Descargar la aplicación
27.61% The Tales of Lixe / Chapter 28: The Emperor of The Death Arc: Turnamen di Kota Tennou part 5

Capítulo 28: The Emperor of The Death Arc: Turnamen di Kota Tennou part 5

Edward pun menghampiri Michael yang sekarang wujudnya kembali seperti semula lagi.

"Mika-nee, apa kau tidak apa-apa?"

Tidak seperti yang sebelumnya, kali ini Michael terlihat seperti seseorang yang sangat malu-malu dengan wajah memerahnya.

"A-aku tidak apa-apa..."

Edward merasa kagum ketika melihat Mikaella yang sama sekali tidak terluka setelah terkena serangannya sendiri yang sangat hebat, dia memang sudah bisa menduganya melihat Mikaella sendiri adalah seorang Archangel meskipun dia tidak tahu itu benar atau tidak.

"(sigh) Kalau begitu syukurlah, lain kali cobalah menahan diri."

Edward mengulurkan tangannya untuk membantu Mikaella berdiri, tetapi Mikaella hanya diam dan mengalihkan pandangannya dengan malu-malu.

"Mika-nee?"

Edward pun kebingungan dengan perubahan sifat dari Mikaella secara tiba-tiba ini.

Chamuel yang melihat itu pun berjalan mendatangi Edward yang kebingungan.

"Ed-chan, inilah sifat Mii-chan yang asli, dia adalah gadis yang sangat pemalu apalagi dengan laki-laki."

"Eh, bukannya tadi kalau gak salah dia mau...apa itu...oh iya! Bukannya dia bilang kalau menang mau melakukan French Kiss?"

Wajah Mikaella pun langsung memerah seperti tomat yang masak mendengar itu.

"I-itu...A-aku tidak me-mempunyai maksud seperti itu!"

Mendengar itu Edward menjadi lega karena Mikaella masihlah waras.

"Syukurlah kalau begitu."

"Ta-tapi...ka-kalau kamu memaksa...a-aku...bisa melakukannya...(Blush)"

Wajah Mikaella semakin memerah setelah mengatakan hal yang membuatnya malu sendiri.

Edward tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi gadis yang berusaha mengatakan hal yang malah membuatnya merasa semakin malu di depannya.

"Kau ya...apakah kau agresif atau pemalu, setidaknya pilihlah salah satu saja."

"Ma-maafkan aku..."

Chamuel pun mengulurkan tangannya ke Mikaella.

"Mii-chan, sini Chamuel bantu."

"Te-terima kasih...Chamuel."

Dengan dibantu Chamuel, Mikaella pun berdiri.

Edward pun mulai meragukan bahwa gadis itu adalah Mikaella yang dia kenal, lagipula Mikaella yang dia kenal adalah sesosok wanita yang mempunyai tubuh yang dewasa dengan paras yang cantik dan rambut panjang pirangnya.

"Apa gadis kecil ini benar-benar Mika-"

Tiba-tiba Mikaella terlihat mau jatuh pingsan, Edward pun dengan sigap langsung menangkap Mikaella agar tidak terjatuh ke lantai.

"Kurasa bukan waktunya untuk itu ya?"

Bagi Edward sangat wajar jika Mikaella yang seorang Archangel sampai kelelahan apalagi setelah mengeluarkan sihir sebesar itu.

"Dia pasti sangat kelelahan karena mengeluarkan sihir itu."

Chamuel tahu kalau itu sihir yang hebat meskipun Lily sendiri bisa mematikan kekuatan sebenarnya dari sihir itu, tetapi Mikaella tidak selemah itu sehingga dia bisa lelah hanya dengan mengeluarkan satu sihir hebat.

"Ed-chan, Mii-chan gak selemah itu, Chamuel rasa Mii-chan memang sudah kelelahan pas dia baru masuk kesini."

"Apapun itu, kurasa kita harus-"

Edward pun membopong Mikaella yang hampir pingsan itu.

"Tu-tunggu...aku...belum kalah."

Seperti biasa Mikaella adalah seseorang yang akan berusaha sampai titik terakhir untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, tetapi dalam kondisi seperti itu, mustahil bisa menang apalagi lawannya adalah sang Lily.

"Kukuku...Mii-chan sudahlah, mau bagaimana pun Chamuel yang akan menang, lagian White-chan juga gak akan mau melawan Lily-chan. Bukan begitu White-chan?"

Memang White berpikir untuk bisa menang melawan Lily dalam pertarungan satu lawan satu itu sangat lah sulit apalagi dengan kekuatan fisik Lily yang sangat luar biasa dan juga pertahanannya, setidaknya dia harus benar-benar serius meskipun dia tidak memakai kekuatan Zodiaknya dan itu mungkin bisa membahayakan seisi kota ini.

"Betul, karena kemungkinan 90% kota ini akan hancur, aku akan memilih untuk tidak melakukannya."

"Hehehehe benar kan?"

"Chamuel...jahat."

Edward senang karena mereka tidak benar-benar melakukannya untuk mendapatkan kemenangan sehingga turnamen ini bisa berakhir tanpa ada korban, tetapi pembawa acara beserta juri dari turnamen itu telah meninggalkan arena sejak dari tadi sehingga tidak ada yang mengumumkan kemenangan Chamuel dan Lily.

"Ya pemenangnya sudah diputuskan, tapi bagaimana ini?"

"Karena melihat Mii-chan, Chamuel rasa Chamuel akan menganggap ini seri saja. Lily-chan juga tidak keberatan kan?"

"Ya~ Lily ingin mendapatkan Ed dengan perasaan tulus dari hati."

Seperti biasa Lily sangat lah baik kepada yang lainnya, tetapi Edward benar-benar terkejut ketika dia mendengar Chamuel yang biasanya selalu bersaing dan tidak mau mengalah dengan siapa pun bisa mengatakan hal yang seperti itu.

"Aku memang gak terkejut dengan Lily tetapi Chamuel... aku terkejut ternyata kau punya sisi baik juga!"

"Mum...apa maksud Ed-chan? Meskipun Chamuel sangat ingin menang, tapi Chamuel yang imut ini pun juga gak mau persahabatan kami terluka!"

"He~h bukannya justru karena cinta seseorang tidak akan ragu menghianati sahabatnya?"

"Ya mungkin sih...tetapi kenapa kami harus saling benci kalau kami bisa berbagi Ed-chan? yah selama Chamuel yang imut ini gak jadi yang terakhir sih."

Chamuel sudah tahu kalau kesempatan Edward menerima itu sangat lah kecil karena dia adalah sang cahaya yang akan selalu menjadi putih indah tanpa ada warna lain yang bisa menodainya, tetapi setidaknya dia mau menjadi bahagia dan juga membuatnya bahagia.

"Dan juga kenapa Ed-chan selalu begitu! Padahal memiliki harem adalah impian laki-laki kan?"

"Heh! apa menurutmu aku ini orang yang tertarik buat memiliki banyak wanita? Kalau memang begitu aku sekarang pasti sudah memiliki istri dan juga banyak budak."

Chamuel tahu kalau kesempatan untuk dirinya menjadi yang nomor satu itu sangat lah kecil apalagi lawannya adalah Lily yang menjadi orang terdekat dengan sang cahaya, oleh karena itu dia selalu memaksa Edward untuk menerima situasi haremnya sekarang.

"Sudahlah Ed-chan, walaupun Ed-chan menolak pun, akan semakin banyak gadis yang akan berdatangan di masa depan."

"Hoi jangan bilang seperti itu, dan juga jangan hancurkan mimpiku dengan rencana Haremmu itu!"

Edward tahu kalau mereka semua memiliki kecantikan yang jauh di atas wanita biasa, tetapi Edward tetap tidak bisa menerima semua ini, dia tidak ingin memberi harapan mereka semua yang sudah Edward anggap sebagai seseorang yang berharga untuk kemudian melempar mereka ke dalam keputusasaan karena takdirnya yang kejam.

"Lagian sudah aku bilang berkali-kali kalau aku hanya orang biasa, bahkan aku juga gak punya rumah untuk bernaung."

"Apa Ed-chan pikir Chamuel yang imut ini butuh rumah lagi? Chamuel sudah punya istana megah, kalau perlu Chamuel bisa bangun istana cinta kita sendiri!"

Edward pun mulai lelah meladeni Chamuel yang selalu ngotot itu.

"(sigh) Ya ya terserahlah aku sudah lelah, sekarang aku mau segera pulang ke penginapan dan membiarkan Mika-nee untuk istirahat."

"Eh maksud Ed-chan?"

"Ya kalian harus berbagi kamar sama dia, nanti aku akan tanyakan kepada pegawai penginapan apa mereka punya kasur lantai tambahan."

"Roger!"

Kon pun berlari dengan wajah panik, tergesa-gesa menuju Edward dan yang lainnya.

"Tuan Edward!"

Kon langsung mendekap Edward dengan napas yang masih terengah-engah.

"Ja-jangan tinggalkan aku dengan om-om berwajah seram itu."

Kon memang merasa sangat ketakutan saat melihat wajah Halt yang menurutnya super menakutkan, apalagi ketika Edward tiba-tiba menghilang dari pandangannya.

"Maaf-maaf."

Edward mau mendapatkan hadiah uang dari turnamen ini, tetapi karena juri maupun staff yang lain sudah meninggalkan arena, dan juga dia tidak tega membiarkan Mikaella yang sudah tidak sadarkan diri itu, dia pun memutuskan untuk segera kembali menuju ke penginapan.

"Sekarang bagaimana ini? Masa kita harus membiarkan Lily seperti ini?"

"Tenang saja Ed-chan, Chamuel akan tunjukkan sesuatu yang hebat."

"He~h apa itu?"

"Lihat saja, Lily-chan kesinilah!"

Lily pun mendekat ke Chamuel.

Chamuel pun mengeluarkan tongkat sihirnya dan melakukan pose anehnya untuk mengeluarkan sihirnya, baju Lily yang robek itu pun dalam sekejap berubah menjadi seperti semula lagi.

Edward terkesan dengan sihir Chamuel yang aneh dan juga hebat itu.

"O~h hebat!"

Chamuel terlihat senang dan bangga dengan itu, dia pun membusungkan dadanya.

"Ehem Chamuel begitu loh! Tetapi sihir ini hanya sementara, jadi..."

"Ya ya kita harus membeli baju baru, baiklah kalau begitu kita pulang sekarang!"

Chamuel dan yang lainnya pun mengangkat tangan kanan mereka dengan ekspresi bahagia.

"Ooooh!"

Edward pun segera menggendong Mikaella di punggungnya dan berjalan pulang bersama dengan yang lain.

Sesampainya di penginapan, Edward segera membaringkan Mikaella di kasur dan membiarkannya istirahat.

"Selanjutnya aku serahkan pada kalian, kalau begitu sampai ketemu nanti."

"Ed-chan mau kemana?"

"Aku mau menemui seseorang."

Tiba-tiba Chamuel menatap Edward dengan tatapan yang mengerikan.

"Ed-chan mau bertemu wanita yang kemarin itu lagi ya?"

"Eh bagaimana kau-"

Chamuel sudah tahu segalanya karena segera setelah dia mencium ada bau wanita di badan Edward, dia langsung pergi mencari tahu tentang wanita itu dengan semua yang dia bisa.

"Tenang, aku akan mengajak Lily sekalian membelikan pakaian untuknya, dengan begitu kau tidak keberatan kan?"

"Baiklah kalau dengan Lily-chan Chamuel gak keberatan."

Lily terlihat sangat senang dengan itu.

"Baiklah kalau begitu, jaga Mika-nee baik-baik dan juga sampaikan ke White dan Kon kalau kita akan akan mengadakan pertemuan di tempat itu."

"Roger!"

Lily dan Edward berjalan keluar meninggalkan Chamuel yang sedang menjaga Mikaella, mereka pun berangkat menuju ke distrik perbelanjaan untuk membelikan Lily pakaian yang baru.

Sebenarnya Edward ingin mengajak Chamuel atau White karena dia sama sekali tidak tahu tentang fashion apalagi yang biasanya disukai oleh para gadis seperti Lily, bahkan dia pun juga tidak pernah melakukan ini untuk dirinya sendiri.

"Lily, sejujurnya aku tidak yakin kalau bisa membantu."

Lily sama sekali tidak mempermasalahkan tentang itu, dia akan selalu merasa senang dengan apapun yang diberikan Edward kepadanya karena itu lah dirinya.

"Lily gak masalah dengan apapun yang Ed berikan, Lily akan selalu menerima dengan senang hati."

"Yah aku senang dengan perasaanmu, tetapi kurasa aku akan perlu bantuan penjaga toko untuk ini."

Ini adalah situasi yang jarang dimana Edward bisa berjalan berdua dengan Lily karena selama ini Lily dan yang lainnya selalu bersama-sama.

"Oh ya Lily, aku penasaran tentang Mika-nee yang kelihatannya kenal denganmu, tetapi kenapa dia tiba-tiba seperti orang amnesia?"

Lily sudah tahu jawaban untuk itu karena mengingat Mikaella adalah salah satu dari anak-anak Zodiak yang merupakan adiknya, tetapi dia tidak mau memberitahukan ini sekarang karena janjinya dengan Chamuel agar Edward akan tetap menjadi Edward yang sekarang.

"Entah, Lily juga gak tahu."

Lily tahu kalau tidak benar untuk tetap merahasiakan ini dari Edward karena suatu saat juga Edward akan tahu dengan sendirinya tentang siapa dirinya yang sebenarnya, dan saat itulah maka tujuan yang sebenarnya dari dirinya akan dimulai.

"Tetapi aku tetap tidak menyangka kalau Mika-nee yang aku kenal akan jadi seperti itu, (sigh) kenapa semua wanita yang aku kenal bisa berubah menjadi gadis kecil seperti ini?"

"Ed, gak suka?"

Memang selama ini Edward merasa heran dengan ini, dia beruntung karena di sisinya ada White yang merupakan gadis normal yang ideal dan Lily juga tidak terlalu nampak seperti gadis kecil sehingga mereka semua akan nampak seperti sebuah party biasa, bukan seorang laki-laki yang berpetualang bersama gadis kecil.

"Ya...aku sih tidak masalah dengan itu, tetapi ketika memikirkan mereka mempunyai ketertarikan kepadaku, itu membuatku merasa takut."

Edward berhenti dan melihat orang-orang yang nampak seperti gelandangan di pinggiran jalan yang ramai.

"Lily, apa pendapatmu tentang kota ini?"

Lily pun juga ikut berhenti.

"Kota ini...penuh dengan kesedihan, tetapi masih ada banyak orang yang masih belum berputus asa."

"Aku juga merasakan hal yang sama."

Edward juga merasakan apa yang dirasakan Lily, karena itu lah dia mau membulatkan tekadnya untuk melakukan sesuatu untuk kota ini, bahkan untuk negeri ini.

"Untuk itu Lily, maukah kau membantuku?"

Lily tersenyum manis ke Edward.

"Lily akan selalu bersedia membantu Ed, untuk itu lah keberadaan Lily akan berarti."

Edward pun mengelus kepala Lily dengan lembut.

"Terima kasih Lily, dan juga cepat kembalilah ke wujudmu yang semula."

"Hmmm...? Ed, gak suka?"

Edward sangat menyukai wujud Nekolily, tetapi dia merasa tidak nyaman karena semua orang di jalan terus menatap Lily dengan tatapan yang tidak mengenakkan.

Tentu ini bukan karena dia khawatir dengan Lily, tetapi dia khawatir jika ada seseorang yang lancang menyentuh Lily atau mengatakan hal yang tidak sopan, maka Lily tidak akan segan-segan untuk melemparkannya ke angkasa apalagi situasi di kota itu sekarang sangat lah buruk, banyak para penjual budak yang suka menculik dan menjual seseorang demi uang.

"Apa kau tidak merasakan tatapan bahaya dari om-om di sana?"

Lily sama sekali tidak merasakan bahaya karena memang dirinya sudah terlalu kuat untuk merasa bahaya akan itu.

"Lily, gak merasakan apa-apa, tapi jika Ed memaksa."

Lily pun berubah kembali ke wujudnya yang semula.

"Tetapi apa wujud itu mempunyai kekuatan spesial? Aku melihat kau menggunakan jurus-jurus aneh saat itu."

"Tidak ada, Lily hanya melakukannya karena Ed kadang suka melihat White."

Edward sudah tahu kalau Lily itu sangat kuat, tetapi dia sama sekali tidak menyangka akan hal ini.

"Tunggu, jadi kau hanya melawan Mika-nee dengan kekuatan biasa?"

"Ya~"

"Kalau begitu Neko super Punch itu hanya pukulan biasa?"

"Ya~, apa Lily hebat?"

Edward merasa sedikit iri dengan kekuatan Lily yang sudah di luar ekspetasinya, tetapi di balik itu entah kenapa hatinya merasa sangat senang sehingga tidak bisa menahan senyumnya.

"Sial, sebenarnya sekuat apa dirimu itu? bahkan aku sendiri merasa tidak akan pernah bisa menandingimu seberapa keras aku berlatih."

"Ed juga kuat kok, pasti suatu saat Ed bisa melampaui Lily!"

"Hahahaha kurasa aku hanya bisa terus berusaha."

Mereka berdua pun akhirnya sampai ke sebuah took pakaian untuk membelikan Lily baju baru untuk menggantikan bajunya yang telah rusak.

"Baiklah akhirnya kita sampai juga."

Lily dan Edward pun segera memasuki toko pakaian itu dan disana mereka disambut dengan pelayan yang merupakan seorang beast.

"Selamat datang di toko kami, pelanggan yang terhormat."

Pelayan itu pun terpesona melihat Lily sehingga dia tertegun.

"Oh my, pelanggan yang amat cantik."

Edward pun berjalan ke arah pelayan itu.

"Maaf apa bisa anda bantu carikan pakaian yang cocok untuknya?"

Pelayan itu tidak menanggapi Edward karena dia sedang fokus untuk memandangi dan mengagumi Lily.

"Maaf, apa bisa aku-"

Pelayan itu pun langsung tersadar dan meminta maaf kepada Edward karena telah tidak menanggapinya.

"Ma-maafkan saya atas ketidaksopanannya."

"Jangan khawatir, aku tidak masalah. Yang lebih penting lagi, apa anda bisa membantu mencarikan pakaian yang pas untuknya?"

Pelayan itu pun sekarang terlihat sangat gugup.

"Ba-baiklah! Ta-tapi sebelumnya bo-bolehkah saya bertanya?"

"Hmmm? Bertanya apa?"

"A-apa anda itu seorang anggota kerajaan?"

Edward memang tahu kalau semua yang melihat Lily pasti akan mengira kalau dia adalah anggota keluarga kerajaan atau bangsawan tingkat tinggi meskipun Edward tidak tahu apa itu benar atau tidak, tetapi baginya Lily adalah seorang gadis kecil yang misterius.

"Aku tidak tahu tapi untuk sekarang kurasa Lily bukan anggota keluarga kerajaan...mungkin."

"Ti-tidak, bukan dia...tetapi anda."

Edward pun tertawa menanggapi pelayan itu yang menyebutnya sebagai anggota keluarga kerajaan.

"Aku? Hahahaha anda ini memang seseorang yang menarik ya? Mana mungkin seorang anggota keluarga kerajaan keluar tanpa pengawal?"

"Ta-tapi-"

"Aku bukanlah anggota keluarga kerajaan atau apapun, aku hanyalah seorang petualang yang tidak mempunyai status."

"Jangan mengatakan hal yang seperti itu, pangeran Edward."

Tiba-tiba dari dalam toko pakaian itu muncul seorang laki-laki yang mempunyai rambut pirang panjang dengan pakaian yang bagus dan rapi, dia adalah pangeran Julius yang merupakan anak dari raja kerajaan Aritophia, Edwin sang perkasa.

Edward pun sangat terkejut dengan kehadiran Julius yang entah kenapa tiba-tiba muncul di dalam toko pakaian itu, dia pun mencoba untuk bersikap tenang.

"Pangeran Edward? Maaf tapi sepertinya kau salah orang."

"Ehm, atau harus kupanggil pangeran Xavier Eucodia Artorias, anak dari pangeran Ludwig dan nona Cecilia."

Julius pun berjalan mendekati Edward dengan senyum di wajahnya, dia pun sedikit membungkukkan badannya.

"Saya yakin kalau anda sudah tahu, perkenalkan nama saya adalah Julius von Edelt, pangeran yang telah menggantikan anda selama ini.

Edward hanya terdiam dan memasang wajah seperti orang yang tidak tahu apa yang Julius sebenarnya katakan.

"Maaf sebelumnya tapi kami akan membawa kembali anda segera."

Edward merasa benar-benar tidak tenang sekarang, dia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Julius di kota ini, dia memang menjadi sedikit lengah karena mengingat orang yang tahu kalau dia masih hidup setelah pertarungan dengan Draconis sangatlah sedikit.

"Hah, apa maksudmu?"

"Itu artinya anda akan kami pulangkan agar bisa menggantikan ayahku untuk memegang tahta kerajaan Aritophia sebagai raja yang resmi."

"Aku sangat senang jika aku bisa menjadi raja, tetapi sayang sekali kelihatannya kau salah orang ya?"

"Percuma jika anda berusaha menyangkalnya, saya yakin kalau anda bukanlah orang bodoh."

"Lalu apa yang membuatmu berpikir kalau aku adalah orang itu?"

Julius melihat ke arah tangan kanan Edward yang memakai sarung tangan hitam.

"Di tangan kanan anda, ya di balik sarung tangan anda itu adalah buktinya."

"Apa yang sebenarnya kau maksud?"

"Di balik sarung tangan itu ada sebuah sihir yang hanya dimiliki oleh keluarga dari nona Cecilia, istri dari tuan Ludwig yaitu ayah anda."

Tentu sebelum dia mencari keberadaan Edward, Julius sudah menyelidiki dengan betul tentang siapa Edward yang sebenarnya dan apakah dia benar-benar pangeran Xavier yang dibawa pergi dari istana setelah dia lahir.

"Sebuah tanda Ankh dan di tangan kiri anda merupakan sihir spesial milik dari Great Sage."

Edward tidak bisa berkata apapun sekarang, dia benar-benar tidak menyangka kalau Julius akan tahu tentang ini semua.

"Ugh!"

"Bagaimana? Apakah anda sudah menyerah dan mau mengaku?"

"Tch tidak ada pilihan lain!"

Ini memang pertama kalinya Edward melakukan ini dan dia tidak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak tetapi dia sudah tidak mempunyai pilihan lain.

"Maaf tapi aku tidak punya waktu untuk bermain raja-rajaan!"

Julius juga sudah menyiapkan semuanya, dia sudah meyuruh Marielle dan saudaranya untuk berjaga untuk mencegah Edward melarikan diri, tetapi dia tidak tahu satu hal bahwa Edward yang sekarang sudah sangat berbeda dengan Edward yang dulu.

Edward pun langsung memegang tangan Lily dengan sangat erat.

"Teleport!"

"Tidak akan aku biarkan, Binding!"

Julius berusaha menggunakan sihirnya untuk menangkap Edward, tetapi Edward dengan kekuatan Cahayanya dengan sekejap mata menghilang dari hadapannya bahkan sebelum dia berhasil mengaktifkan sihirnya itu.

Saudara Marielle, Shaleem sangat terkejut dengan itu, dia benar-benar tidak menyangka kalau Edward yang pernah bertarung dengannya dan Marielle itu bisa menghilang secepat ini.

"Marielle, apa kau merasakan itu?"

Marielle yang melihat itu juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika melihat itu, dia yang selama ini dianggap memiliki kekuatan monster bisa tahu level dari kekuatan Edward yang sekarang sudah berbeda dari yang dulu.

"Kukukuku...hahahahahahaha...Ed, tidak aku sangka dia benar-benar masih hidup."

"(sigh) dia mulai lagi."

Sejak Marielle hampir terbunuh saat bertarung dengan Edward, Shaleem merasakan ada sesuatu yang berubah di dalam diri Marielle yang telah menjadi seseorang yang sangat aneh. Semenjak itu dia yang biasanya tenang dan pendiam menjadi seseorang yang sangat menakutkan seperti seorang psikopat gila apalagi semenjak kabar tentang kematian Edward terdengar olehnya.

"Ah...aku pasti tidak sedang bermimpi kan? Kali ini aku akan terus menguncinya dan tidak akan melepaskannya lagi."

"Adikku, jangan bodoh, pangeran Xavier adalah tunangan dari nona Arashel, kau tahu kan sekuat apa dia."

Marielle terlihat tidak senang ketika kakaknya menyebut nama Arashel.

"Tch wanita itu."

Edward yang kabur dengan teleportasi asal-asalannya itu tidak tahu dimana dia akan menuju karena pada dasarnya dia hanya meniru apa yang White pernah lakukan dan sekarang dia berada di tempat antah-berantah dengan Lily.

Edward benar-benar kelelahan hanya dengan menggunakan kekuatan teleportasi kecepatan cahaya itu, beban yang dia terima bahkan jauh melebihi ketika dia menggunakan kekuatan cahayanya yang lain.

Akhirnya saking kelelahannya, Edward pun langsung tergeletak dengan napas yang terengah-engah.

"Ed, kamu tidak apa-apa?"

"Hah...hah...hah..hah...A...aku...aku tidak apa-apa..."

Sialnya Edward tidak berpikir untuk membawa sebuah pakaian dari toko itu untuk Lily yang sekarang pakaiannya mulai kembali menjadi semula lagi.

"Tunggu sebentar...aku akan membuatkanmu pakaian setelah aku pulih."

"Ed, kamu tidak apa-apa?"

"Hah...hah...aku tidak apa-apa kok...hanya sedikit kelelahan saja."

Lily pun mendekati Edward yang tengah kelelahan itu.

"Ed, sedang lelah...kesempatan untuk Lily."

Edward yang kelelahan itu terkejut dengan apa yang dikatakan Lily dari mulutnya.

"Tunggu Lily...hah...hah...aku mohon jangan berbuat hal aneh."

Seperti biasa Lily hanya mengeluarkan wajah polosnya yang seolah-olah seperti gadis yang sama sekali tidak berdosa.

"Ed, percayalah dengan Lily."

Tidak seperti Chamuel, Lily selama ini tidak pernah berbuat hal-hal yang aneh-aneh kepada Edward, oleh karena itu dia selalu memperoleh kepercayaan sendiri di dalam hati Edward.

Lily pun tersenyum dan memegang tangan Edward dengan lembut, dia pun mencium tangan Edward.

"O mi domine."

Dengan sekejap, tubuh Edward yang semula kelelahan itu kembali menjadi seperti semula lagi seolah-olah semua kelelahannya itu hanya ilusi belaka.

"Tu-tubuhku kembali seperti semula? Bagaimana bisa?"

Edward kebingungan dengan itu karena ini pertama kalinya dia melihat hal yang seperti ini, bahkan tubuh Edward menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

"Lily, apa jangan-jangan kau mentransfer kekuatanmu?"

"Ya~"

Edward merasa sangat beruntung karena memiliki Lily yang tidak akan berbuat sesuatu yang aneh kepadanya bahkan di saat dia bisa melakukannya sekalipun.

"Kau benar-benar beda dari yang lain ya? Maafkan aku yang sempat berpikir kalau kau ingin melakukan hal aneh."

Lily pun menggenggam tangan Edward.

"Lily tidak akan melakukan hal yang tidak Ed sukai sekalipun Lily menginginkannya karena perasaan Lily adalah perasaan yang sangat murni."

Edward pun mengelus kepala Lily dengan lembut sembari tersenyum lebar.

"Hahahaha...kau mengatakan hal yang sangat menarik."

"Lily serius!"

"Ya aku tahu, mungkin kalau kau sudah dewasa sekarang, aku pasti akan segera melamarmu."

Lily pun menggembungkan pipinya.

"Mum...apa itu artinya Ed tidak puas dengan Lily yang sekarang."

"Tidak, aku hanya tidak ingin dipanggil Lolicon saja."

"Mum...apa Lily kelihatan seperti anak-anak?"

"Secara penampilan kau kan memang masih terlihat seperti gadis di bawah umur, selain itu perjalananku masih belum selesai."

Lily pun sedikit merentangkan tangannya.

"Kalau begitu Ed, boleh peluk?"

"Ya baiklah, lagipula kau sudah menolongku hari ini."

Lily pun langsung memeluk Edward dengan erat, pelukan itu tidak seperti dia yang biasanya, entah kenapa Edward bisa merasakan perasaan senang yang dirasakan Lily saat ini.

"Lily akan selalu bersama Ed!"

"Apa kau yakin dengan itu? aku yakin kalau mungkin lima puluh tahun dari sekarang aku sudah tidak semenarik sekarang."

Lily sama sekali tidak peduli dengan itu, bahkan jika Edward menjadi makhluk yang buruk rupa sekalipun perasaannya tidak akan berubah.

Itu memang tidak aneh karena Lily adalah reinkarnasi asli dari kekasih sang cahaya, perasaan Lily tidak akan pernah pudar walau dia mati berkali-kali sekalipun.

"Lily tidak peduli, yang Lily inginkan hanyalah bersama dengan Ed selamanya."

"Yah jika itu yang kau inginkan."

Edward tahu kalau Lily masih ingin memeluknya, tetapi walaupun Edward sekalipun, dia merasa tidak nyaman dipeluk oleh seorang gadis dengan pakaian yang robek-robek.

"Baiklah cukup, aku merasa gak enak dipeluk lama-lama oleh gadis yang hampir telanjang."

Edward yang telah pulih itu segera berdiri.

"Kurasa aku akan membuatkanmu pakaian darurat dulu jadi tunggu saja di sini."

"Pakaian darurat?"

"Yap, aku akan membuat pakaian memakai dedaunan itu, setidaknya itu lebih baik dari ini kan?"

"Ya~"

White pun akhirnya kembali setelah dia melakukan pengawasan atas perintah Edward, dia pun memasuki ruangan tempat mereka menginap dan dia melihat Chamuel yang tengah duduk di samping Mikaella yang tengah tertidur di kasur lantai yang empuk.

"White-chan bagaimana keadaannya?"

"Aku rasa masih belum ada pergerakan khusus dari pihak mereka."

"White-chan apa kau tahu tentang itu?"

"Tentu saja, aku sudah merasakannya semenjak aku pertama kali bertemu."

"Rubah ber-ekor sembilan ya...?"

Tentu sama seperti Edward, Chamuel dan White sudah menyadari siapa Kon yang sebenarnya saat pertama kali bertemu, tetapi Chamuel tetap tidak menyangka kalau di negeri yang dulunya aman dan tentram ini akan terjadi kudeta terhadap pemimpinnya.

"Tidak bisa dimaafkan! White-chan kau tahu apa yang harus kau lakukan kan?"

Pekerjaan ini sudah seperti sesuatu yang biasa bagi White, dia selalu ditugaskan untuk membunuh secara diam-diam selama ini, bahkan sudah tidak terhitung berapa banyak penjahat yang telah ia cabut nyawanya selama ini.

"Mencari informasi tentang pelakunya dan membunuhnya."

"Apa kau sudah tahu pelakunya?"

"Aku mempunyai kandidat beberapa orang yang mungkin menjadi otak dari semua ini."

"Ingat kita harus merahasiakan ini semua dari Ed-chan, Chamuel tidak mau kalau sampai Ed-chan tahu tentang ini dan malah mengotori tangannya sendiri."

White sangat setuju dengan itu, dia tidak bisa membiarkan tuannya mengotori tangannya sendiri untuk melakukan pekerjaan kotor seperti membunuh seseorang, bagi White dan yang lainnya sang cahaya haruslah suci dari segala noda. Untuk itu mereka bahkan akan dengan senang mengotori diri mereka sendiri.

"Aku setuju, tuanku Edward harus selalu menjadi keberadaan yang suci, dia tidak boleh sampai melakukan itu."

"Baiklah Chamuel harus siap-siap, bentar lagi Mii-chan akan bangun."

"Nona Chamuel, bagaimana menurut anda dengan kejadian yang dialami oleh nona Michelle?"

"Itu gampang, mengingat Mii-chan adalah reinkarnasi dari sang Leo yang selalu bangga dengan dirinya sendiri, Chamuel yakin kalau Mii-chan yang sebenarnya masih belum menerima fakta itu dan memilih untuk tetap sembunyi."

Memang Chamuel sangat mengenal siapa Xilia sebenarnya karena mereka berdua memang sudah menjadi sahabat dekat di masa lalu.

"Yah Chamuel rasa berkat Ed-chan, Mii-chan sudah gak mencoba bunuh diri lagi."

"Kalau begitu sampai kapan nona Michelle akan sembunyi?"

Chamuel pun mengelus kepala Mikaella dengan lembut sambil memperhatikan wajah tertidurnya.

"Entahlah, mungkin suatu saat Mii-chan mau keluar, tapi Chamuel sangat rindu dengan Mii-chan yang asli."

Chamuel memang sangat menyayangkan itu, dia sangat ingin bertemu dan bermain bersama dengan sahabatnya itu seperti dulu, hanya mereka bertiga, dia, Sharon, dan Mikaella.

"Hei White-chan, bagaimana menurut White-chan dengan Ed-chan?"

"Apa maksud nona Chamuel?"

"Chamuel merasa kalau Ed-chan sedang menyembunyikan sesuatu dari kita."

Chamuel adalah orang yang sangat peka terutama dengan apa yang menyangkut Edward, dia mulai merasakan sikap Edward yang berubah dari saat mereka berdua pertama kali bertemu.

"Entahlah, fakta bahwa tuanku tiba-tiba bisa mengendalikan kekuatan cahaya pun sampai sekarang masih membuat aku terus bertanya-tanya."

Tentu tidak mudah untuk mengendalikan kekuatan cahaya yang sangat besar, tetapi Edward tiba-tiba bisa mengendalikan itu bahkan tanpa sepengetahuan mereka semua yang hampir tidak pernah membiarkan Edward sendirian.

"Ngomong-ngomong dimana Tuanku?"

"Ed-chan tadi pergi sama Lily-chan buat beli pakaian."

White pun merasa aneh karena dia sama sekali tidak merasakan hawa keberadaan dari Edward saat dia kembali.

"Tetapi aku sama sekali tidak merasakan hawa keberadaan tuanku dan nona Lily."

"Eh?!"

Chamuel pun terkejut mendengar apa yang dikatakan White mengingat White adalah orang yang mempunyai kekuatan sensor terbaik dan White tidak pernah salah dalam mengenali Edward dan Lily meskipun hawa keberadaan mereka tercampur dengan banyak orang sekalipun.

"A-apa maksudnya dengan tidak ada?"

"Seperti yang sudah aku bilang, aku sama sekali tidak-"

"Kalau itu Chamuel sudah tahu. Tunggu dulu...Ed-chan dan Lily-chan menghilang..."

Tentu tidak pernah di dalam benak Chamuel berpikir kalau Edward akan berada dalam bahaya apalagi yang berada bersamanya adalah Lily yang merupakan anak Zodiak yang terkuat dari semuanya.

"Mereka juga gak mungkin dalam bahaya..."

"Karena ada nona Lily jadi itu tidak mungkin."

Chamuel pun terlihat panik dengan apa yang telah muncul di pikirannya tentang apa yang terjadi dengan mereka berdua.

"A-a-a-a-a-a-apa mungkin me-me-me-mereka sedang kencan?!"

Melihat Lily yang memang sudah dekat dengan Edward, tentu Chamuel tidak merasa kalau itu mustahil.

"Mumumumumumu...Shaa~ Chamuel sudah gak tahan, Chamuel sangat iri! White-chan ayo kita susul mereka!"

"Tetapi bagaimana dengan nona Michelle?"

"Tch, gak ada pilihan lain!"

Chamuel mengangkat tangan kanannya.

"Datanglah wahai tongkatku!"

Tongkat sihir serbaguna Chamuel pun muncul di tangan kanannya, dia pun langsung melakukan pose dengan senyum lebar.

"Dengan kekuatan cinta, sembuhkan lah Mii-chan."

"Nona Chamuel, itu?!"

"Kira kira...SMASH!"

Chamuel pun menggetok kepala Mikaella dengan tongkat serbaguna miliknya dengan keras sehingga Mikaella terbangun.

"Saki~t!"

Mikaella pun merasa kesakitan akibat ulah Chamuel itu sampai-sampai dia memegang bagian yang telah di getok oleh Chamuel dengan muka yang sangat memelas.

"Uwee~ Chamuel...jahat!"

"Shaa~ diam! Lagian Mii-chan sebenarnya sudah bangun kan?"

Untuk seorang sekelas Mikaella, tentu tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk bisa memulihkan dirinya walaupun masih belum sepenuhnya.

"Mii-chan juga sudah denger kan kalau Ed-chan sekarang lagi dalam bahaya?"

Mikaella memang kuat, tetapi dia bukanlah orang yang suka mencari masalah apalagi dengan seorang gadis yang bisa membalikkan serangannya dengan tangan kosong.

"Ta-tapi...gadis itu serem..."

"Mumumumu...yaudah kalau Mii-chan gak mau, Mii-chan Chamuel tinggal!"

"Heh! Tu-tunggu Chamuel?!"

Bagi orang yang sangat pemalu seperti Mikaella, itu adalah sesuatu yang sangat tidak mengenakkan untuk ditinggal sendirian di tempat yang tidak dia kenal, bahkan mungkin lebih buruk daripada mencari masalah dengan Lily.

"A-aku akan ikut ja-jadi jangan tinggalkan aku sendirian aku mohon!"

"Jeez...baiklah Chamuel ajak."

"Tetapi nona Chamuel, bagaimana cara kita menemukan tuan Edward?"

"Hmmm...? tinggal kita panggil aja Zad-chan, dia kan punya radar."

Chamuel mengeluarkan item komunikasi dari kantong menyimpanannya, dia pun mendekatkan item itu ke mulutnya dan mengaktifkannya, setelah alat komunikasi itu tersambung, disana terdengar suara Zadkiel.

"Chamuel, apa ada sesuatu yang darurat?"

Chamuel menarik napasnya dalam-dalam.

"ZAD-CHAN, CEPAT CARI TAHU DIMANA ED-CHAN SEKARANG!"

Suara Chamuel terdengar sangat keras sehingga telinga Zadkiel sampai dibuat berdengung olehnya.

"Tunggu tunggu tunggu, sabar sabar, memangnya ada apa sih?"

White pun mengambil alat komunikasi itu dari Chamuel.

"Zadkiel, sebenarnya tuanku dan nona Lily tiba-tiba menghilang, apa kamu bisa cari tahu dimana mereka?"

"Aku bisa tapi..."

Zadkiel adalah seseorang yang sangat sibuk, tetapi memikirkan kalau Chamuel akan mengamuk jika tidak dituruti maka dia pun memutuskan untuk menurutinya kali ini.

"Ehm baiklah aku akan beritahu, tunggu sebentar biar aku lihat dulu..."

"Apa masih belum ketemu?"

"Tunggu sebentar...ah ketemu, tapi..."

Zadkiel sedikit terkejut melihat posisi dimana Edward dan Lily sekarang berada, dia tidak habis pikir bagaimana mereka bisa sampai ke sana.

"Ada apa? Apa ada masalah?"

"Tidak, aku hanya heran kenapa dia bisa berada di sana."

"Hmmm...?"

"Kalau tidak salah kalian sedang ada di kerajaan Beast kan ya?"

"Ya."

"Tetapi Edward dan Lily kecil sekarang sedang berada di pulau kabut."

White juga sedikit terkejut mendengar ini, dia tidak tahu bagaimana cara Edward dan Lily bisa tiba-tiba berada di pulau itu yang jaraknya ratusan, bahkan ribuan kilometer dari kota Tennou.

"Benarkah itu?"

"Ya tidak salah lagi."

"Pulau kabut ya? Oke Chamuel akan siapkan."

Chamuel tiba-tiba mengeluarkan sebuah gerbang batu kotak yang besar dan berat yang saking beratnya lantai dari ruangan kamar itu sampai jebol.

"Oke siap!"

"Nona Chamuel, ini bukannya?"

"Ya."

"Tapi kenapa bisa?"

Tentu gerbang batu persegi panjang itu bukan lah sebarang gerbang, melainkan itu adalah gerbang khusus yang biasa dipakai oleh para malaikat di masa lalu yang sekarang dijadikan monumen karena mereka sudah menemukan sesuatu yang lebih hebat.

"Karena kelihatannya berguna ya Chamuel ambil aja."

"Hoi Chamuel, jadi memang benar kau ya yang mencuri benda itu?"

"Te~he!"

"Jeez! Apa yang akan dikatakan Gabriel jika dia tahu?"

"Kalau begitu jangan bilang siapa-siapa!"

"(sigh) yah baiklah, kalau begitu titipkan salamku untuk Aria."

"Roger!"

Chamuel pun menempelkan tangannya ke gerbang batu tersebut dan mengalirkan energi sihirnya untuk mengaktifkan.

Ukiran-ukiran yang berada di gerbang itu pun mulai bersinar dan akhirnya gerbang itu pun aktif, Chamuel pun segera menyetel posisi teleportasi menuju ke pulau kabut.

"Yosh, selesai!"

Chamuel mungkin memang sangat mahir dalam menggunakan sihir dan peralatan-peralatannya, tetapi Mikaella tetap merasa khawatir kalau ada kesalahan.

"Cha-Chamuel, apa kau yakin kalau ini aman?"

"Mum...apa Mii-chan meragukan Chamuel?"

"Ti-tidak!"

"Kalau begitu aku akan memeriksanya."

White pun mendekati gerbang itu dan menempelkan telapak tangannya.

"Hmmm...nona Chamuel, kurasa pengaturannya sudah benar, tetapi koordinatnya salah."

"Eh, salah?"

"Su-sudah kuduga!"

Koordinat yang dituliskan Chamuel mungkin tidak berbahaya bagi mereka, tetapi White pun juga tidak ingin mengalami kejutan seperti jatuh dari ketinggian.

"Yap, walaupun aku sekalipun tidak mau mendapat kejutan jatuh dari langit."

White pun mengatur kembali koordinat yang telah dituliskan oleh Chamuel dengan koordinat yang tepat.

"Sudah aku atur ulang."

"Baiklah kalau begitu lets go~"

Chamuel, Mikaella, dan White pun segera memasuki gerbang teleportasi untuk segera menyusul Edward dan mereka pun sampai di sana, pulau kabut.

Sebelum meninggalkan lokasi itu, Chamuel pun menyentuh gerbang itu lagi.

"Nona Chamuel, apa yang anda lakukan?"

"Mengembalikan koordinatnya menjadi semula."

"Tapi kenapa?"

Tentu ada alasan khusus di balik ini, Chamuel tidak mau kalau tempat ini diketahui oleh publik jadi dia berpikir untuk mengubah koordinatnya agar mereka yang memasuki gerbang ini tanpa izin akan terkena kejutan.

"Kukuku...biar orang iseng yang memasuki gerbang ini bisa dapat pelajaran."

"Chamuel...kau memang jail."

"Biarin! Yosh dah selesai, sekarang lanjut!"

Mereka semua pun memulai perjalanan untuk mencari Edward dan Lily, sementara itu Kon yang mendengar suara dentuman keras dari kamar Chamuel dan yang lainnya pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana.

Kon yang penasaran itu pun mengetuk pintu kamar Chamuel dan yang lainnya.

"Nona Chamuel, Nona Lily, Nona White, apa ada sesuatu yang terjadi di sana?"

Kon terus mengetuk tetapi sama sekali tidak ada jawaban dari mereka semua.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka?"

Kon pun merasa semakin penasaran dengan apa yang telah terjadi di sana.

"A-aku masuk lho."

Kon membuka pintu kamar mereka dan dia pun menemukan sebuah benda aneh yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

"Apa itu?"

Kon yang penuh dengan rasa penasaran itu tanpa ragu mendekati gerbang teleportasi itu, dia pun mulai menyentuh dan mengendus benda yang sangat aneh itu, dia mau mencoba memasuki benda itu tetapi entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak sehingga dia berpikir ulang.

Sementara itu di pulau kabut, Sharon dan Evelyn tengah duduk-duduk santai di samping air terjun yang indah yang terletak tidak jauh dari kuil, mereka ingin mengistirahatkan diri mereka setelah latihan berat mereka kemarin.

"Ah...kemarin sangat melelahkan."

"Ya, aku tidak menyangka kalau kita harus mengalahkan monster sebanyak itu."

Ini sudah dua bulan semenjak kedatangan mereka di pulau ini, sejak saat itu mereka selalu dilatih oleh Aria dengan sangat keras sampai-sampai mereka selalu kelelahan setiap hari. Tetapi bagi mereka ini adalah usaha yang setimpal dengan hasil yang telah mereka peroleh sekarang.

"Evelyn, bagaimana latihanmu kemarin?"

"Ya, aku berhasil mengalahkan mereka semua."

Berkat latihan yang keras itu, Evelyn yang dulunya tidak bisa apa-apa sekarang dia bisa mengalahkan banyak monster sendirian.

"Hebat juga kau."

"Kamu juga kan? Kamu bahkan bisa mengalahkan mereka lebih cepat dariku."

"Itu karena aku petarung jarak dekat sedangkan kau pengguna panah."

Evelyn benar-benar tidak pernah mengira dirinya akan bisa menggunakan panah sebelumnya, bahkan saat dia di kerajaan Elf, dia sama sekali tidak pernah menyentuh itu sekalipun.

"Tetapi aku merasa sangat terkejut ketika mengetahui kalau Aria sebenarnya adalah High Elf."

"Hmmm...? apakah semengejutkan itu kah?"

"Ya, High Elf adalah dianggap hanya sebagai legenda karena hanya para pahlawan legenda Elf saja yang yang memiliki subras High Elf."

High Elf adalah salah satu subras Elf yang sangat melegenda, mereka mempunyai kekuatan yang jauh melebihi ras Elf yang lainnya. Salah satu ciri-ciri yang mencolok dari ras High Elf adalah mempunyai rambut berwarna putih seperti dan juga kulit putih kemerah-merahan.

"Ya meskipun aku juga termasuk salah satunya dan juga aku tidak menyangka kalau ada ras Elf juga di Iume."

Itu adalah fakta yang sama sekali tidak diketahui oleh Evelyn, karena dia sama sekali tidak memiliki ciri-ciri yang seperti itu, tetapi yang lebih mengejutkan Evelyn adalah kebenaran dibalik subras High Elf yang tidak pernah terpikirkan oleh siapapun.

"Tapi ngomong-ngomong bagaimana menurutmu tentang apa yang dikatakan Aria?"

"Ah tentang kebenaran dari High Elf kah?"

"Ya."

Mereka pun mengingat kembali saat Aria menjelaskan tentang siapa mereka yang sebenarnya.

Di sana sudah berkumpul Sharon dan Evelyn yang mengikuti Aria dengan serius dan juga Lilith yang tidak tahu kenapa dia juga diajak kemari.

"Ehm baiklah jadi aku akan menjelaskan sesuatu."

Lilith yang masih lelah itu pun menguap sambil kepalanya yang seakan sudah tidak kuat berdiri.

"Hoi Lilith, jangan buat Aria marah lagi!"

Dengan sekejap Lilith langsung membuka matanya dengan lebar karena dia sangat tahu seberapa mengerikannya Aria ketika dia marah.

"Tentu kalian tahu kan kalau warna rambut dari nona Lily , Chamuel dan juga kak White itu putih bersih? Tapi kenapa bisa begitu?"

Mereka pun berpikir sejenak, memang mereka selalu bertanya-tanya kenapa warna rambut mereka itu putih seperti salju karena mengingat sangat jarang orang yang mempunyainya kecuali orang-orang tua yang beruban.

"Apa karena mereka sudah...berumur mungkin..."

"Ehm! Aku tidak menyangkal kalau usia mereka bertiga memang sudah ya...ribuan tahun, tetapi bukan karena itu."

"Salah ya?"

"Itu karena mereka adalah anak-anak Zodiak yang merupakan Myth."

Sharon dan Evelyn sudah tahu itu, tetapi ini sangat aneh karena mereka berdua sama sekali tidak memiliki ciri-ciri yang sama.

"Jadi bagaimana dengan kita?"

"Kita? Ehm! Maaf tapi sebenarnya rambutku juga berwarna putih seperti yang lainnya."

Sharon dan yang lainnya pun terkejut mendengar itu.

"Heh?!"

"Maaf aku tidak pernah memperlihatkan wujudku yang sebenarnya kepada kalian ya?"

"Wujud yang asli?!"

"Yap, aku tidak sama seperti Chamuel, aku selalu menyembunyikan wujud asliku karena itu mungkin bisa membuat kerusuhan."

Sharon dan yang lainnya sama sekali tidak menyangka ini, mereka tidak menyangka kalau selama ini benar-benar tertipu dengan wujud palsu dari Aria.

Sharon dan yang lain melihat Aria dengan tatapan serius, mereka merasa sangat penasaran dengan wujud asli dari Aria yang katanya bisa memicu kerusuhan itu.

"Kita para Zodiak pada awalnya adalah Myth dan semua Myth mempunyai rambut berwarna putih, sampai situ kau bisa menarik kesimpulannya kan, Evelyn?"

"Myth...rambut putih...Elf...tunggu, Elf!"

Evelyn terlihat sangat terkejut karena dia sudah menyadari sesuatu tentang Aria.

"Ja-jangan-jangan kamu...High Elf?!"

"Yap benar sekali, coba bayangkan kalau mereka semua tahu."

Evelyn pun sekarang menjadi mengerti kenapa Aria tidak pernah menunjukkan wujud aslinya kepada mereka semua, tetapi dia benar-benar tidak menyangka kalau High Elf benar-benar ada di dunia ini.

"Dan juga karena wujudku yang seorang gadis kecil seperti kalian karena aku telah membangkitkan kekuatanku saat masih berumur seratus tiga puluh tahun."

Jangka hidup Elf memang sangat lah panjang bahkan sepuluh tahun Elf, sama dengan satu tahun manusia, oleh karena itu bangsa Elf dulu sering diburu untuk didapatkan darahnya yang dipercaya sebagai ramuan awet muda.

"Ya...yang pasti akan timbul kerusuhan apabila ada gadis kecil yang memimpin sebuah kerajaan sepertiku."

"Jadi itu kenapa kau membuat wujud palsu?"

"Ya. Yah meskipun sebenarnya aku mau menjadi dewasa dulu sebelum kekuatanku bangkit tapi ya...aku tidak punya pilihan lain."

Sharon dan yang lainnya pun terlihat kebingungan dengan itu karena White terlihat berbeda dari yang lainnya.

"Tetapi kenapa White berbeda? Dia sama sekali tidak berwujud seperti gadis kecil."

"Kak White dan nona Lilia sangatlah berbeda dari kita."

"Berbeda?"

"Walaupun mereka anak-anak Zodiak seperti kita, tetapi mereka tetaplah seorang Myth seperti dulu sedangkan kita adalah reinkarnasi."

"Reinkarnasi? Apa maksudnya?"

"Itu artinya mereka berdua memang sudah berwujud seperti itu dari awal karena itu memang tubuh asli mereka, itu lah kenapa baik kak White maupun nona Lily bisa mengeluarkan kekuatan mereka sampai titik maksimal karena tubuh Myth jauh lebih kuat daripada yang lain."

Memang mereka berdua sangat pantas untuk itu tetapi meskipun begitu Aria merasa sedikit iri dengan mereka berdua karena mereka berdua yang bisa terus berada di sisi Edward dan melindunginya.

"Dan selama mereka berdua ada di sisi papa, maka aku yakin kalau papa akan aman."

"Te-tetapi apakah ada jalan supaya kita bisa memakai kekuatan kita secara maksimal?"

"Sayangnya kita sendiri masih belum tahu, kamu juga pernah kan mencoba memakai kekuatan Zodiakmu secara maksimal?"

"Eh?"

Sharon pun terkejut dengan apa yang dikatakan Aria, dia sendiri tidak pernah mengingat kapan dia menggunakan kekuatan Zodiaknya disaat dia baru tahu kebenaran ini.

"Kelihatannya kau tidak sadar ya? Coba ingat saat kau bertarung melawan Draconis."

Ingatan Sharon memang sedikit buram saat itu karena dia sendiri telah kehilangan dirinya, bahkan dia sama sekali tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

"Benarkah? Tetapi bagaimana dengan sihir yang kakaknya Evelyn lakukan?"

"Pada dasarnya sihir yang kalian gunakan adalah sama yaitu sihir yang akan meningkatkan kekuatan kalian sampai puncak. Itu lah kenapa perbedaan diantara kalian sangatlah mencolok dimana kau bisa mengalahkan Draconis dengan sangat mudah karena kau telah menggunakan kekuatan Zodiak dengan maksimal."

Sharon memang hanya tahu seberapa parah keadaannya setelah mendengar cerita dari Edward, Lilith dan Chamuel yang sampai-sampai Zadkiel perlu untuk membuat tubuh pengganti untuknya.

"Karena itu Sharon, jangan memaksakan diri karena kau adalah salah satu dari kami. Aku yakin kalau nona Lilia, kak White, Chamuel dan semuanya juga berpikir hal yang sama, terutama papa yang sampai menjatuhkan air matanya untukmu."

Sharon merasa bersalah karena kebodohan yang pernah dia buat itu, dia terlalu dibutakan oleh kebencian sehingga sudah tidak bisa berpikir jernih lagi.

"Ya, aku mengerti..."

"Dan kalian juga, Evelyn, Lilith."

Lilith kelihatan terkejut saat namanya disebut oleh aria karena memang dia sendiri merasa sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini semua.

"Eh aku juga?"

"Apa yang kau maksud? Kau juga adalah bagian dari kami."

"Ta-tapi aku-"

"Yah sekarang kau masih belum ingat, tetapi mengingat siapa dirimu yang sebenarnya aku yakin kalau sebentar lagi kau akan segera ingat."

Evelyn benar-benar merasa terkejut saat itu, terutama ketika dia mengetahui tentang siapa dirinya yang juga adalah High Elf.

"Aku sama sekali tidak menyangka kalau aku itu sebenarnya..."

Sharon tahu bagaimana perasaan Evelyn karena dia juga sangat terkejut ketika mendengar bahwa dia sebenarnya adalah saudara kembar Chamuel yang bahkan tidak pernah akrab dengannya.

"Ya, ternyata masih banyak hal yang masih belum kita ketahui."

"Ed, bagaimana?"

Edward memang lega melihat Lily yang sangat senang dengan pakaian yang dia buat, tetapi di mata Edward baju darurat itu terlihat tidak pantas dipakai oleh Lily.

"Maaf Lily, kalau saja aku bisa membawa satu gaun dari toko itu."

Lily mempunyai pikiran yang berbeda dengan Edward, dia merasa sangat senang karena walaupun pakaian itu terbuat dari daun, tetapi itu adalah buatan Edward sendiri yang membuatnya berharap kalau pakaian itu bisa bertahan selamanya.

"Kenapa? Lily, lebih senang dengan ini."

"Ngomong-ngomong ini untukmu!"

Edward pun memberikan sebuah untaian mahkota bunga Lily putih untuk mempercantik tampilan Lily.

Lily terkejut dengan apa yang diberikan oleh Edward, dia benar-benar tidak menyangka akan hal ini.

"Ed, ini?"

"Ini adalah mahkota bunga Lily sebagai permintaan maafku, pakailah kurasa itu akan cocok untukmu."

Lily pun memeluk mahkota bunga itu dengan wajah yang sangat bahagia karena itu mengingatkannya dengan masa lalu dimana sang Cahaya juga pernah memberikannya hal yang sama.

"Makasih...makasih, Ed."

"Ya, sama-sama. Kalau begitu cepat pakailah."

Lily pun memakai mahkota bunga itu dan memang benar, mahkota itu terlihat sangat cocok dengan Lily sampai-sampai Edward sendiri terkagum olehnya.

"Hahahaha aku tidak menyangka kalau akan sebagus ini."

"Ed, bolehkah Lily menjaga mahkota ini?"

"Apa yang kau maksud? Mahkota itu sudah sepenuhnya menjadi milikmu."

Melihat Lily yang terlihat sangat senang dengan itu benar-benar membuat Edward juga ikut merasa senang, sekarang dia pun menjadi merasa telah semakin mengenal Lily, sang gadis yang penuh misteri.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita segera pergi dari sini!"

"Ya~"

Mereka berdua pun bergegas untuk keluar dari hutan ini dan kembali ke kota Tennou, tetapi Edward sama sekai tidak tahu sekarang dia berada di mana.

Entah kenapa Edward merasa seperti dia mengenali tempat ini meskipun dia belum pernah menginjakkan kakinya disana, dia melihat ke sekelilingnya dan dia merasa sangat yakin kalau dia sangat mengenali tempat itu.

"Ed, kenapa?"

"Tidak, aku hanya mengingat petualangan kita yang pertama kali, waktu itu juga seperti ini kan?"

"Ya~

"Tetapi sebenarnya ini dimana?"

Tiba-tiba disana muncul seorang gadis berambut merah dengan kulit yang coklat, dia adalah Lilith yang tidak sengaja melihat Edward dan Lily.

"Eh Ed? Ke-kenapa kau disini?"

"Lilith juga kenapa ada disini?"

"Kenapa? Ini kan memang tempat Sharon dan yang lainnya berlatih."

"Lama gak jumpa, Lilith!"

"Lama? Kita kan baru gak ketemu satu bulan."

Edward merasa senang karena Lilith baik-baik saja, tetapi dia masih belum melihat Sharon dan Evelyn disana.

"Lalu dimana Sharon dan Evelyn?"

"Mereka katanya mau istirahat di dekat air terjun."

"Jadi kenapa kalian berdua bisa berada disini?"

"Yah...sebenarnya karena alasan khusus aku menggunakan sihir teleportku dan tiba-tiba aku dan Lily berakhir disini."

"(sigh) Temanku...kamu memang benar-benar cerobo-"

Lilith pun teringat dengan Aria yang mengatakan bahwa dia adalah merupakan bagian dari keluarga mereka, wajahnya pun memerah ketika memikirkan bahwa itu artinya dia mempunyai rasa kepada Edward.

"Lilith...ada apa?"

"Ti-tidak ada apa-apa, a-aku hanya melamun sebentar!"

Melihat ekspresi Lilith, Edward yang sudah berulang kali pernah melihat ekspresi itu dari Sharon pun mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Hmmm...? aneh...itu tidak mungkin kan kalau kau tiba-tiba mempunyai perasaan kepadaku, temanku?"

Tanpa basa-basi Lilith pun langsung membantah itu meskipun dengan wajahnya yang memerah dan terlihat sangat panik.

"I-itu tidak mungkin kan? Ki-kita adalah teman baik, tidak lebih dari itu."

Edward memang bersyukur kalau Lilith hanya menganggapnya sebagai teman karena dia sudah tidak ingin menambah dosanya lagi lebih dari sekarang, tetapi dia tetap merasa curiga dengan tingkah aneh Lilith.

"Kalau begitu syukurlah, kita tetap akan menjadi teman baik."

"Tentu saja, kita tetaplah teman baik...hanya teman...baik..."

Perasaan Lilith mendadak menjadi tidak enak ketika mengucapkan kata 'teman' tidak seperti sebelum-sebelumnya dimana dia memang tidak mempunyai perasaan khusus kepada Edward.

"Baiklah kalau begitu bisa kau antarkan kami ke tempat kalian?"

Lilith ingin mengantarkan mereka, tetapi dia tidak mau membuat Aria marah sekali lagi karena dia sama sekali tidak segan-segan menghukumnya lagi jika dia bermalas-malasan.

"Maaf, tetapi aku mau ada keperluan sekarang...ini menyangkut hidup dan mati."

"Hidup dan mati? Kelihatannya berat, apa ada yang bisa aku bantu?"

Itu bukanlah sebuah tugas yang berat bagi Lilith karena dia hanya harus mengambil bahan-bahan makanan di hutan itu.

"Ti-tidak, ini hanya kegiatan biasa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ehm! Kalau kamu ingin ke tempat kami, tinggal jalan saja ke utara nanti kamu akan menemukan sebuah kuil yang besar sekali."

"Utara ya? Aku mengerti."

"Baiklah kalau begitu aku akan pergi dulu ya!"

"Hati-hati ya!"

Lilith pun segera pergi untuk mengumpulkan bahan-bahan makanan sebelum Aria memarahi dan menghukumnya dengan keras lagi.

Hutan ini terlihat seperti hutan yang tidak seberbahaya hutan kematian yang dipenuhi oleh monster-monster kuat yang siap memangsa siapapun, oleh karena itu Edward tidak berpikir yang aneh-aneh seperti ada monster bunglon yang tiba-tiba muncul dari pohon atau pun buaya raksasa berkulit keras.

"Lily, ayo kita berangkat!"

"Ya~"

Edward dan Lily pun berangkat menuju ke arah yang ditunjukkan oleh Lilith yaitu sebuah kuil. selama perjalanan, mereka berdua sama sekali tidak menemui hambatan sama sekali, tidak seperti Sharon dan yang lainnya saat pertama kali datang kemari.

Setelah berjalan lumayan lama, akhirnya Lily dan Edward pun melihat reruntuhan tua yang sudah dipenuhi dengan lumut.

Edward pun terkesan melihat pemandangan reruntuhan bangunan-bangunan di sekitarnya yang telah ditutupi dengan lumut yang dipadukan dengan pemandangan hutan yang hijau.

"Ini..."

"Ed ayo!"

Lmereka berdua pun terus berjalan melewati reruntuhan-reruntuhan kuno tersebut untuk menuju ke sebuah kuil.

Edward memang merasa kalau tempat ini adalah tempat yang indah, tetapi dia juga merasakan kesedihan yang amat mendalam dari tempat ini yang seakan-akan mencoba mengingatkannya tentang sesuatu.

"Ed, disana!"

Edward pun melihat sebuah patung raksasa seorang pria dengan rambut panjang yang berdiri dengan kokoh di depan kuil besar yang berada di belakangnya.

"Itu...patung?"

"Itu adalah patung anda, Papa!"

Tiba-tiba muncul seorang wanita yang tidak Edward kenal, dia adalah sang gadis suci Aria yang telah menjadi penjaga dari kuil ini selama bertahun-tahun.

Edward pun terkejut ketika tiba-tiba di sampingnya ada seorang wanita berambut pirang yang memanggilnya papa.

"Si-siapa kamu?"

Aria pun berlutut di hadapan Edward.

"Namaku adalah Aurelia von Seckendorff, tetapi papa bisa memanggilku Aria."

Edward pun merasa aneh karena ada seorang wanita yang terlihat seperti seumuran dengannya yang memanggilnya papa, dia bahkan tidak pernah bertemu atau kenal dengan wanita itu.

"Eh papa? Aku?"

Wanita itu pun langsung memeluk Edward dengan erat dengan air mata kerinduan yang mengalir di pipinya.

"Tu-tunggu!"

"Papa...akhirnya anda datang juga, aku...aku sangat merindukanmu...sangat...sangat."

Edward benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sekarang, tetapi melihat Aria yang terlihat sangat senang maka Edward hanya diam dan menuruti kemauannya.

Aria terus memeluk Edward dengan perasaan yang sangat bahagia karena setelah selama beratus-ratus tahun menunggu, dia akhirnya bisa mengabulkan mimpi terbesarnya yaitu bertemu dengan Edward.

Tiba-tiba Aria dikejutkan karena dia melihat hal yang sangat aneh terjadi dimana pemandangan di sekitarnya berubah menjadi sebuah padang luas, bahkan Edward yang ada di pelukannya tiba-tiba menghilang.

"A-apa ini? Ilusi?"

Aria pun melihat dirinya dan dia terkejut karena mendapati dirinya yang kembali ke wujudnya yang asli.

"Tubuhku...kembali?"

Tepat di tengah padang bunga itu dia melihat sesosok laki-laki yang mempunyai rambut panjang dengan rambut berwarna putih dan juga kulitnya yang putih tetapi bukan putih seperti manusia, melainkan hanya berwarna putih seperti salju sama seperti warna rambutnya.

Laki-laki itu terlihat berdiri sambil memegang sebuah pedang yang tertancap di tanah.

Aria pun tertegun melihat wujud laki-laki itu yang sangat indah sampai dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.

Aria sangat mengenali laki-laki itu, dia adalah orang yang berkuasa atas dirinya dan para anak-anak Zodiak yang lain, Aria sangat yakin akan hal itu sekalipun dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"O mi domine...sang Cahaya..."

Tanpa pikir panjang Aria langsung berlari menghampiri laki-laki itu, tetapi tiba-tiba muncul tanaman yang menjalar di tubuhnya berusaha untuk menghalangi Aria mendekat ke sang Cahaya.

"Jangan!"

Tanaman itu seolah-olah sangat tidak ingin kalau Aria mendekati sang Cahaya yang tetap diam dengan mata yang tertutup.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"

"Jangan!"

Sang Cahaya pun mulai membuka matanya yang menyala terang dan seketika itu pedang yang dia pegang langsung menyala dengan indahnya, api suci pun mulai muncul dan menyebar ke seluruh penjuru arah dengan hempasan angin yang kuat, petir pun mulai menyambar-nyambar seolah-olah akan ada badai besar yang datang dan di langit terdapat sebuah lingkaran sihir raksasa yang menyala dengan sangat terang.

Tanaman yang menghalangi Aria itu pun membuat tameng dari tubuhnya untuk melindungi Aria dari api suci dan juga hempasan angin yang kuat.

Api suci itu terus menyebar dan membakar semua bunga-bunga cantik yang berada di sana, bahkan tanaman yang menjadi tameng Aria itu juga ikut terbakar tetapi Aria sama sekali tidak gentar, dia masih mencoba mendekati sang cahaya dan meraihnya sekalipun tubuhnya terbakar sekalipun, dia sama sekali tidak mempedulikan itu.

"O mi Domine!"

Sang Cahaya mulai mencabut pedangnya yang sangat indah menyala-nyala dengan ukiran-ukiran rune yang menghiasinya.

"Semua yang mencoba mendekati Cahaya, dia akan lenyap."

"Papa!"

Aria pun akhirnya tersadar dari lamunannya itu dan mendapati dirinya yang masih memeluk Edward dengan erat.

"Eh? A-apa yang terjadi?"

Edward mulai merasa tidak nyaman dengan Aria yang memeluknya dengan sangat erat sampai-sampai dia merasa sesak.

"Apa maksudmu dengan itu? Maaf tapi bisa kau lepaskan aku sekarang? Entah kenapa aku mulai tidak nyaman dengan ini."

"Ah maafkan aku, aku akan memeluk papa dengan lebih lembut jadi biarkan aku memeluk papa setidaknya untuk satu jam lagi."

Edward tidak mau dipeluk seorang wanita yang dia bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya selama itu karena dia juga harus segera kembali ke kota Tennou secepatnya untuk bertemu dengan seseorang.

"I-itu mustahil, aku harus segera kembali atau temanku akan khawatir dan juga berhentilah memanggilku papa!"

"Kenapa? Bukannya papa adalah papa? Papa akan selalu menjadi papa Aria."

"Apa maksudmu dengan itu? Aku bukanlah ayahmu! Aku bahkan tidak ingat kalau sudah punya anak sebelumnya!"

Aria pun akhirnya tersadar bahwa dia masih memakai wujud palsunya dan merasa bahwa itu sama sekali tidak sopan untuk memakai wujudnya itu di depan Edward.

"Ara ara maafkan aku papa karena aku sedikit menghancurkan reuni kita, seharusnya aku menemuimu dengan wujud asliku."

"Eh?"

Aria pun melepaskan pelukannya, dia menyatukan tangannya seolah-olah seperti orang yang sedang berdo'a. Tiba-tiba di sekeliling Aria muncul tanaman-tanaman menjalar yang merambat dan menutupi seluruh tubuh Aria.

Tanaman itu pun bersinar terang dan mulai menyusut. Tanaman itu pun terbuka secara perlahan dan di dalamnya terlihat wujud seorang gadis yang merupakan wujud asli dari Aria, gadis itu mempunyai tinggi yang hampir sama dengan Chamuel, rambutnya yang putih bersih bak salju itu menambah kesan kecantikannya. Aria pun mulai membuka matanya dan terlihat iris berwarna pink menawan dan wajah imutnya dengan pipi yang agak bulat.

"Bagaimana papa? Apa papa tertarik?

Setelah beberapa kali mengalami ini, Edward mulai merasa lelah melihat gadis yang bisa berubah menjadi gadis kecil.

"A-aku tidak bermaksud mendiskriminasi tapi aku sudah lelah melihat gadis yang bisa berubah."

"Ufufu...walaupun berkata seperti itu, sebenarnya papa suka kan?"

Edward memang tidak keberatan karena dengan itu dia bisa membangkitkan insting keayahannya yang membuatnya ingin melindungi dan merawat mereka semua seperti seorang ayah dan suatu hari dia bisa bahagia ketika melihat putri-putrinya menemukan kebahagiaan mereka masing-masing.

"Ya-ya~h kau tahu...aku suka karena entah kenapa aku merasakan perasaan bahagia karena bisa merasakan seperti menjadi seorang ayah...yah walaupun aku belum nikah sih."

"(sigh) Papa...apa papa gak bisa melihat kami sebagai seorang wanita?"

Memang dari paras, tidak ada yang meragukan kalau mereka semua adalah wanita-wanita tercantik yang pernah Edward temui, tetapi itu tidak berguna karena Edward masihlah seorang pria yang waras, dia hanya bisa melihat mereka semua sebagai putri atau paling tidak sebagai adik perempuan.

"Maaf tapi aku tidak tertarik dengan anak kecil."

"Papa, apa papa tahu kalau aku ini lebih tua dari papa?"

"Ya aku tahu, tetapi perbandingan usia Elf dan manusia adalah sepuluh tahun jadi jika kau masih berumur di bawah 180 tahun ya...kau tahu lah."

"Jadi kalau sudah lebih dari itu baru papa akan tertarik?"

"Ya-ya mungkin saja."

Aria pun tersenyum karena merasa dirinya telah mendapat kesempatan emas.

"Ufufufu...papa, apa papa tahu kalau Umurku sebenarnya sudah ribuan tahun?"

Edward pun terkejut dengan itu, baru kali ini dia mendengar kalau ada Elf yang berusia sampai ribuan tahun.

"Eh? Ri-ribuan? Jangan bohong! Aku tidak pernah mendengar ada Elf yang berusia lebih dari 800 tahun!"

"Seorang gadis suci tidak pernah berbohong."

"Kalau begitu apa kau mempunyai bukti?"

"Namaku adalah buktinya, keluarga Seckendorff adalah keluarga tertua di kerajaan suci."

Tentunya Edward sudah pernah mendengar itu, tetapi dia tetap tidak paham dengan apa yang dimaksud Aria.

"Hmmm...Jadi?"

"Apa papa tahu kalau akulah yang menciptakannya? Selain itu aku juga yang telah menciptakan kerajaan suci yang telah berdiri bahkan sebelum kerajaan manusia besar seperti sekarang."

"Eh? Ja-jadi kau benar-benar-"

"Ya, aku adalah sang gadis suci, Aurelia Ignis von Seckendorff."

Edward benar-benar tidak menyangka ini, dia tidak menyangka kalau gadis kecil yang berada di hadapannya itu adalah sang gadis suci, Aria yang telah menciptakan kerajaan suci yang terkenal itu.

"Hei papa, jadi apa aku menarik bagi papa sekarang?"

Aria kembali mendekat ke arah Edward dengan senyum manis di wajahnya, tetapi senyuman itu seperti mengandung ancaman yang sangat berbahaya bagi Edward.

Edward mencoba menjauh tetapi itu sudah terlambat karena kakinya sudah dijerat dengan tanaman menjalar oleh Aria sehingga dia tidak bisa bergerak.

"(sigh) coba pikirkan ini! Kau adalah seorang gadis suci kan?"

"Ufufu...gadis suci hanyalah sebuah sebutan, lagian tidak akan ada yang tahu tentang ini."

"Dasar bodoh!"

Edward menjitak kepala Aria dengan keras.

"Sakit!"

Melihat Aria, Edward pun seperti merasa kalau dia sudah menemukan Chamuel kedua yang membuatnya semakin tidak tahu kenapa gadis-gadis ini terus bertingkah tidak selayaknya penampilannya.

"Gadis suci itu harus bertingkah seperti gadis suci walaupun tidak ada orang yang melihat! Coba pikirkan tentang orang-orang yang mengagumimu di luar sana."

"Ta-tapi papa, a-aku hanya ingin-"

"Tidak ada alasan! Kalau kau mau memanggilku papa, maka ikutilah kata-kataku."

Aria pun menundukkan kepalanya, dia memang sudah menyangka kalau papanya sama sekali tidak berubah dari dulu, dia tetap tidak menganggap Aria dan yang lainnya sebagai seorang wanita, dia hanya menganggap mereka semua hanya anak-anak.

"Baik..."

"Bagus!"

Aria pun melihat wajah Edward yang memang benar-benar mirip dengan sang Cahaya, dia pun menundukkan kepalanya seperti sedang merencanakan sesuatu.

"Hei papa...apa papa tahu kalau Aria...sebenarnya sudah menjadi anak yang sangat baik..."

"Eh? Apa yang kau bilang barusan?"

Aria pun langsung melompat dan memeluk Edward sampai dia terjatuh.

"Aria sudah menjalankan tugas Aria dengan sangat baik, karena itu Aria sangat menginginkan hadiah."

Aria sekarang berada tepat di atas Edward yang terlihat diam saja tidak melawan seperti dia yang biasanya.

Aria pun memandangi wajah Edward yang terlihat sangat datar dengan situasi itu, dia pun menganggap kalau Edward memang sudah menyerah dan mau menuruti apapun keinginan dari Aria.

"Papa...Aria datang!"

"A-Aria-chan, apa yang kamu lakukan?"

Di depan Aria tiba-tiba muncul Chamuel yang melihat Aria dengan tatapan seperti orang yang melihat hal aneh.

"Chamuel, kau juga ada di sini?"

"Ya-yang lebih penting lagi, apa yang sekarang kamu lakukan?"

"Heh? Tentu saja aku sedang-"

Aria terkejut melihat yang berada di bawahnya bukanlah Edward, tetapi kakaknya yaitu White yang terlihat kebingungan dengan apa yang telah Aria lakukan.

Sontak Aria pun terkejut karena dia tadi merasa kalau dia sedang memeluk Edward, tetapi entah kenapa sekarang tiba-tiba berubah menjadi kakaknya.

"Kakak?! Kenapa kakak tiba-tiba-"

"Aria, aku senang dengan perasaanmu, tetapi aku adalah milik tuanku jadi..."

"Ka-kakak kamu salah paham! A-aku tidak-"

Chamuel yang pernah diKabe-don oleh Aria pun mulai salah sangka lagi dan menganggap kalau Aria memang seorang yang tidak normal.

"Aria-chan, sudah aku duga kalau kamu memang..."

"Tu-tunggu Chamuel, a-aku bisa menjelaskannya."

Chamuel pun langsung menjauh dari Aria.

"Grrrrr...jangan mendekati Chamuel, Chamuel masih normal!"

"Sudah kubilang kalau kalian salah sangka! Aku tadi dengan jelas memeluk papa dan hampir...me-melakukan itu."

Chamuel pun mulai tahu apa yang terjadi, tetapi dia tidak berpikir kalau Aria sangat lah naif karena berpikir Edward akan diam saja dalam situasi seperti itu karena sudah pasti Edward tanpa ragu akan menghindar dan menjauh.

"(sigh) Dengar ya Aria-chan, Chamuel yang sudah hampir satu tahun bersama Ed-chan saja belum pernah sekalipun berhasil walaupun sudah pakai trik-trik khusus sekalipun, apa Aria-chan pikir Ed-chan akan dengan mudahnya takluk seperti itu? yah kecuali sama Lily-chan."

"(sigh) Kurasa aku...eh tetapi di mana papa sekarang?"

White sudah tahu dimana Edward dan Lily sekarang karena mereka memang sudah berada di dalam jarak dimana White bisa mendeteksi mereka dengan kemampuan supernya.

"Tuanku sekarang berada di dalam sebuah ruangan...mungkin bisa aku sebut dengan sebuah kamar tidur."

Aria pun terkejut mendengar itu, keringat dingin pun mulai bercucuran di kulitnya yang halus itu membayangkan kalau Edward akan menemukan sesuatu yang sangat dia rahasiakan dari yang lain.

Edward dan Lily sekarang sudah berada di dalam kuil, mereka tengah berjalan melewati lorong yang panjang.

"Ed, apa gak apa-apa ninggalin dia sendirian?"

"Gak apa-apa mungkin, tapi sebenarnya siapa wanita itu? Kenapa dia tiba-tiba berubah menjadi seperti itu?"

Bagi Edward, menghindari pelukan Aria sangatlah mudah karena kekuatan cahaya yang dimilikinya sekarang, tetapi setelah itu dia kebingungan karena Aria sama sekali tidak bergerak memeluk udara kosong dan berbicara sendiri.

Edward sudah berusaha membangunkan Aria, bahkan dia menggetok kepalanya dengan keras tetapi gadis itu masih melamun dan berbicara hal aneh sendiri.

"Yah aku tidak tahu apa yang terjadi pada gadis itu, tetapi aku yakin kalau dia baik-baik saja."

Edward pun melihat sebuah pintu dan dia merasa tertarik untuk melihat apa yang ada di balik pintu itu.

Edward mendatangi dan membuka pintu itu, dia pun masuk ke dalamnya dan terkejut karena melihat pemandangan yang tidak dia sangka-sangka sebelumnya.

"Woah besarnya! Dan juga apa-apaan dengan semua ini?"

Dinding-dindingnya yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran unik, pilar-pilar besar yang menyangga atap, dan juga segala hiasan yang berada di dalam ruangan itu benar-benar membuat Edward tidak percaya kalau itu adalah sebuah kuil.

Di dalam ruangan itu, dia pun menemukan sebuah tempat tidur dan perabotan-perabotan lainnya yang terlihat imut seperti kamar anak perempuan.

"Hoi, apa ini benar-benar sebuah kuil?"

"Trampoli~n!"

Lily pun langsung melompat ke kasur yang sangat empuk itu untuk bermain-main.

"Hoi Lily, jangan seenaknya lompat ke kasur orang!"

"Gak apa-apa kok, Ed juga mau?"

Untuk orang yang sudah dewasa seperti Edward, tentu dia tidak akan pernah bermain lompat-lompatan di kasur seperti anak kecil lagi.

"Tidak terima kasih."

"Sayang sekali, padahal asyik lho."

Edward pun melihat sekelilingnya dan terkesan dengan perabotan-perabotan lucu yang ada di sana, tempat itu memang sudah benar-benar tampak seperti kamar seorang gadis feminim yang suka dengan hal-hal yang imut.

"Tetapi apakah boleh tempat seperti ini ada di sebuah kuil?"

"Entah..."

Aria memang sudah menganggap kalau kuil ini adalah rumahnya sendiri sehingga dia membuat kamar pribadinya sendiri, bahkan dia juga sangat jarang kembali ke kerajaannya kecuali ketika ada urusan-urusan penting.

Edward pun mulai merasa tidak enak karena telah masuk ke dalam kamar orang sembarangan apalagi yang dia masuki sudah jelas-jelas adalah kamar seorang gadis.

Edward pun seperti melihat sesuatu yang terlihat aneh yang berada di kasur itu.

"Tunggu Lily, boleh aku minta bantuan?"

"Ya~ Lily akan melakukan apapun demi Ed!"

"Bisa kau coba ambil dan berikan guling itu padaku? Kurasa aku melihat sesuatu yang aneh."

Lily pun menuruti permintaan Edward, dia mengambil guling itu dan turun dari kasur yang empuk itu, dia pun memberikan guling itu kepada Edward.

"Ini!"

"Terima kasih ,Lily."

"Ya~"

Edward melihat guling yang sangat aneh itu dan terkejut karena ternyata dugaannya benar bahwa gambar yang ada di guling itu adalah gambar dari dirinya.

"Apa ini?"

"Itu guling."

"Aku tahu itu, tetapi kenapa ada gambarku di sini dan juga sebenarnya siapa pemilik dari guling aneh ini?"

Tentu Edward akan merasa sedikit aneh kalau ada orang yang cukup gila menaruh gambarnya di guling tidur seperti ini, bahkan segila-gilanya Sharon dan Evelyn, mereka tidak akan melakukan sesuatu yang seperti ini.

"Aria...mungkin?"

Edward berpikir kalau itu akan menjadi hal yang menakutkan kalau ada gadis kecil yang bahkan belum pernah dia temui sama sekali mempunyai obsesi seperti itu kepada dirinya, bahkan Edward sendiri bingung dari mana Aria bisa mendapatkan barang aneh ini.

"Lily, itu malah akan jadi tambah menakutkan!"

"Lalu apa yang Ed mau lakukan?"

"Tentu saja...bakar!"

"Sayang sekali, lebih baik buat Lily saja!"

"Tidak, itu tidak boleh! Lily, jangan ikut-ikutan jadi orang aneh seperti mereka!"

"Papa, jangan!"

Tiba-tiba Aria merebut guling itu dari tangan Edward, dia pun memeluk guling itu dengan sangat erat dan membenamkan mukanya ke guling itu.

"Papa, Aria mohon jangan bakar guling kesayangan Aria!"

Sekali lagi Edward benar-benar tidak tahu bagaimana jalan pikiran para gadis kecil yang pernah dia temui, mereka semua mempunyai jalan pikiran yang sangat aneh dan tidak terduga seperti Aria sekarang yang tengah memeluk guling dengan gambar Edward di depan Edward sendiri.

"Jadi benar guling aneh itu memang milikmu."

"Y-ya...papa...jangan marah ya?"

Daripada marah, entah kenapa Edward malah menatap Aria dengan tatapan kasihan melihat Aria yang menyedihkan.

"A-ahahahaha....suram..."

Aria yang melihat Edward menatapnya dengan tatapan kasihan itu merasa sedikit kesal karena dia memang berpikir bahwa semua ini penyebabnya adalah Edward yang sama sekali belum pernah menemuinya.

Walaupun Aria mempunyai julukan 'gadis suci', tetapi di dalam dia masih lah seperti gadis biasa yang memerlukan kasih sayang dan cinta dari orang yang dia sukai, tetapi dia tetap menahan rasa kesepian tersebut selama seribu tahun lebih tanpa pelampiasan.

"Asal papa tahu, ini semua karena papa yang tidak pernah menemui Aria yang kesepian seperti ini! Jadi Aria gak punya pilihan lain selain menghibur diri dengan guling ini!"

"Hoi, kenapa kau malah menyalahkanku? Bukannya kau bisa dengan mudah menggaet pria lain?."

Bagi Aria yang merupakan pemimpin dari kerajaan suci, tentu sangat banyak orang yang mau menjadi suaminya, tetapi sama seperti anak-anak zodiak yang lain, hatinya tidak bisa tertuju dengan orang lain selain sang Cahaya.

"Mum...Papa jahat!"

"E~h..."

"Ed-chan, Aria-chan itu sama seperti Chamuel dan yang lain, kami gak tertarik dengan pria selain Ed-chan."

"Eh, kenapa kau ada di sini?"

"Ed-chan sendiri juga kenapa sampai bisa di sini padahal pamitnya beli pakaian, tetapi malah sibuk kencan dengan Lily-chan!"

"Kenapa kau malah salah sangka? Mana ada orang kencan di tengah hutan kaya begitu?"

"Papa...apa yang dikatakan Chamuel itu benar, Aria hanya tertarik dengan papa."

Edward pun merasa khawatir dengan masa depan Chamuel dan yang lainnya yang masih berharap kepada dirinya yang dimana Edward sendiri merasa itu mustahil untuk terjadi.

"Ugh...sekarang aku merasa benar-benar khawatir dengan masa depan kalian."

"(sigh) Sudah berapa kali Chamuel katakan kalau Ed-chan tinggal terima saja harem Ed-chan dan masalah selesai, semuanya bahagia."

"Bahagia...ya?"

"Ed-chan sendiri juga pasti senang kan dikelilingi gadis-gadis cantik dan imut kaya Chamuel ini?"

"(sigh) Sebenarnya aku ini terlihat seperti apa di mata kalian? Ya terserahlah, ngomong-ngomong apa ada alat untuk teleportasi di sini? Aku mau segera balik dan menemui seseorang."

Aria pun sedikit sedih mendengarnya karena dia masih sangat ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Edward setelah terlalu lama menyendiri, dia pun mencubit baju Edward dengan wajah memelas.

"Papa...jangan pergi."

Edward sedikit tidak tega melihat Aria dengan wajah memelasnya memohon agar dia tetap tinggal lebih lama meskipun dia baru bertemu dengannya, tetapi entah kenapa dia merasakan ada hubungan yang kuat di antara dia dan Aria.

"Tapi...maaf aku harus menemui seseorang jadi..."

White sebagai orang yang sudah dianggap Aria sebagai kakak pun juga merasa tidak tega melihat adiknya itu bersedih, dia pun mengajukan dirinya untuk menggantikan Edward untuk menemui orang yang dimaksud Edward.

"Tuanku, bolehkah saya menggantikanmu?"

"Eh? White, kenapa?"

"Saya yakin kalau Aria masih ingin menghabiskan waktu bersama Anda jadi biarkan saya saja yang menemui orang yang Anda maksud itu."

"Aku tidak keberatan tapi...yah baiklah aku akan menyerahkannya kepadamu."

"Terima kasih atas pengertian Anda."

"Kakak...terima kasih!"

White pun tersenyum dan mengelus kepala Aria dengan lembut.

"Sama-sama...adikku."

Chamuel pun mendekati Lily, dia pun tersenyum melihat kepribadian dari Aria yang semula terlihat seperti orang yang keren dan serba bisa benar-benar berubah ketika dia bersama dengan Edward.

"Entah kenapa Aria-chan terlihat seperti orang yang beda ya?"

Lily sangat memaklumi itu karena memang Aria sebenarnya adalah gadis kesepian yang selalu membatasi dirinya dengan dinding yang besar dengan orang lain sehingga dia tidak pernah menunjukkan siapa dia sebenarnya.

"Ya~, Lily suka Aria yang seperti itu!"

Edward pun akhirnya teringat dengan Mikaella yang saat ini tidak berada di sini bersama Chamuel.

"Oh ya ngomong-ngomong kalau kalian di sini, lalu bagaimana dengan Mika-nee?"

"Eh, Mii-chan terlalu lelet jadi Chamuel tinggalin di hutan...Te~he!"

Edward tahu kalau Mikaella itu sangat kuat karena mengingat dia adalah salah satu dari Archangel, tetapi setelah mendengar tentang sifat asli dari Mikaella, tentu Edward mau tidak mau akan merasa khawatir.

"Aku tahu kalau dia itu sangat kuat, tetapi apa dia akan baik-baik saja di sana?"

"Tenang saja, Mii-chan tidak akan kenapa-napa, Chamuel percaya pada Mii-chan."

"Baiklah kalau begitu aku akan menulis surat, apa ada kertas dan tinta di sini?"

Chamuel pun mengambil sebuah kertas dan tinta dari sebuah kantong ajaibnya.

"Ini, Ed-chan."

Edward pun menulis sesuatu di sebuah kertas yang berisi pesan untuk orang yang akan ditemuinya itu, tetapi dia tidak memakai huruf biasa melainkan sebuah sandi rahasia agar isi dari surat itu tidak bocor ke orang banyak jika ada sesuatu yang terjadi.

Chamuel dan yang lainnya yang melihat tulisan Edward sama sekali tidak bisa membaca isi dari surat itu karena memang sandi yang Edward gunakan adalah sebuah sandi khusus yang hanya kelompoknya saja lah yang tahu.

"Ed-chan apa artinya itu?"

"Kau lebih baik tidak tahu karena ini sangat rahasia."

"Mum...apa isinya jangan-jangan surat cinta?"

"Jangan bodoh, aku tidak akan melakukan hal yang kekanak-kanakan seperti itu."

Edward pun melipat dan menyerahkan kertas itu ke White.

"White, aku serahkan kepadamu."

White berlutut dengan anggunnya menghadap sang Cahaya yang telah memberinya tugas.

"Baik, mi Domine aku tidak akan gagal."

Edward pun memegang pundak White dan mendekatkan mulutnya ke teliga kucing milik White.

"Satu kata terakhir dariku, White hati-hatilah."

"Dimengerti."

White pun berdiri dan menaruh kertas itu di dalam sakunya.

Seperti biasa White selalu serius menjalankan misi yang diberikan kepadanya apalagi tugas kali ini terlihat sangat serius melihat wajah tuannya.

"Kalau begitu tuanku, dan semuanya, sampai ketemu lagi."

"Ya sampai ketemu nanti!"

White akhirnya berangkat untuk menjalankan misi yang diberikan tuannya itu sendirian, tetapi walaupun begitu, tidak ada perasaan khawatir dalam diri Chamuel dan yang lainnya karena White adalah seseorang yang perfeksionis yang akan selalu menjalankan misinya dengan sungguh-sungguh tanpa ada kesalahan.

"Ehm! Kalau tidak salah namamu adalah Aurelia ya? Dan kau adalah sang gadis suci Aria itu."

"Ya, apakah ada yang aneh papa?"

"Sebenarnya ada satu hal yang menggangguku, kenapa kau ada di sini? Apakah ini adalah wilayah kerajaan sucimu itu?"

Faktanya pulau kabut adalah sebuah pulau yang terletak sangat jauh dari kerajaan suci, bahkan jarak diantara keduanya mencapai ribuan kilometer.

"Tidak sama sekali, tempat ini berada jauh di seberang laut antara Veden dan Iume."

"Uwah jauh banget! Lalu kenapa kau tinggal di sini?"

"Eh, karena ini adalah kuil papa jadi gak aneh kan kalau Aria tinggal di sini?"

"Kuilku? Apa yang kau maksud?"

"Ini adalah kuil sang Cahaya dan papa adalah sang Cahaya."

"Tu-tunggu Aria-chan!"

Aria tahu kalau Chamuel ingin melindungi Edward dengan menyembunyikan fakta ini, tetapi menurutnya itu sudah tidak ada artinya mengingat apa yang dialami Edward saat berada di kerajaan roh.

"Chamuel, sudah tidak ada artinya lagi menyembunyikan ini dari papa, tetapi ini sudah waktunya papa tahu kebenaran tentang siapa dirinya dan juga kita. Nona Lilia juga setuju kan?"

"Ya~ sudah waktunya bagi Ed untuk tahu kebenarannya."


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C28
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión