mengambil White untuk menjadi timnya.

"Ehm, biar pertandingan jadi lebih adil, aku akan pinjam White."

"Eh...apa Mii-chan yang hebat itu tidak yakin akan menang?"

"Pertandingan tiga lawan satu itu terlalu tidak adil, setidaknya beri aku satu teman!"

"Baiklah kalau begitu, White-chan akan menjadi timmu."

White yang dari tadi diam mendengarkan pun merasa sedikit keberatan dengan keputusan yang seenaknya dibuat oleh mereka berdua, tetapi melihat hadiah dari pemenang pertandingan ini, dia pun menjadi tidak keberatan.

"Sepertinya kita akan jadi lawan, nona Lily."

"Ya~ mari sama-sama berjuang."

White pun berjalan menuju Mikaella yang sudah terlihat yakin akan kemenangannya karena dia memiliki White di sisinya.

Chamuel pun mendekat ke Lily yang sedari tadi diam melihat mereka berdua.

"Lily-chan, aku mohon bantu Chamuel ya? Kita gak bisa membiarkan dia menang!"

Lily mengepalkan kedua tangannya dengan semangat dan mukanya yang kalem.

"Lily...akan berusaha!"

"Itu baru Lily-chan."

Edward pun merasa kalau hanya dia yang ditinggalkan, bahkan dia sekarang sudah tidak dianggap sebagai peserta oleh Chamuel dan yang lainnya.

"Maaf sebelumnya tapi...apa kalian tidak melupakanku?"

"Ed-chan adalah hadiah dari kompetisi ini, jadi tunggu saja di sana."

"Hoi, sejak kapan nilaiku berubah jadi hadiah?"

Chamuel pun mendorong Edward menjauh dari arena.

"Tunggu!"

"Pokoknya Ed-chan tunggu saja di sana! Ini adalah kompetisi antara wanita!"

Chamuel terus mendorong Edward sehingga Edward akhirnya menyerah dan menuruti kata-kata Chamuel untuk menunggu dan melihat mereka semua.

Mikaella pun mendekati pembawa acara yang sudah tidak tahu arah dari turnamen ini.

"Pembawa acara, tolong umumkan tentang ini."

Pembawa acara itu pun menuruti apa kata Mikaella tanpa bertanya apapun.

"Ba-baiklah!"

Pembawa acara itu pun naik ke podium dan mengambil napas sedalam-dalamnya.

"Baiklah para tuan-tuan dan nyonya-nyonya, inilah pertarungan yang sudah kalian tunggu-tunggu, sebuah pertarungan antara gadis-gadis cantik ini yang memperebutkan kemenangan."

Para penonton mulai antusias dengan ini karena tahun ini adalah sebuah tahun yang unik dimana banyak peserta yang sangat unik dengan kekuatan yang tidak masuk akal.

"Sebuah pertarungan yang akan menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah! Siapa sangka hadiah dari pertarungan ini bukan uang, bukan barang...melainkan pemuda di sana!"

Semua mata pun langsung tertuju kepada Edward setelah pembawa ajara itu menunjuk ke arahnya.

Edward memang sudah menduga kalau ini akan terjadi kepadanya lagi, dia bahkan sudah mulai lelah untuk menanggapi ini secara serius.

Mikaella tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Edward.

"Honey, tunggu aku ya, aku akan menciummu dengan French Kiss!"

"Uwah menjijikkan!"

Halt pun mendatangi Edward yang masih terlihat santai dengan situasi seperti itu.

"Ed, kau masih nampak tenang saja? Apa kau sudah menyerah?"

Edward terlihat tenang karena dia sudah tahu kalau itu tidak akan pernah terjadi karena ada Lily yang akan menjadi lawan Mikaella.

"Itu tdak akan pernah terjadi karena Lily ada disana, dia pasti akan mengalahkan Mika-nee."

Halt pun terkejut mendengar nama Mikaella.

"Eh, Mika-nee? Bocah itu?"

"Kesampingkan tentang itu, aku punya satu hal yang aku mau bahas denganmu."

Halt melihat tatapan Edward yang sangat serius, dia pun langsung mengerti dengan maksud dari Edward.

"Jadi begitu, seperti yang sudah aku duga dari ketua, kau memang orang yang serba tahu."

Halt memang sudah menduga kalau Edward sudah tahu tentang ini meskipun dia sudah lama tidak berjumpa dengannya.

"Yah, aku juga kesini karena itu jadi aku akan membantumu."

Pertarungan diantara keempat gadis yang memperebutkan satu pemuda pun segera dimulai, para penonton di sana masih belum tahu kalau pertarungan itu mungkin bisa menjadi pertarungan terakhir yang akan mereka saksikan sebelum menuju ke akhirat karena keempat gadis yang berada di sana memang mempunyai kekuatan yang luar biasa.

Di dalam arena sana terlihat Chamuel yang mendekati Lily.

"Lily-chan pokoknya kita harus menang! Ini demi melindungi kesucian Ed-chan dari Mii-chan!"

Lily sudah seperti biasa, dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh jika itu menyangkut Edward, dia bahkan sudah berniat untuk mengeluarkan Red Lily demi memenangkan turnamen ini.

"Ya~ demi Ed, Lily akan serius! Red Li-"

Mendengar itu Chamel segera menghentikan Lily karena sekali Lily menggunakan itu maka seluruh kota mungkin akan hancur jika tidak ada yang menghentikannya.

Lily selama ini sangat jarang menggunakan kekuatannya, tetapi Chamuel sudah tahu dengan baik sebesar apa kekuatan dari Lily, terutama dengan mode Red Lily yang merupakan wujud dari murka, kebencian, dan emosi negatif lainnya yang amat sangat besar dari sang Lily, Chamuel tahu kalau itu bukanlah wujud terkuat dari sang Lily, tetapi Red Lily tetap lah sangat mengerikan.

"Stop Lily-chan! Jangan mengeluarkan itu di sini!"

"Tapi...demi Ed."

"Chamuel tahu, tetapi jika menggunakan Red Lily, pasti akan terjadi bencana!"

Mendengar itu, Lily pun mengurungkan niatnya untuk menggunakan Red Lily.

"Jadi...apa yang harus Lily lakukan?"

"Chamuel gak tahu...coba Lily-chan pikirkan sesuatu yang bisa membuat Lily-chan mengalahkan Mii-chan, kalau bisa juga buat Ed-chan senang."

Lily pun berpikir dengan keras untuk tidak membuat Chamuel kecewa.

"Lily...Lily...um! Lily punya sesuatu!"

Chamuel merasa penasaran dengan sesuatu yang dimaksud Lily.

"Hmmm...? Apa itu?"

"Tunggu, Lily akan tunjukkan!"

Lily pun mulai memejamkan matanya yang indah seperti sedang menyiapkan sesuatu.

Tiba-tiba dari kepala Lily muncul sepasang telinga kucing berwarna putih seperti rambutnya yang membuat semua orang terkejut, bahkan Lily juga mempunyai ekor kucing berwarna putih yang tiba-tiba tumbuh.

Chamuel yang selama ini belum pernah melihat wujud itu benar-benar terkejut melihatnya sampai di titik dia tidak bisa berkata apa-apa tentang itu.

"Li-Li-Li-Lily...chan, apa yang kau lakukan?"

Lily membuka matanya dan disana terlihat kalau iris matanya sudah berubah menjadi seperti kucing dengan warna kuning keemasan di sebelah kanan dan biru di iris mata kirinya.

Lily mengepalkan tangannya untuk membentuk tangan kucing, dia pun berpose dengan wajahnya yang polos itu.

"Ini NekoLily...Nya~"

Seketika hati Chamuel menjadi luluh melihat Lily yang berubah menjadi seperti itu, dia sangat ingin memeluk Lily yang seperti itu tetapi dia menahan dirinya.

"Cha-Chamuel tahu ta-tapi kenapa kucing?"

Lily mempunyai alasan khusus untuk ini, Lily melakukan ini hanya karena Edward yang sangat menyukai kucing, bahkan selama ini diam-diam Lily melihat Edward yang selalu menatap telinga White dengan senyum puas di mukanya.

"Ed suka kucing, jadi Lily putuskan buat jadi ini."

"Ta-tapi meskipun seperti itu-"

"Nya~"

Melihat itu, Chamuel sudah tidak kuat menahannya lagi, dia pun langsung memeluk Lily dengan senyuman aneh di wajahnya.

"Kya~ Lily-chan imut!"

White yang melihat itu merasa kalau Lily ingin merebut perannya sebagai gadis kucing.

"Gadis kucing adalah peranku, nona Lily, tolong jangan rebut itu dari-"

"Nya~"

Sama seperti Chamuel, hati White langsung luluh sesaat setelah melihat Lily dengan wajah polosnya berperan menjadi seekor gadis kucing putih, dia pun langsung memeluk dan mengelus kepala Lily.

Michael merasa kebingungan melihat tingkah Chamuel dan White yang seperti itu, dia tahu kalau Lily itu sangat imut, tetapi tidak sampai membuatnya ingin memeluknya seperti itu.

"Tunggu kalian berdua, bisakah kalian sedikit saja menjaga wibawa kalian?"

"Nya~?"

Melihat itu, Mikaella menjadi ingin memeluk Lily juga, tetapi dia masih bisa mengendalikan dirinya.

"A-aku tidak akan termakan itu!"

"Mii-chan, Chamuel tahu kalau Mii-chan sebenarnya ingin kan memeluk Lily-chan?"

Wajah Mikaella pun memerah mendengar itu, dia masih berusaha menjaga imagenya di hadapan Chamuel.

"Ti-tidak, itu tidak benar!"

"He~ jadi gitu..."

Chamuel pun mengeluarkan smug facenya melihat sahabatnya yang masih mencoba menahan dirinya.

"Lily-chan!"

"Unyaa~"

"Kyaa~ imut sekali!"

Mikaella pun sudah tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak memeluk dan mengelus Lily dalam mode kucing putihnya itu.

"Ed, bagaimana menurutmu?"

Sama seperti yang lainnya, Edward merasakan perasaan seperti ingin segera memeluk Lily yang menurutnya sangat imut dengan wujudnya itu.

"Ya... dia imut!"

"Eh?! Ehm! Aku tahu kalau kau menyukai gadis itu dan gadis itu juga imut, tetapi-"

"A-aku tidak me-menyukainya! A-aku hanya suka dengan wujud kucingnya saja!"

Sejak sebelum datang kemari, Edward memang sudah tahu bahwa ada sesuatu yang telah terjadi di kerajaan para Beast ini, dia pun memutuskan untuk datang kemari untuk memastikan bahwa kabar yang ia dengar itu memang benar atau tidak.

"Ya ya terserahlah."

"Ehm! sebenarnya aku hanya kemari untuk memastikan sesuatu saja, aku telah mendengar desas-desus tidak enak tentang kerajaan ini."

"Jadi sampai mana kau tahu Ed?"

"Aku sudah menerima informasi dari seorang informan bahwa sang Miko telah menghilang sejak beberapa bulan lalu."

Seperti biasa Edward selalu membuat Halt terkesan karena dia tidak pernah ketinggalan informasi yang penting tentang suatu hal.

"Tch seperti biasanya kau sangat cepat."

"Yah walaupun aku baru datang ke tempat ini, aku bisa merasakan bahwa tempat ini nampak sangat berbeda dari terakhir kali aku berkunjung."

Sedari awal memang Edward sudah tahu melihat semakin banyaknya distrik miskin dan perjualan budak demi-human khususnya di kota ini begitu pun pajak kota ini yang meningkat tajam dibandingkan saat terakhir Edward berkunjung.

"Maksudku melihat sang Miko yang sangat peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya, tidak mungkin dia bisa menaikkan pajak setinggi ini."

Halt memang sangat menyayangkan ini karena bagaimana pun dia adalah seorang yang lahir di kerajaan Beast ini, tidak mungkin dia tidak merasakan perasaan sedih melihat keadaan kota ini yang semakin buruk.

"Sayang sekali itu benar, aku dan yang lainnya sudah berusaha untuk menyelidiki masalah ini dan mencari sang Miko, tetapi dia sama sekali tidak pernah ditemukan."

Halt memang sedikit sedih, tetapi melihat sang Miko yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak maka hanya ada satu jawaban untuk itu.

"Mungkin sekarang sang Miko sudah..."

Edward sudah mengira kalau Halt akan berpikir demikian, tetapi beruntung bagi Edward dia sudah menemukan petunjuk yang sangat jelas tentang sang Miko.

"Tidak, dia masih hidup."

Halt tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya mendengar Edward mengatakan itu.

"Ed, apa kau tahu sesuatu?"

"Ya, aku bahkan tahu dia dimana sekarang."

Halt pun semakin terkejut mendengarnya, dia tidak menyangka kalau Edward yang baru datang ke kota ini selama beberapa hari bisa dengan sangat yakin mengatakan itu.

"Benarkah itu?"

"Lebih tepatnya aku kebetulan menemukannya saat pertama kali datang ke tempat ini."

"Kalau begitu dimana dia sekarang?"

"Tenanglah dia akan datang sebentar lagi."

Tiba-tiba disana nampaklah seorang gadis kecil dengan ekor musang yang lembut, gadis itu adalah Kon yang berlari menuju Edward dengan senyum polos di mukanya.

"Tuan Edward!"

"Itu dia sang Miko, Tamamo no Mae."

Halt merasa bingung dengan pemikiran Edward karena sudah jelas-jelas sang Miko bukanlah seorang anak kecil seperti itu.

"Ed, apa kau tidak apa-apa? Apa kau sedang gak enak badan?"

Edward tahu kalau ini sangat sulit dipercaya, tetapi mau bagaimana pun memang ini adalah kenyataannya.

"Tidak, aku punya alasan kenapa aku berkata seperti itu."

Kon pun sampai di hadapan Edward dan Halt setelah puas bermain-main di dalam arena ini dengan teman-temannya.

"Kon, apa kau sudah selesai? Dimana semuanya?"

"Ya kami sudah selesai bermain, tetapi Sora dan yang lainnya bilang kalau mereka lelah dan mau pulang dulu."

Halt pun mendekati Kon dan melihat wajahnya dengan seksama.

"Hmmm...apa dia benar-benar-"

Kon pun merasa ketakutan saat Halt yang memang mempunyai wajah yang seram mendekatkan wajahnya dan melihatnya dengan tajam, sontak dia langsung bersembunyi di belakang Edward.

"Tu-tuan Edward, si-siapa dia?"

"Ah dia adalah temanku, namanya Halt."

Halt merasa bersalah karena sudah membuat Kon ketakutan dengan wajah seramnya.

"Maafkan aku karena menakutimu, ehm! Seperti yang dia bilang namaku adalah Halt."

Halt sudah melihat Kon mencoba mencari dimana letak keyakinan Edward sehingga dia bisa yakin kalau Kon adalah sang Miko, tetapi dia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Edward.

"Tetapi apa benar kalau dia itu Tamamo?"

Kon terlihat kebingungan mendengar pembicaraan Edward dan Halt yang menyebut dirinya sang Miko.

"Tamamo? Siapa itu, tuan Edward?"

Edward bisa memaklumi kalau Kon merasa kebingungan dengan itu karena dirinya yang telah lupa ingatan, dia ingin menjelaskannya sekarang tetapi dia ingin semuanya tahu tentang ini.

"Aku akan menjelaskannya nanti setelah turnamen ini berakhir."

Edward pun melanjutkan melihat ke arena dimana Chamuel dan yang lainnya akan bertarung.

"Baiklah akhirnya akan kita mulai pertarungan ini setelah jeda yang lumayan lama. Di sebelah kanan ada Lily dan Chamuel! Mereka mungkin terlihat seperti bocah, tetapi jangan pernah remehkan mereka karena anda akan dihajar habis-habisan."

Penonton pun bersorak meriah untuk menyemangati mereka berdua.

"Dan di sebelah kanan ada Michael dan juga White! Dan ini adalah fakta yang sangat mengejutkan bahwa Michael juga adalah seorang Archangel!"

Dengan hadirnya kedua Archangel di turnamen ini, penonton menjadi semakin bersemangat untuk melihat sekuat apa Archangel itu.

"Siapa yang akan menjadi pemenang diantara mereka?"

Mikaella pun maju dan mengulurkan tangannya kepada Chamuel dengan keyakinan bahwa dia akan menang dengan mudah.

Memang bukan tanpa alasan jika Mikaella berpikiran seperti itu karena di timnya ada dirinya yang mempunyai kekuatan di atas Archangel dan juga White yang tak terkalahkan sedangkan di tim lawan hanya ada Chamuel dan seorang gadis yang terlihat tidak berbahaya.

"Walaupun sudah pasti kalau aku akan menang, tetapi aku juga harus menjaga tata krama."

"Eeeh...Chamuel juga berharap kalau Mii-chan bisa menang, ya itu kalau bisa sih..."

"Ooohohohoho...mana mungkin aku kalah, kau ini lucu sekali."

"Kita lihat aja nanti."

Mikaella pun kembali ke posisinya.

Sebagai seorang yang mengetahui siapa Lily sebenarnya, White pun mencoba untuk memperingatkan Mikaella dengan Lily.

"Nona Michelle, lebih baik kalau anda tidak meremehkan nona Lily."

"Hmmm? Apa dia kuat?"

"Mungkin nona Lily adalah orang terkuat yang pernah anda temui sampai sekarang."

"He~h kalau begitu..."

Mikaella pun menunjuk ke arah Lily.

"Lily, mari kita berduel, mari kita pastikan siapa yang lebih kuat diantara kita!"

"Lily-chan, kali ini Lily-chan harus serius dari awal! Ingat ya Lily-chan?"

"Ya~ Lily akan serius!"

Juri pun segera datang ke arena itu untuk segera memulai pertarungan ini.

"Ehm! Baiklah..."

Juri pun menurunkan tangannya sebagai isyarat memulai pertarungan ini."

"Mulai!"

"Neko..."

Lily pun mengambil kuda-kuda dan menghilang, dengan sekejap Lily sudah berada tepat di depan Mikaella yang sangat terkejut melihat kecepatan Lily yang luar biasa dan berusaha untuk menyerangnya.

"Eh?!"

"Punch!"

"Aegis!"

Beruntung Mikaella mempunyai reflek yang bagus sehingga dia bisa memanggil perisai Aegis, tetapi perisai Aegis tidak bisa melindungi Mikaella dari kekuatan Lily yang luar biasa sehingga dia terpukul mundur.

"Gadis ini, dia sangat kuat!"

Lily sama sekali tidak berniat untuk memberikan Mikaella jeda, dia pun melompat dan berusaha menyerang Mikaella dengan Drop kicknya.

"Neko Kick!"

Mikaella pun langsung terbang menghindar dari serangan Lily itu.

Drop kick dari Lily pun mengenai lantai dari arena tersebut dan membuat seluruh lantai arena itu retak dan hancur dengan kekuatannya, itu membuat Mikaella berpikir dua kali jika dia mau bertarung dengan jarak yang dekat dengan Lily.

"Kalau begitu!"

Mikaella memutuskan untuk menggunakan kekuatan keajaibannya untuk menyerang Lily dari jarak jauh.

"Keajaiban: "

Pedang-pedang legenda pun mulai bermunculan di sekitar Mikaella dan mulai melesat menuju Lily.

Lily yang melihat itu pun sama sekali tidak menghindar, dia berlari langsung menuju Mikaella dengan kecepatan penuh.

"Neko Claw."

Lily dengan kedua tangannya mencakar pedang-pedang legenda yang terus menuju ke arahnya dan membuat pedang-pedang itu terpental jatuh.

"Apa-apaan sebenarnya dia?"

Mikaella yang melihat itu seperti tidak percaya kalau gadis biasa itu yang bahkan Mikaella sendiri tidak merasakan sesuatu yang berbahaya dari dia bisa sekuat ini.

"Kurasa aku harus menggunakan itu! Memang agak percuma tapi itu seharusnya cukup untuk mengalahkannya."

Mikaella pun mengangkat tangan kanannya.

"Sword of Ordeus!"

Dari tangan itu muncul sebuah pedang yang berwarna keemasan dan bersinar sangat terang.

Dengan cepat Michael langsung datang menyerang Lily dengan pedangnya itu, tetapi Lily tidaklah selemah itu sehingga dia akan kalah dengan serangan lemah seperti itu, dia berhasil menepis pedang Michael dengan tangan kecilnya dan menjauh.

"Tidak akan kubiarkan!"

Michael mengeluarkan sebuah tombak dari tangannya, dia pun melempar tombak itu ke arah dimana Lily berada.

"Longinus!"

Tombak itu dengan cepat melesat menuju Lily. Lily pun menghentikan langkahnya dan dia mengeluarkan kuda-kuda, dia menghirup udara sedalam-dalamnya dan mengepalkan tangannya.

Halt tahu apa yang Lily mau lakukan, doa pun merasa sedikit cemas karena tombak itu mempunyai kekuatan yang besar, sangat sulit untuk membalikannya apalagi dengan tangan kosong seperti itu.

"Apa gadis itu tidak apa-apa?"

Edward terlihat tetap tenang karena dia sangat tahu siapa Lily dan seberapa besar kekuatannya, setelah selama ini bersamanya dan selalu mengawasi Lily.

"Tidak apa-apa, Lily tidak akan kalah dalam pertaruhan ini."

"Neko super punch!"

Lily meninju tombak longinus itu dan seperti yang sudah diduga dari Lily, dia bisa menghancurkan tombak yang mempunyai kekuatan hebat itu dengan mudah.

"Seperti yang sudah aku duga dari kak Lilia, kau bahkan baru mengeluarkan sebagian kekuatanmu dan sudah bisa menghancurkan tombak itu...Tapi!"

Michael dengan kekuatan pedang Ordeusnya sudah menciptakan ribuan pedang di belakangnya yang masing-masing adalah pedang legenda yang mempunyai kekuatan hebat.

"Ordeus: Decies Gladius."

Mikaella pun memaksa tubuhnya untuk mengeluarkan salah satu senjata terhebatnya.

"Dengan ini kau pasti akan kalah!"

Ribuan pedang-pedang di belakang Michael pun mendekat dan dengan perlahan menyatu membentuk sebuah senjata yang berukuran sangat besar.

"Itu benar, tetapi Lily tidak akan membiarkannya."

"Oh my, kalau begitu buktikan!"

Mikaella mengarahkan senjata besarnya itu kepada Lily dan melesatkannya. Tentu itu adalah senjata yang sangat hebat karena hanya dengan melihatnya saja, tubuh seseorang bisa bergetar hebat.

Lily memasang kuda-kudanya lagi untuk bersiap mengeluarkan jurus andalannya untuk menghancurkan senjata Mikaella.

Di sekitar tubuh Lily mulai muncul seperti bintik-bintik air yang terus berkumpul, air-air itu pun seperti mengelilingi tubuh Lily dan menuju ke tangannya yang mengepal.

"Aquarius: Lunae Exterminatore."

Lily meninju pedang besar Mikaella dan di sana terjadi adu kekuatan yang hebat di antara keduanya sampai-sampai membuat penonton merasakan ketakutan, tetapi memang sudah terduga dari Lily, pedang besar Mikaella mulai retak akibat benturan itu.

"I-ini mustahil!"

Lily mengepalkan tangan kirinya, dia pun meninju lagi pedang besar itu dan membuat pedang itu kembali ke Mikaella.

"Eh, i-ini bohong kan?"

pedang itu pun meledak dengan sangat hebat sehingga membuat seluruh arena menjadi terang benderang.

Beruntung di sana sudah ada penghalang yang akan menghalangi serangan apapun menuju ke penonton sehingga mereka semua selamat dari ledakkan dahsyat itu yang bisa membuat semua orang di sana terpanggang, tetapi para penonton tidak bisa berhenti panik, sebagian besar dari mereka memilih untuk keluar meninggalkan arena demi keselamatan mereka.

Asap dari ledakan itu terus menutupi seisi arena sehingga tidak ada yang bisa melihat apa yang sekarang terjadi di sana, tetapi perlahan asap itu menghilang dan di sana sudah ada Edward yang berada di samping Lily dan menutupi tubuhnya yang hampir telanjang karena gaunnya yang hampir hancur akibat ledakan itu dengan kain.

Di sana juga terlihat Mikaella yang berbeda dari diri Mikaella yang tadi yang selalu percaya diri, rambutnya kembali menjadi berwarna keunguan dan dia terlihat seperti seorang yang kikuk sekarang.

"Geez kalian ini, apa kalian gak bisa sedikit menahan diri?"

Edward memang sudah menduga ini karena dia sangat tahu kebiasaan Lily yang selalu menyerang tanpa mengeluarkan sihir pertahanan apapun.

Tentu Lily masih berpikir kalau Edward masih mempunyai insting seperti makhluk hidup pada umumnya yang masih tertarik kepada lawan jenisnya karena dia masih belum menjadi sang cahaya sepenuhnya, oleh karena itu dia bingung kenapa Edward melakukan ini.

"Ed, kenapa?"

"Apa kau pikir aku mau melihat wanita telanjang di dalam arena ini? Aku sudah terlalu capek untuk itu."

"Nya~ apa Ed, gak tertarik lagi?"

"Lily, kau pikir aku orang mesum yang suka melihat itu?

"Salah?"

"Hahahahaha...sayang sekali aku sudah kehilangan nafsu seperti itu semenjak memulai perjalanan ini."

Chamuel yang mendengarkan itu pun langsung menyahut.

"Ed-chan...benarkah?"

"Tentu saja!"

"Uuuu...bagaimana dengan nasib Chamuel yang imut ini? Apa Chamuel akan mati tanpa punya keturunan?"

"Lily juga khawatir."

"Kalian...sejujurnya kalian anggap apa aku ini?"

"Itu tentu saja calon suami kami!"

Edward sampai sekarang masih sama sekali tidak tahu apa yang ada di pikiran Lily dan yang lainnya yang selalu mengatakan hal-hal aneh yang biasanya tidak dikatakan oleh gadis dengan wajah datar seperti itu.

"Heh, sayang sekali aku hanyalah orang biasa, aku tidak akan bisa menikah dengan bangsawan. Lagian kita kan beda ras, mana mungkin itu bisa terjadi."

"Ed-chan, peraturan itu gak penting, yang penting adalah cinta! Lagian bukankah imut kalau punya anak Half-Angel?"

Chamuel pun memegang kedua pipinya dengan telapak tangan dengan wajah yang terlihat senang.

"Kya~ hanya membayangkannya saja sudah membuat Chamuel ini senang!"

"Half-Angel? Apa itu bisa terjadi?"

White yang sedari tadi diam pun berjalan menuju ke Edward dan yang lain.

"Itu tidak mustahil, tuan Edward. Kenyataannya ada sangat kecil kemungkinan untuk mempunyai anak meskipun berbeda ras."

"Eh, benarkah?"

"Ya, hanya kurang dari satu persen, tetapi karena Manusia itu ras yang unik jadi aku perkirakan kesempatannya akan meningkat."

Itu memang tidak aneh jika Edward tidak mengetahui ini karena dia sama sekali belum pernah mendengar tentang pernikahan antar ras karena memang perasaan kesuperioritasan antar setiap ras sangat tinggi sehingga mereka tidak akan pernah menikahi seseorang di luar ras mereka meskipun tidak menutup fakta bahwa ada yang bisa jatuh cinta dengan seseorang dari ras lain.

"A-aku benar-benar gak tahu itu..."

Memang selama ini Edward tahu bahwa terkadang laki-laki dari ras Manusia suka memperbudak wanita dari ras selain dirinya hanya untuk dijadikan budak untuk memenuhi nafsunya, tetapi dia tidak pernah mendengar kalau ada yang benar-benar hamil karena itu.

"Sejujurnya ini terlihat menarik mengingat aku gak pernah dengar atau melihat ras Half-apalah sebelumnya."

"Apa yang Ed-chan katakan? Ed-chan kan pernah melihatnya."

"Eh, dimana?"

"Apa Ed-chan sudah lupa dengan Cornelia-chan? Ed-chan mungkin gak menyadarinya tetapi dia adalah Half-Angel."

"Be-benarkah itu?"

"Yap! Chamuel sangat yakin kalau dia adalah Half-Angel."

Chamuel pun melihat ini sebagai kesempatan untuknya.

"Kalau begitu Ed-chan, mau mencobanya?"

"Maaf aku akan pass, lagian mencobanya pun kelihatan gak berguna buatku."

"Tch! Padahal tinggal dikit lagi!"

"Ehm! Kita sudahi bercandaan ini, sekarang apa yang akan kita lakukan dengan arena yang hancur ini? Aku harap mereka gak minta ganti rugi."

Memang itu adalah kerusakan yang sangat parah, bahkan lantai dari arena itu sudah hancur berkeping-keping sehingga tidak berbentuk.

Chamuel dari awal memang tidak tertarik dengan hadiah uang atau apapun karena dengan kekayaannya dia bahkan bisa membeli seluruh arena ini.

"Tenang saja Ed-chan, Chamuel akan beli arena ini kalau perlu beserta orang-orangnya!"

"Tch dasar orang kaya!"

"Eh...Ed-chan, apa Ed-chan barusan bilang 'Tch' ke Chamuel?"

"Hanya perasaanmu saja! Oh iya, ngomong-ngomong apa Cornelia sudah sembuh ya?"

"Tenang saja Ed-chan, ingat siapa yang menjadi itunya!"

Edward teringat siapa orang yang sekarang menjadi orang yang merawat Cornelia, dia adalah Zadkiel yang tertarik dengan penelitian Cusack dan memutuskan untuk meneliti dan mengambil setiap rahasia di laboratorium Cusack yang bisa menggabungkan anak-anak itu menjadi satu entitas yang kuat.

"Ah...benar, Zadkiel ya..."

"Acho."

Tubuh Zadkiel pun seperti menggigil kedinginan.

"Tuan Zadkiel, apa tuan gak apa-apa? Apa perlu aku buatkan teh jahe?"

Di sana ada seorang gadis kecil berambut perak pendek yang terlihat khawatir dengan kesehatannya.

"Ah...aku tidak apa-apa Cornelia-chan, mungkin ini karena Edward dan yang lainnya sedang membicarakanku."

Cornelia pun terlihat sedikit antusias ketika Zadkiel menyebut nama Edward.

"Kak Edward!"

"Ya, mungkin dia sedang mengkhawatirkanmu sekarang."

"Benarkah?"

Tentu Edward menjadi orang yang spesial karena dia telah menyelamatkannya dari tempat yang kejam.

"Kira-kira kak Edward sedang berada di mana ya sekarang?"

"Entahlah...mungkin dia berada sangat jauh dari kita."

Cornelia memang sedikit sedih karena dia tidak bisa ikut dengan Edward dan juga White, setiap hari dia selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka semua para penyelamatnya.

"Jangan khawatir, kamu pasti akan bertemu dengannya lagi...tentunya setelah kamu bertemu dengan seseorang."

Tiba-tiba di sana muncul seorang Elf wanita yang mempunyai paras yang sangat cantik dengan mata biru dan rambut pirang panjangnya, dia adalah Aria sang gadis suci.

Cornelia terkejut dengan munculnya wanita itu secara tiba-tiba, dia pun bersembunyi di belakang Zadkiel.

"Tenanglah kakak itu adalah orang baik...mungkin."

"Ara, apa maksudmu dengan 'mungkin', aku adalah wanita yang sangat baik dan pengertian."

Aria pun mendekati Cornelia dengan senyuman di wajahnya.

"Perkenalkan gadis kecil, namaku adalah Aria, mulai sekarang aku akan menjadi pelatihmu sebelum kamu bertemu dengan papa."

"Pe-pelatih?"

"Ya, aku akan melatihmu sampai kamu menjadi layak bertemu dengan papa."

Cornelia tidak tahu kenapa dia merasakan perasaan yang sama sekali tidak mengenakkan yang akan terjadi dengan dirinya.

"Nantikan saja...Ufufufu."


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C27
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión