Descargar la aplicación
25.71% The Tales of Lixe / Chapter 26: The Emperor of The Death Arc: Turnamen di Kota Tennou part 3

Capítulo 26: The Emperor of The Death Arc: Turnamen di Kota Tennou part 3

Sharon, Evelyn, dan Lilith akhirnya hampir sampai di sebuah pulau setelah seminggu mereka melakukan perjalanan. Itu adalah sebuah pulau yang sangat terpencil karena terletak di tengah-tengah lautan luas tanpa apapun di sekitarnya.

Mereka bertiga sangat senang karena akhirnya mereka sampai di tujuan setelah berminggu-minggu melakukan perjalanan yang panjang. Meskipun itu sangat berat untuk Sharon dan Evelyn meninggalkan Edward, tetapi mereka tidak mempunyai pilihan lain. Mereka harus menjadi kuat apapun yang terjadi karena melihat seberapa tidak berdayanya mereka saat itu.

"Evelyn lihat itu pulaunya!"

Evelyn sangat lega karena akhirya dia bisa akan segera memulai latihannya dan menjadi kuat seperti Chamuel, Lily, ataupun White. Setelah melihat seberapa kuatnya Lily yang bahkan sudah melampaui imajinasinya, Evelyn pun menjadi sedikit iri dengan kekuatan itu, dia juga menginginkannya agar dia bisa melindungi orang-orang yang dia cintai selama ini.

"Syukurlah, aku pikir kita salah jalan."

Melihat pulau itu yang terletak di tengah-tengah laut, sangat sulit bagi mereka untuk menentukan arah dimana pulau itu berada. Bahkan mereka harus berulang kali merasa cemas jikalau mereka benar-benar tersesat di tengah lautan yang luas itu.

"(sigh) Akhirnya."

Lilith pun akhirnya bisa bernapas lega karena akhirnya dia bisa menemani mereka sampai di tujuan setelah berminggu-minggu dia tidak lengah sedikitpun akan bahaya yang mengintai mereka apalagi di laut yang biasanya terdapat banyak sekali monster raksasa di dalamnya.

Lilith memang tidak tahu apa yang ada di pikiran Zadkiel karena menyuruhnya untuk menemani Sharon dan Evelyn, tetapi dia sangat menikmati perjalanan ini karena dia bisa melihat banyak sekali hal-hal yang tidak pernah ia lihat di Lapha. Di samping itu, dia juga tidak bisa meninggalkan teman berharganya itu sampai kenapa-napa.

Kapal mereka pun mulai menyandar ke tepi pantai dari pulau itu dan mereka pun akhirnya menjejakkan kakinya ke pulau terpencil itu dengan wajah yang bahagia setelah terombang-ambing di laut selama berminggu-minggu.

"Ha~h akhirnya!"

Mereka sangat merindukan sensasi ini, sensasi menginjakkan kaki mereka di tanah yang padat dan tidak bergoyang-goyang.

Itu adalah sebuah pulau yang memiliki pantai yang indah bak surga dengan pasirnya yang putih dan juga airnya yang sangat jernih berwarna biru muda. Di sekitar pantai itu juga terlihat pohon kelapa yang menghiasi pantai itu dan membuatnya menjadi semakin indah. Tetapi tidak jauh dari bibir pantai, disana terlihat hutan yang sangat lebat yang seolah-olah terdapat banyak sekali monster yang berada di dalamnya.

"Sharon, itu!"

"Kalau tidak salah seharusnya akan ada kuil di tengah hutan ini."

Itu sudah biasa jika ada hutan yang sangat lebat melihat lokasi pulau itu yang sangat terpencil, tetapi mereka tidak mengira kalau di dalam hutan selebat ini di pulau yang terletak sangat jauh dari peradaban akan ada sebuah kuil besar dan juga orang yang menjaga kuil itu.

"Kalau begitu, ayo kita masuk dan mencarinya."

Lilith yang sudah lelah sangat ingin bisa istirahat dan bermain-main di pantai yang bak surga dunia ini apalagi dia juga belum pernah melihat pantai yang seindah ini.

"He~h apakah kita tidak bisa beristirahat sebentar?"

Bagi Sharon dan Evelyn yang sudah sangat tidak sabar, tentu mereka tidak ingin menunda-nunda lagi untuk menuju ke kuil itu dan segera menemui orang yang dimaksud oleh Zadkiel meskipun mereka disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah seperti ini.

"Tidak, kita bisa bersantai nanti, untuk sekarang kita harus menemukan kuil itu sebelum hari menjadi gelap."

Tentu bermalam di tengah hutan lebat yang sama sekali belum mereka pernah jelajahi adalah suatu hal yang buruk mengingat mereka tidak tahu monster apa saja yang berada di dalam hutan ini. Sharon dan Lilith mungkin bisa segera kabur karena mereka bisa terbang, tetapi tidak dengan Evelyn yang seorang Elf.

"(sigh) Padahal aku ingin bermain-main."

"Tenanglah, kita akan lama disini, kau bisa bermain sepuasmu setelah kita menemukan kuil itu."

Meskipun Lilith terlihat keberatan, tetapi dia juga harus menyelesaikan tugasnya sebagai pengawal, dia pun akhirnya menuruti apa kata Sharon dan melanjutkan perjalanan untuk menemukan kuil di dalam hutan itu.

"(sigh) Baiklah aku mengerti."

Mereka pun akhirnya berjalan memasuki hutan yang lebat dan juga lembab itu, di dalamnya banyak sekali terdapat semak-semak belukar sehingga menyulitkan mereka untuk sekedar berjalan. Mereka bisa terbang dan mencari kuil itu lewat udara, tetapi karena ada peringatan Zadkiel yang melarang mereka untuk terbang disana, maka mereka tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti apa yang dikatakan oleh Zadkiel.

"Apakah benar ada kuil disini? Aku bahkan tidak bisa melihat apapun selain tanaman hijau."

Tiba-tiba di sekeliling mereka mulai terselimuti kabut yang sangat tipis. Mereka merasakan hal aneh dari kabut yang tiba-tiba muncul itu, tetapi itu sama sekali tidak mengganggu penglihatan mereka sehingga mereka bisa melanjutkan perjalanan menyusurii hutan itu.

Sharon menjadi ingat dengan Chamuel yang pernah bercerita tentang kuil di tengah hutan saat dalam perjalanan menuju ke kerajaan Roh. Entah kenapa dia memang sering bertengkar dengan Chamuel, tetapi dia juga merasakan perasaan yang sangat dekat seolah-olah seperti saudari kandung. Sharon pun melihat tangan yang terdapat sebuah simbol yang telah diukir dengan darah Chamuel. Simbol yang membuatnya merasa penasaran yaitu dua buah garis lurus yang sejajar dengan dua buah garis melengkung di ujung dari garis itu.

"Cebol, sedang apa ya dia sekarang?"

Lilith yang melihat Sharon yang terdiam melihat tangannya yang terukir simbol itu pun tersenyum nakal dan menggoda Sharon.

"He~ apa jangan-jangan kau merindukan malaikat cebol itu?"

"I-ini tidak seperti aku merindukan cebol itu! Ma-malah aku sangat senang karena si cebol itu gak ada disini."

Tiba-tiba kabut tipis itu menebal dan semakin menebal sehingga kabut itu menutupi pandangan mereka secara sepenuhnya. Mereka pun berhenti melangkah karena mereka sama sekali tidak bisa melihat apapun di sekitar mereka.

"A-apa yang sebenarnya terjadi?"

Di tengah kepanikan itu Evelyn seperti merasakan sesuatu yang seperti memanggilnya untuk menuju kesana. Itu bukanlah suara atau apapun, hanya hatinya seperti tertarik dengan sesuatu dan memerintahkan dirinya untuk terus berjalan mengikuti arah dimana hatinya inginkan.

"Evelyn tunggu!"

Tanpa menghiraukan apapun, Evelyn terus berjalan mengikuti kemana arah hatinya menuntunnya. Dia terus berjalan dan berjalan tanpa menghiraukan seruan Sharon yang mengikutinya dari belakang.

Sharon dan Lilith tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya tetapi mereka tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti kemana Evelyn berjalan karena mereka juga tidak bisa tetap berdiam diri disana.

Evelyn terus berjalan sehingga dia seperti bisa melihat secerca cahaya yang terlihat di dalam kabut itu, dia pun berjalan ke arah cahaya itu dan tiba-tiba kabut yang menyelimutinya itu hilang tanpa bekas meninggalkan dia yang sekarang berdiri di atas tebing yang tinggi dengan pemandangan yang sangat indah.

"I-ini?!"

Mata Evelyn terbelalak melihat pemandangan sangat indah yang berada di hadapannya kali ini, itu adalah sebuah pemandangan yang tidak pernah ia pikir akan berada di dalam hutan di pulau terpencil ini. Pemandangan dari reruntuhan bangunan-bangunan kuno yang sudah dihinggapi oleh lumut.

Sharon dan Lilith pun akhirnya sampai ke tempat dimana Evelyn sekarang berdiri dan melihat keajaiban itu. Mata mereka juga terbelalak karena melihat keajaiban yang mereka saksikan disini.

"A-apa sebenarnya ini?"

Di samping mereka sudah berdiri seorang wanita yang mempunyai rambut berwarna pirang panjang. Wanita itu memiliki mata yang agak lebar dengan iris yang berwarna hijau muda yang sangat indah. Wanita itu juga memiliki kulit putih yang kemerah-merahan yang sangat halus seperti kulit bayi.

"Selamat datang di kuil sang cahaya, anak-anak zodiak."

Sharon dan yang lainnya pun terkejut karena mereka sama sekali tidak menyadari kehadiran wanita itu karena mata mereka terpaku akan indahnya pemandangan yang disuguhkan oleh tempat itu.

"Umm...siapa anda?"

Wanita itu pun tersenyum manis melihat Sharon dan yang lainnya.

"Perkenalkan aku adalah orang yang menjaga kuil cahaya ini."

Sharon dan yang lainnya akhirnya bisa bernapas lega karena mereka akhirnya bisa bertemu dengan orang yang Zadkiel maksud yaitu penjaga kuil. Akhirnya setelah beberapa lama khawatir kalau mereka salah tujuan, mereka bisa segera memulai tujuan mereka disini.

Wanita itu pun melihat ke arah mereka seperti sedang mencari sesuatu tetapi dia tidak menemukannya, dia pun terlihat sedikit kecewa karena tidak menemukan apa yang ia cari.

"Aku rasa Papa tidak ikut ya? (sigh) padahal aku sudah berharap banyak, aku jadi iri dengannya."

"Apakah Anda sedang mencari sesuatu?"

"Tidak apa-apa, baiklah mari kita segera menuju ke kuil."

"Ba-baiklah."

Wanita itu pun berjalan dengan sangat anggun menuntun Sharon dan yang lainnya. Tetapi Sharon dan yang lainnya benar-benar tidak menyangka kalau di dalam sebuah pulau terpencil seperti ini akan ada seorang wanita yang sangat cantik.

Mereka pun terus berjalan mengikuti kemana arah kaki wanita itu melangkah. Mereka berjalan melewati reruntuhan-reruntuhan bangunan yang terasa sama sekali tidak asing bagi mereka. Itu adalah sesuatu yang aneh mengingat itu adalah kali pertama mereka menginjakkan kaki mereka disana.

Setelah melewati reruntuhan-reruntuhan itu, dari kejauhan pun mulai terlihat sebuah patung raksasa yang berdiri di depan sebuah bangunan yang besar dan juga terlihat sudah sangat kuno.

"Sharon itu!"

Sharon melihat ke arah yang ditunjuk oleh Lilith dan melihat sebuah patung raksasa yang terletak jauh dari mereka, tetapi Sharon tetap bisa melihatnya dengan sangat jelas. Patung raksasa itu berdiri kokoh tepat di depan sebuah bangunan raksasa yang menyerupai sebuah kuil kuno.

"Itu...Ed!"

Sharon dan yang lainnya sangat terkejut dengan rupa patung raksasa itu yang sangat mirip dengan Edward. Meski itu sangatlah jauh, mereka sangat yakin kalau patung itu sangat mirip dengan Edward.

Wanita itu sedikit tertawa kecil ketika melihat Sharon dan yang lainnya sangat mengenali patung itu sebagai sang cahaya. Memang itu sudah pasti bagi anak-anak Zodiak bisa mengenali sang cahaya dengan sangat baik bahkan walau di dalam wujud yang sangat berbeda sekalipun.

"(gigle) Kurasa ikatan batin diantara mereka benar-benar kuat."

Mereka pun hanya berjalan melewati patung itu dan langsung berjalan menuju kuil. Itu merupakan kuil yang berukuran besar, bahkan di halamannya terdapat jalan dengan pilar-pilar penyangga di sampingnya dan juga kolam yang sangat jernih yang seolah-olah air itu bercahaya.

Sharon dan yang lainnya merasakan perasaan yang sangat aneh seperti Deja vu. Mereka belum pernah sama sekali kemari, tetapi entah kenapa mereka seperti sangat mengenali dan bahkan mempunyai ikatan khusus dengan tempat ini.

"Oh ya aku belum memperkenalkan namaku."

Wanita itu tiba-tiba berhenti di pintu masuk kuil itu yang sangat megah dan berbalik menatap Sharon dan yang lainnya dengan senyumannya yang sangat manis.

"Namaku adalah Aria, aku adalah adik dari White yang ditugaskan untuk menjaga kuil ini."

Mereka semua sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu sehingga mulut mereka tidak bisa berkata apa-apa. Mereka sama sekali tidak pernah menyangka kalau White itu mempunyai adik perempuan yang bahkan sama sekali tidak terlihat mirip dengannya.

"Apa?! A-adik perempuan White?"

"Dan aku ucapkan selamat datang di kuil sang Cahaya, anak-anak Zodiak."

Sharon, Evelyn, dan Lilith sama sekali tidak tahu apa yang wanita itu maksud dengan memanggil mereka anak-anak zodiak, mereka bahkan tidak tahu apa arti dari zodiak yang wanita itu maksud.

"Anak-anak Zodiak, apa itu?"

Wanita itu pun langsung tahu kalau Sharon dan yang lainnya sama sekali belum mengetahui siapa mereka yang sebenarnya, mereka masih belum diberitahu oleh Chamuel ataupun Zadkiel yang telah mengetahui semuanya.

"Jadi begitu, kalian masih belum mengetahuinya ya?"

Aria pun berbalik dan segera membuka pintu kuil yang terbuat dari batu dengan ukiran-ukiran unik.

"Silahkan masuk."

Mendengar itu, Sharon, Evelyn, dan Lilith pun segera memasuki kuil itu dan segera setelah mereka masuk ke dalam kuil itu, mereka dikejutkan dengan ukuran dalam kuil itu yang sangatlah luas.

"Woah, hebat sekali!"

Di dalam kuil itu terdapat pilar-pilar penyangga yang berukuran besar dan juga berjumlah banyak. Dinding-dinding kuil itu semuanya dihias dengan ukiran yang sangat indah.

Mereka terus berjalan hingga mereka dihadapkan oleh sebuah patung besar yang serupa dengan patung yang berada di luar, tetapi patung yang ini terlihat sangat indah dan penuh dengan keajaiban.

Aria memandangi patung itu dengan wajah yang sangat bahagia karena itu adalah sebuah kebahagiaan baginya untuk bisa menjaga kuil sang Cahaya. Aria sangat ingin untuk keluar dan segera menemui sang Cahaya, tetapi dia juga tidak bisa meninggalkan kuil ini begitu saja karena ini adalah tugasnya.

"Jadi, aku sudah bisa menebak apa tujuan kalian datang kesini."

Aria yang sudah menjaga kuil ini sejak sudah sangat lama pun bisa mengerti tentang alasan anak-anak Zodiak kemari. Bahkan jauh sebelum mereka juga sudah ada beberapa anak-anak Zodiak yang kemari dan memperoleh ingatan mereka kembali.

"Aku memang menyetujui untuk membantu kalian anak-anak Zodiak, tetapi..."

Aria teringat tentang kejadian masa lalu dimana anak-anak Zodiak kecuali Aquarius sang pertama sudah berbuat sesuatu yang tidak bisa dimaafkan kepada sang Cahaya. Oleh karena itu, dia tidak serta merta membantu mereka begitu saja karena untuk mencegah hal yang sama akan terulang lagi di masa depan dimana semuanya akan berakhir.

"Aku akan memberikan kalian ujian dan aku juga yang akan memutuskan apakah kalian sudah layak atau belum untuk mendapatkan kekuatan beserta ingatan kalian lagi."

Sharon dan Evelyn tidak keberatan dengan itu karena sebelum mereka sampai di pulau ini, mereka sudah bertekad untuk menjadi kuat tidak peduli apapun rintangan yang akan mereka hadapi, mereka akan terus berusaha melewati setiap rintangan yang menghalangi jalan mereka sesulit apapun itu.

"Baiklah kami menerimanya."

Aria senang dengan tekad kuat di dalam diri mereka, tetapi dia tetap harus menguji mereka apakah mereka layak untuk mendapatkan kekuatan mereka lagi atau tidak.

"Tetapi sebelum itu, biar aku ceritakan sedikit tentang siapa sebenarnya kalian."

Aria memang tidak tahu menahu tentang alasan kenapa sang Cahaya membuat mereka, satu-satunya yang tahu alasan dibalik itu hanyalah White seorang, tetapi White sama sekali tidak mau menceritakannya kepada siapapun bahkan kepada adik-adiknya sekalipun tentang kisah dari sang Cahaya.

"Anak-anak Zodiak, kalian adalah ciptaan darinya, sang cahaya, orang yang kalian kenal dengan Edward."

Sharon dan yang lainnya seperti tidak percaya dengan apa yang Aria katakan, mereka sama sekali tidak tahu apa yang Aria maksud dengan ciptaan darinya dan juga sang cahaya.

"Tunggu dulu! Diciptakan? Sang cahaya? Apa itu?"

Aria sangat tahu kalau itu akan sangat sulit diterima oleh akal, tetapi itu adalah kebenaran dari anak-anak Zodiak dan sang cahaya yang telah menciptakan mereka.

"Aku tahu kalau kalian sulit mempercayainya, tetapi aku, kalian, anak-anak Zodiak, dan yang lainnya adalah hasil dari ciptaannya yang agung."

Ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak pernah mereka duga-duga sebelumnya, mereka tidak pernah menyangka kalau dugaan mereka akan sangat melenceng jauh dari apa yang dikatakan oleh Aria.

Lilith pun juga seperti sangat terkejut dengan ini, meskipun dia merasa kalau dirinya sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka, tetapi dia sangat penasaran dengan cerita ini yang menurutnya sangat keren.

"Karena itu lah masing-masing dari kalian anak-anak Zodiak, dan juga kami memiliki kekuatan yang diberikan oleh papa- ehm! Maksudku sang cahaya."

Meskipun White adalah kakaknya, Aria sangat iri dengan kedekatan White dengan sang cahaya yang jauh melebihi dari adik-adiknya yang lain, bahkan hanya White lah yang tahu masa lalu dari sang cahaya karena sang cahaya sama sekali tidak pernah menceritakan masa lalunya kepada mereka.

"(sigh) Aku iri dengan kakak, aku harap aku juga bisa bertemu dengan papa."

Tentunya mereka tidak bisa menyangkal kata-kata Aria karena mereka sudah melihat sendiri seperti apa kekuatan Lily yang sangat luar biasa yang bahkan melebihi siapapun yang pernah mereka temui selama ini, dan juga Edward yang tiba-tiba mempunyai kekuatan yang luar biasa saat peristiwa itu.

"Itu lah yang bisa aku katakan kepada kalian, untuk sisanya kalian akan tahu saat ingatan kalian kembali."

Sharon dan yang lainnya tidak tahu harus bereaksi seperti apa, mereka sama sekali tidak berpikir Edward sebenarnya adalah orang yang sehebat itu yang bisa menciptakan mereka semua.

"Mari aku tunjukkan ruangan yang lain."

Aria pun memandu mereka untuk berkeliling sambil menjelaskan detail-detail dari setiap sesuatu yang berada disana. Tentu untuk orang yang sudah menjaga kuil itu dalam waktu yang sangat lama, Aria sudah tahu setiap apapun tentang kuil itu apalagi itu adalah kuil dari sang cahaya.

Entah kenapa, Sharon dan Evelyn merasa sangat familiar dengan kuil itu seakan-akan mereka sudah pernah kesana sebelumnya. Mereka bahkan juga sudah tahu semuanya sebelum Aria menjelaskan detail-detail setiap apapun tentang kuil itu.

"Dan ini adalah kamar kalian. Sebenarnya ada banyak kamar, tetapi karena tubuh kalian masih anak-anak jadi kurasa satu kamar saja cukup."

Itu adalah sebuah ruangan dengan satu tempat tidur besar dan beberapa perabotan lainnya yang berada disana. Tentu itu akan sangat muat walaupun mereka bertiga menempati ruangan itu karena ruangan itu memang luas.

"Baiklah kalau begitu beristirahatlah, aku akan memulai pelatihannya besok, jadi persiapkan diri kalian."

Sharon dan Evelyn merasa kalau itu sama sekali tidak perlu, mereka masih bisa menerima ujian itu sekarang karena mereka sama sekali tidak merasa lelah walaupun mereka baru sampai dan belum istirahat sekalipun.

"Tidak, kami tidak membutuhkan-"

Aria tahu kalau mereka sudah tidak sabar, tetapi semua itu demi diri mereka sendiri karena besok Aria akan melatih dengan keras kekuatan mereka. Aria sendiri sudah tahu kalau Sharon dan Evelyn masih belum layak untuk menerima kekuatan mereka sendiri karena mereka masihlah lemah.

"Jangan meremehkan latihan dariku, aku tidak sebaik Zadkiel atau kak White."

Untuk agar mereka menjadi layak, mereka harus menjadi kuat baik fisik ataupun mental karena jika mereka menerima kekuatan mereka sebelum itu, tubuh mereka tidak akan kuat dan pasti akan hancur seperti apa pernah terjadi kepada Edward. Oleh karena itu Aria harus melatih mereka dengan sangat keras agar mereka bisa melewati ujian dengan tanpa kegagalan dan bisa segera bersama dengan Edward dan yang lainnya.

Aria tersenyum jahat kepada Sharon dan yang lainnya karena membayangkan latihan yang akan dia berikan kepada mereka.

"Aku akan melatih kalian dengan sangat keras sehingga kalian tidak akan bisa menggerakkan anggota badan kalian lagi."

Sharon dan Evelyn menelan ludah mereka melihat Aria yang seperti tersenyum jahat itu, mereka merasakan perasaan yang tidak enak yang akan terjadi esok hari dimana latihan dari Aria dimulai.

Lilith merasa aman karena dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan anak-anak Zodiak ataupun yang lainnya jadi dia tidak akan menerima latihan apapun dan hari-harinya bisa dia habiskan dengan sangat santai menikmati keindahan pantai dan bermain-main disana.

"Selamat berjuang temanku!"

Lilith pun berbalik dan mau berjalan keluar dari kuil itu, tetapi tiba-tiba Aria sudah berada di belakangnya dan mencengkram lengan bawah Lilith dengan wajah yang mengerikan dan senyum di wajahnya.

"Apa yang kau katakan? Mana bisa aku membiarkanmu berkeliaran bebas selama aku ada disini? Kau juga akan ikut mendapatkan pelatihan."

Seketika itu, seluruh badan Lilith merinding ketakutan bahkan sebelum dia menoleh ke arah Aria. Sebagai seorang yang sudah berpengalaman, Lilith sudah menyadari kalau Aria sangatlah kuat terlepas dari penampilannya yang cantik nan anggun, apalagi dia adalah adik dari White.

"Ke-kenapa? A-aku kan tidak-"

"Pokoknya kau juga harus ikut, L-E-V-I-"

Lilith pun sangat terkejut ketika Aria tahu namanya yang sebenarnya. Dia sudah sampai sejauh ini, jadi dia tidak mau kalau semuanya hancur berantakan hanya karena identitasnya terbongkar sekarang disini.

"Aku mengerti! Aku mengerti jadi tolong jangan katakan itu!"

"Bagus kalau kau mengerti. Kalian bebas mau melakukan apapun asal jangan mendekat ke ruangan yang sudah aku sebutkan tadi."

Aria pun melepaskan cengkraman tangannya dari Lilith, dia pun berjalan menuju sebuah pintu besar meninggalkan Sharon, Evelyn, dan Lilith, tetapi sebelum Aria membuka pintu itu, dia menoleh sekali lagi ke arah Sharon dan yang lainnya dengan wajah senyum mengerikannya.

"Ku ku ku ku, setidaknya persiapkan diri kalian sehingga kalian tidak akan pingsan besok."

Akhirnya Aria pun meninggalkan ruangan itu, tetapi teror dari Aria masih terasa sangat kuat di dalam hati mereka semua sehingga mereka hanya diam membisu membayangkan pelatihan yang akan mereka terima besok. Bahkan Lilith sekarang hanya terduduk lemas akibat dari teror yang diterimanya dari Aria dan mulai menangis.

Lilith merasa kalau dirinya sangat sial, yang pertama dia harus bertemu dengan Zadkiel yang selalu menyuruh-nyuruhnya seenak dia sendiri, dan sekarang ada Aria yang terlihat lebih kejam dari Zadkiel, dia merasa kalau semuanya selalu menjahati dirinya yang masih kecil itu.

"Hiks hiks...Uweeee~ kenapa? Kenapa mereka semua sangat jahat padaku?"

Sharon dan Evelyn merasa kasihan kepada Lilith karena terlibat di dalam masalah ini, mereka pun mendatangi Lilith dan memeluknya dengan lembut mencoba untuk menenangkan Lilith yang menangis.

"Cup cup sudah-sudah tidak apa-apa. Kami ada disini untukmu kok."

"Ya, kau tidaklah sendirian."

"Hiks hiks...terima kasih temanku."

Sementara itu Aria berjalan dengan anggun menuju ke sebuah ruangan pribadinya, dia pun menyentuh pintu dari ruangan itu dengan hati yang senang dan juga wajah yang sangat bahagia.

"Akhirnya sebentar lagi."

Aria yang sudah sangat lama tidak bertemu dengan sang cahaya sangat merindukannya sampai-sampai dia sudah merasa tidak sanggup menahan rasa rindu kepada papanya yang agung.

Aria pun membuka pintu ruangan itu dan di dalamnya terdapat banyak sekali lukisan dari sang cahaya yang ia lukis sendiri saking rindunya dia kepadanya.

"Papa, aku pulang."

Tentu Aria sadar kalau dirinya bukanlah siapa-siapa melainkan hanya salah satu ciptaan dari papanya sama seperti yang lainnya, tidak lebih dan tidak kurang, tetapi entah kenapa setelah dia berada di tubuh ini, dia menjadi merasakan perasaan yang sangat aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya di tubuh lamanya.

Aria pun berjalan menuju ke sebuah lemari besar yang terletak di samping tempat tidurnya, dia membuka pintu lemari itu dan mengambil sebuah kotak yang berukuran kecil. Aria memandangi kotak itu dengan mata yang sedih karena di dalamnya terdapat sebuah benda milik papanya yang dititipkan kepadanya.

"Papa...aku..."

Itu adalah satu-satunya obat kerinduan yang ia miliki, ia selalu memandangi kotak itu disaat dia sangat merindukan papanya yang tak kunjung menemuinya yang selama ini sendirian menjaga kuil itu.

Dia sangat merindukan masa-masa itu, masa-masa damai nan indah sebelum bencana itu dimulai. Masa-masa dimana dia bisa menghabiskan waktunya bersama sang cahaya.

Aria pun menidurkan dirinya dan menutup kedua matanya yang indah, dia pun berusaha membayangkan wajah dari papanya yang sekarang sudah terlahir ke dunia ini kembali setelah menghilang selama beribu-ribu tahun sampai ia lupa kapan tepatnya.

"Papa...aku harap papa bisa mendengar suaraku."

Setiap hari Aria selalu membuat permohonan yang sama yaitu dia bisa bertemu dengan papanya kembali. Setiap hari dia selalu berdoa di depan patung papanya agar bisa bertemu dengannya lagi setelah sangat lama dia tidak bertemu.

"Papa...aku ingin menemuimu."

Tanpa Edward sadari, air matanya mengalir di pipinya, hatinya pun merasakan perasaan yang sedih bercampur dengan rindu dengan seseorang.

"A...ria!"

Chamuel, Lily, dan White terkejut dengan Edward yang tiba-tiba menyebut nama Aria bahkan sebelum dia bertemu dengannya.

"Ed-chan ada apa?"

Edward sama sekali tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya sehingga tiba-tiba bisa merasakan perasaan yang seperti itu secara tiba-tiba mengingat tidak ada hal yang sedih terjadi hari ini kepada dirinya.

"Perasaan apa ini? Kenapa aku tiba-tiba...kurasa aku permisi sebentar."

Chamuel dan yang lainnya segera tahu mengingat mereka semua terhubung satu sama lain, mereka merasa kasihan kepada Aria yang masih belum bisa untuk menemui Edward dan sekarang pasti sedang merasakan kesedihan karena tidak bisa menemui Edward.

"Aria..."

Sebagai kakak, tentu White ingin bertemu adik kecilnya itu karena mereka sudah sangat lama tidak bertemu apalagi adik kecilnya itu selalu sendirian menjaga kuil rahasia. Dia tahu kalau Aria itu kuat, tetapi sebagai kakak dia juga sering mencemaskan adik kecilnya yang sendirian itu.

"Kurasa aku bukanlah kakak yang baik."

Chamuel tahu perasaan White sekarang, tetapi mereka harus tetap mendampingi Edward apapun yang terjadi karena ada orang-orang yang mencoba membunuh sang cahaya agar rencana mereka berjalan mulus karena satu-satunya yang bisa menghancurkan semua rencana mereka adalah sang cahaya.

"Tenanglah White-chan, aku yakin sebentar lagi kita akan bertemu lagi."

Tujuan Chamuel hayalah satu, yaitu melenyapkan orang yang telah menjadi sumber dari kekacauan di dunia ini. Orang yang telah membuat Chamuel dan saudari-saudarinya membuat kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Orang yang telah membuat sang cahaya menghilang dari dunia ini.

"Dan saat semuanya telah berakhir, kita akan kembali seperti dahulu lagi dimana kita semua bahagia bersama."

Lily pun juga setuju dengan ini, dia yang biasanya kalem dan penyabar sampai terbakar amarah yang meluap-luap di dalam hatinya karena tidak bisa memaafkan orang yang telah memanfaatkan adik-adiknya dan membuat sang cahaya menghilang dari dunia ini, dia sudah berjanji di dalam hatinya untuk membalaskan dendam kepada dia yang telah membuat semuanya menderita.

"Ya~ Lily berjanji sebagai yang pertama akan membuat hal itu terjadi, Lily tidak bisa memaafkan apa yang telah dia perbuat kepada Chamu dan yang lainnya terutama kepada Ed."

Chamuel merasa sangat bersyukur Lily sama sekali tidak pernah membenci dirinya atau yang lain, dia merasa sangat beruntung memiliki Lily sebagai saudari yang sangat bisa diandalkan.

"Terima kasih, Lily-chan...tidak...terima kasih, kakak."

Lily hanya bisa tersenyum melihat Chamuel yang memanggilnya kakak seperti dulu, dia mengingat masa-masa dimana Chamuel selalu mengadu kepadanya saat dia bertengkar dengan Sharon. Itu membuat Lily menjadi sedih ketika mereka melakukan hal itu, melihat adik-adik manisnya yang sangat ia kasihi berbuat hal yang seperti itu.

Edward pun akhirnya kembali setelah beberapa lama pergi untuk menenangkan dirinya dan kembali menikmati perjamuan makan malam itu bersama dengan Chamuel dan yang lainnya, tentu disana juga ada Kon yang sedang asyik bersama dengan teman-temannya mengobrol dan bergembira ria.

"Baiklah kurasa kita harus bersiap untuk turnamen besok."

Besok adalah hari yang sudah Edward dan yang lainnya nantikan, besok akhirnya Edward akan bertemu dengan temannya yang sudah ia cari dan akan mengajaknya untuk bergabung dengan kelompoknya lagi.

"Dan ingat Chamuel, Lily, White, jangan hancurkan arenanya!"

Itu adalah pertarungan untuk memperebutkan juara pertama dan mempersembahkannya kepada Edward, tentu tidak ada dari mereka yang akan mengalah begitu saja tanpa bertarung dengan sungguh-sunggu karena mereka sudah mengerti tentang kekuatan masing-masing dari mereka.

Bagi mereka bertiga yang sudah mempunyai kekuatan yang luar biasa, tidak mudah untuk tidak menghancurkan arena saat mereka sedang bertarung apalagi dengan masalah yang serius seperti ini.

"Lily akan mencoba...mungkin."

"Itu sulit...tapi baiklah Chamuel yang imut ini akan berusaha tidak menghancurkan arena."

"Mi domine, itu adalah perintah yang sangat sulit."

Edward semakin khawatir setelah mendengar jawaban mereka, dia tidak mau membuat kerusuhan apapun karena mereka bertiga yang tidak bisa mengendalikan kekuatan mereka sendiri.

"Aku harap besok akan baik-baik saja."

Setelah perjamuan makan malam selesai, Edward dan yang lainnya pun kembali ke kamar mereka masing-masing untuk tidur karena besok mereka akan mengikuti turnamen. Chamuel, Lily, dan White tidak akan mengganggu Edward malam ini karena mereka ingin istirahat yang banyak agar besok mereka bisa bertarung dan menang.

Edward yang sudah lelah itu pun segera berbaring di kasurnya sambil memikirkan sesuatu, dia benar-benar berharap kalau Lily, Chamuel, dan juga White tidak akan berbuat sesuatu yang bisa menjadi masalah kedepannya karena tujuan mereka kesana hanyalah untuk mencari salah satu teman Edward, bukan mencari masalah yang tidak perlu.

Mata Edward pun terlihat sayup-sayup seperti akan tertidur, dia pun menuruti apa kata tubuhnya yang sudah lelah dengan apa yang terjadi hari ini untuk segera tidur agar besok dia bisa segar kembali.

"Ini?!"

Edward berada di sebuah padang bunga yang sangat indah dengan bunga-bunga Lily yang cantik menghiasi sejauh mata memandang. Itu adalah sebuah pemandangan yang sangat indah yang bisa membuat semua orang takjub akan keindahannya, tetapi entah kenapa membuat Edward merasa sedih seolah-olah dia mempunyai pengalaman yang menyedihkan ketika melihat padang yang dipenuhi bunga itu.

"Ini...mimpi? tapi, apa perasaan ini?"

Seperti biasanya Edward mulai menjelajahi mimpinya itu sambil melihat pemandangan yang indah dari padang bunga yang membuatnya menjadi sedih. Setiap Edward melangkahkan kakinya, semakin terasa sesak dan sakit dadanya seolah-olah sedang ditekan oleh sesuatu yang berat.

Di dalam sebuah padang bunga itu Edward melihat seperti ada seorang wanita yang sedang berdiri sambil memegang sebuah bunga Lily yang sangat cantik yang ia pegang dengan sangat lembut dengan kedua tangannya. Wanita itu memakai gaun putih yang panjang berwarna putih dengan kerudung transparan yang menutupi sebagian kepalanya.

Edward sangat mengenalnya, dia adalah orang yang Edward lihat saat dia diambang kematian karena bertarung dengan Draconis waktu itu. Wajah dari wanita itu sangat mirip dengan Lily apalagi dengan rambutnya yang berwarna putih, sinar dari rembulan membuat wanita itu seolah-olah bersinar memancarkan aura yang sangat suci dari seluruh tubuhnya.

Saat melihat wanita itu, hati Edward merasakan dua perasaan yang tercampur aduk, perasaan berdebar-debar seolah-olah sedang bertemu dengan orang yang dicinta dan juga perasaan sedih yang amat sangat dalam yang membuat air matanya ingin keluar.

Wanita itu pun membuka matanya yang sangat indah itu, mata yang sangat Edward kagumi yang selalu membuatnya merasakan perasaan senang hanya dengan melihatnya saja. Irisnya yang berwarna biru cerah mirip seperti Lily yang seakan menyihir Edward dan membuatnya mematung akan sihir itu.

"Dia..."

Wanita itu tersenyum bahagia kepada Edward yang membuatnya merasakan perasaan bahagia yang Edward tidak bisa ungkapkan dengan kata-kata karena ini pertama kalinya dia merasakan perasaan yang seperti ini. Air mata pun mulai mengalir di pipi wanita itu, itu adalah air mata kesedihan dan juga kebahagiaan karena bisa bertemu dengan orang yang dia cintai yang telah berjuang bersama dengannya.

"Aku mencintaimu...wahai cahayaku."

Bunga Lily yang dia pegang itu perlahan bersinar dengan sangat cantik dan perlahan memudar menjadi serbuk-serbuk kecil yang berkilauan dan menghilang dari tangan wanita itu. Wanita itu pun menutup mata dan menyatukan tangannya seolah-olah sedang berdoa dengan senyuman yang sangat indah.

"Tunggu!"

"Aku akan selalu menunggumu kapan pun kau kembali...wahai cahayaku."

Tubuh wanita itu mulai bersinar dengan terang sehingga menyilaukan mata Edward yang melihatnya. Edward pun langsung berusaha menutupi matanya dari cahaya yang memancar dengan sangat terang itu.

"Bimbinglah anak-anak kita dengan cahaya agungmu, sampai saat kita bertemu lagi, wahai cahayaku, Lixe."

Edward pun akhirnya terbangun dari dunia mimpinya yang indah itu dengan air mata yang mengalir di pipinya, dia benar-benar tidak mengerti dengan mimpiya yang kali ini tentang wanita misterius yang sangat mirip dengan Lily itu.

"Dia...siapa sebenarnya dia?"

Wanita itu memang mempunyai wajah yang sangat mirip Lily, tetapi Edward merasa kalau dia bukanlah Lily yang selama ini berada di sampingnya.

White yang berada di samping Edward itu merasa khawatir karena melihat Edward yang meneteskan air matanya saat dia sedang tidur, dia pun mengira kalau Edward sedang mengalami mimpi yang buruk sehingga bisa meneteskan air mata seperti itu.

"Tuanku, ada apa?"

Edward masih merasakan kesedihan dari mimpi yang dialaminya, dia memang sama sekali tidak mengenal wanita itu, tetapi hatinya terasa sangat dekat dengannya sehingga dia merasakan perasaan bahagia sekaligus sedih ketika bertemu dengannya.

"White, sedang apa kau disini?"

White adalah orang yang sangat peka terhadap apapun yang sedang menimpa tuannya karena dia sudah menemaninya jauh sebelum anak-anak Zodiak diciptakan olehnya, tentu dia sangat tahu dengan apapun yang menyangkut tuannya itu apalagi sekarang kekuatan cahaya miliknya sudah kembali kepadanya lagi.

"Aku akan selalu berada disisimu apapun yang terjadi."

Edward senang dengan itu, tetapi dia bimbang mau menceritakan mimpinya itu atau tidak, tetapi diantara yang lainnya Edward merasa White lah yang lebih tahu tentang dirinya dan rahasia yang selama ini mereka sembunyikan kepada dirinya.

"Ah...tidak ada apa-apa, aku hanya bermimpi buruk seperti biasa."

Itu sama sekali tidak membuat White lega, dia malah menjadi khawatir kalau ada sesuatu yang terjadi dengan tuannya. White sangat berharap kalau tuannya itu mau terbuka kepadanya setidaknya dia adalah orang yang tahu tentang masa lalunya dan mungkin dia bisa membantunya apabila ada suatu masalah.

"Jangan khawatir, aku benar-benar tidak apa-apa."

"Baiklah kalau tuan bilang seperti itu."

Edward segera bangkit dari kasur dan memakai bajunya. Melihat itu, White bingung dengan apa yang ingin dilakukan tuannya itu karena di luar masih malam bahkan tidak ada orang yang akan bangun di waktu seperti ini.

"Tuanku, mau kemana?"

Edward butuh untuk menyegarkan pikirannya kembali dengan mencari udara segar nan dingin di luar, dia tidak tahu kenapa dirinya menjadi seperti itu tetapi wanita yang berada di mimpinya itu membuat Edward merasa sangat penasaran.

White tidak bisa membiarkan tuannya itu keluar sendirian di malam hari, dia khawatir kalau akan ada sesuatu yang buruk terjadi kepadanya.

"Tuanku, aku akan menemanimu."

"Terima kasih White karena sudah mencemaskanku, tetapi aku hanya ingin memandangi bulan saja, tidak keluar kemana-mana."

Edward pun segera keluar dari kamar dan menuju ke halaman terbuka yang berada di dalam penginapan itu. Pada saat Edward sampai disana, dia melihat Kon yang duduk-duduk santai melihat bulan purnama yang indah sambil melamun dengan wajah yang sedih.

"Kon, ada apa? Apakah ada masalah?"

Kon terkejut dengan Edward yang tiba-tiba muncul di hadapannya secara tiba-tiba, dia tidak menyangka kalau Edward akan bangun di tengah malam seperti ini.

"Ti-tidak ada apa-apa, aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

Edward tahu kalau Kon juga memiliki masalah yang berat di dalam hidupnya yang serba kekurangan itu, dia merasa kasihan kepada Kon dan anak-anak itu karena mereka harus berjuang hidup sendirian tanpa uluran tangan dari orang dewasa.

"Kon, jika kau punya masalah, lebih baik membaginya daripada memendam masalah itu sendiri."

Kon sudah tahu kalau Edward akan mengatakan itu, memang selama ini dia mempunyai masalah yang dia rahasiakan dari yang lainnya bahkan teman-temannya, tetapi melihat Edward yang sudah sangat baik kepadanya dan juga yang lainnya, dia pun memutuskan untuk membagi masalahnya agar hatinya merasa lega.

"Tuan...sebenarnya alasan kenapa aku tidak mempunyai nama adalah karena aku hilang ingatan. "

Kon teringat saat dia tiba-tiba terbangun di sebuah padang rumput yang luas dengan pakaian yang terkoyak dan juga tubuh yang dipenuhi oleh luka. Pada saat itu dia hanya berdiri dengan tatapan kosong dan berjalan berhari-hari tanpa arah tujuan sampai dia menemukan kota ini.

"Aku bahkan tidak mengingat siapa diriku dan kenapa ada disini."

Pada saat itu dia sama sekali tidak tahu apa yang ia harus perbuat sampai dia bertemu dengan teman-temannya yang merupakan anak terlantar yang tidak berdaya. Kon pun tergerak hatinya untuk menolong mereka semua dan akhirnya dia mencuri makanan atau apapun yang dia bisa dapatkan hanya untuk bertahan hidup.

Itu membuat Kon sedih karena dia sama sekali tidak bisa mengingat apapun, bahkan wajah orang tuanya sekalipun dia tidak mengingatnya, dia hanya berharap suatu hari ingatannya itu bisa kembali dan dia bisa mencari keluarganya.

"Aku ingin agar suatu hari ingatanku bisa kembali lagi."

Edward mau membantu Kon, tetapi dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan disaat dirinya tidak tahu banyak tentang kerajaan ini, yang dia bisa lakukan sekarang hanyalah memastikan kalau Kon dan yang lainnya bisa hidup dengan layak apalagi mereka hanya sendirian.

"Hmmm...jadi begitu, tapi jangan khawatir karena pasti suatu hari ingatanmu akan kembali lagi, setidaknya aku berharap kalau itu akan terjadi."

"Ngomong-ngomong kenapa tuan bangun di tengah malam seperti ini?"

Edward tidak bisa menceritakan tentang mimpinya yang aneh itu kepada Kon, dia tidak ingin dianggap sebagai orang aneh yang menangis karena mimpi yang tidak jelas.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin menyegarkan diriku dengan memandang bulan yang indah."

"(gigle) Tuan ini memang aneh ya?"

"Heh? A-apakah aku aneh?"

Mendengar Kon yang mengatakan itu, Edward menjadi khawatir dengan dirinya yang mungkin tanpa dia sadari dianggap sebagai orang aneh oleh orang-orang disekitarnya.

"Aku hanya bercanda."

Kon mengingat saat pertama kali dia bertemu dengan Edward, dia sama sekali tidak mempercayainya bahkan selalu curiga kepadanya, tetapi setelah melihat apa yang telah dilakukan Edward kepadanya dan juga teman-temannya, dia menjadi sangat yakin sekarang kalau Edward adalah orang yang sangat baik.

"Tuan...kenapa tuan sangat baik kepada kami?"

Edward tidak mempunyai alasan khusus untuk menyelamatkan Kon dan teman-temannya, yang ada di pikirannya hanyalah untuk menyelamatkan orang yang sedang kesusahan dan membantunya tanpa memikirkan imbalan apapun.

"Hmmm...? aku tidak punya alasan khusus, aku hanya ingin membantu orang saja apalagi melihat kalian yang sebatang kara."

Kon sudah tahu kalau Edward sangatlah baik sehingga dia merasa tidak enak menerima semua kebaikannya, tetapi sifat yang terlalu baik itu terkadang bisa menjadi sebuah malapetaka bagi Edward sendiri karena dia bisa dimanfaatkan orang lain demi kepentingannya sendiri.

"Tuan, kalau tuan seperti itu, suatu hari mungkin akan ada orang jahat yang memanfaatkan tuan lho."

Edward tidak menyangkal kalau memang ada kemungkinan seperti itu, tetapi untuk sekarang setidaknya Kon bukanlah anak yang seperti itu yang akan memanfaatkan kebaikan Edward untuk kepentingannya sendiri.

"Iya aku tahu, tetapi setidaknya sekarang yang aku tolong bukanlah orang jahat."

"He~ bagaimana tuan tahu kalau aku bukanlah orang jahat."

Saat pertama kali Edward melihat Kon, dia langsung tahu dengan sendirinya kalau Kon bukanlah orang yang jahat walaupun dia berusaha mencuri tas yang berisi uang miliknya. Edward sendiri juga tidak tahu kenapa, tetapi dia hanya merasa kalau Kon bukanlah orang yang jahat.

"Entahlah, aku hanya merasa kalau kau bukanlah orang jahat."

"Eh itu saja?"

"Itu saja sudah cukup untukku menolong seorang gadis kecil manis yang kesusahan."

"Tuan...tuan ini pasti sangat hebat dalam merayu ya? Apakah tuan juga berencana untuk memasukkanku ke dalam harem tuan juga?"

Edward tidak pernah sekalipun mencoba untuk merayu gadis rubah itu, dia bahkan tidak pernah memikirkan sesuatu yang aneh apalagi memasukkannya ke harem, Edward juga sama sekali tidak bermaksud membuat harem atau apapun, itu semua karena mereka semua yang tiba-tiba seenaknya mengikuti Edward dan selalu menggodanya.

"Karena aku merasa itu akan menyebabkan lebih banyak masalah, jadi tolong hentikan itu."

"Tetapi...aku tidak keberatan kok ikut harem tuan."

Selama ini hanya mengurusi mereka bertiga saja sudah membuat Edward merasa lelah setengah mati, apalagi memikirkan jika Kon ikut menjadi salah satu dari mereka, membayangkannya saja sudah membuat Edward merasa ingin kabur dari kehidupannya saat ini.

"Sudah aku bilang hentikan itu, itu membuatku merasa sangat takut!"

Kon teringat ketika dia menceritakan kisah sebenarnya tentang Edward, semua teman-temannya merasa kagum kepada Edward yang baik dan kuat seperti pangeran impian mereka yang mereka damba-dambakan untuk menjemput mereka suatu hari nanti.

"Tuan...jika tuan terus menerus berbuat baik seperti yang tuan lakukan kepadaku, tuan bisa membuat ratusan wanita jatuh hati kepada tuan, bahkan teman gadis kecilku saja sudah menganggap tuan sebagai pangerannya."

"Eh, apa? Pangeran?!"

Inilah yang membuat Edward merasakan ketakutan, memang Edward menginginkan pasangan hidup yang mencintainya, tetapi dia hanya ingin satu orang saja, bukan dua, tiga atau seterusnya apalagi melihat dirinya yang bukanlah seorang bangsawan, tentu dia tidak bisa menikahi banyak orang walaupun kalau dia menginginkannya.

"Ku-kurasa tidak, aku tidak ingin menyandang gelar sebagai pangeran Lolicon Ehm! Kesampingkan tentang itu, sebaiknya kau kembali tidur karena keluar malam terlalu lama tidak baik untuk tubuhmu."

Kon sudah merasa lega karena menceritakan masalah yang selalu ia pendam selama ini, pikirannya pun merasa ringan dan dia juga merasa akan bisa tidur nyenyak setelah ini.

"Kalau begitu aku permisi, terima kasih karena sudah mau mendengarkan ceritaku."

Edward merasa senang karena dia bisa meringankan beban Kon sekali lagi, dia pun juga ikut merasa lega dan ingin kembali ke kamar dan tidur dengan nyenyak lagi apalagi dia akan mengikuti turnamen. Tetapi sebelum itu, Edward ingin memandangi bulan yang sangat indah itu sekali lagi dengan hati yang seolah tenang. Selama ini dia tidak pernah merasakan perasaan yang seperti ini ketika memandangi bulan, tetapi entah kenapa setelah bertemu dengan wanita itu di dalam mimpi, sekarang dia menjadi suka memandangi bulan yang indah itu.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C26
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión