Descargar la aplicación
60% Blackthorn Academy / Chapter 12: Bab 16: Pertarungan di Ujung Harapan

Capítulo 12: Bab 16: Pertarungan di Ujung Harapan

Aveline dan timnya kembali ke markas dengan perasaan campur aduk. Meskipun mereka berhasil mendapatkan data penting dari server, mereka tahu bahwa ancaman Damian tidak akan pernah berhenti. Saat mereka memasuki ruang pertemuan, suasana di dalam ruangan terasa gelap. Semua anggota tim terlihat lelah, tetapi semangat mereka tidak padam. Mereka mengumpulkan kembali, mendengarkan laporan dari Rook mengenai data yang berhasil mereka ambil.

"Rook, tunjukkan pada kami apa yang kamu dapatkan," kata Aveline, memecah keheningan.

Rook menyalakan proyektor, dan layar besar menampilkan barisan data yang rumit. "Ini adalah informasi mengenai proyek pengendalian pikiran yang sedang dikembangkan oleh Damian. Mereka tidak hanya berencana untuk mengendalikan individu, tetapi juga memanipulasi kelompok dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya."

"Bagaimana cara kerjanya?" tanya Kai, mendekat untuk melihat lebih jelas.

"Proyek ini menggunakan teknologi canggih untuk mengubah pikiran dan perilaku individu dengan memasukkan frekuensi tertentu ke dalam pikiran mereka," jelas Rook, menggeser slide ke informasi lebih lanjut. "Mereka sudah melakukan uji coba pada beberapa subjek. Apa yang mereka rencanakan adalah penggunaan alat ini secara massal untuk menciptakan tentara yang tak terhentikan."

Elena menggigit bibirnya, tertegun. "Jadi, jika mereka berhasil, mereka bisa memanipulasi orang-orang di seluruh dunia? Ini sangat berbahaya."

"Dan itu bisa membuat mereka tak tertandingi," tambah Sera. "Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi."

"Berarti kita harus menghentikan proyek ini sebelum terlambat," kata Aveline, wajahnya dipenuhi tekad. "Kita perlu merusak fasilitas mereka, dan menghancurkan semua penelitian yang mereka lakukan."

"Namun, ini bukan hanya soal menghancurkan fasilitas. Kita harus memastikan bahwa mereka tidak dapat melanjutkan proyek ini di tempat lain," Rook menambahkan.

Kai berpikir sejenak, lalu berkata, "Kita harus membuat rencana serangan yang sangat terperinci. Jika kita salah langkah, kita bisa kehilangan semua yang telah kita capai."

"Baiklah, mari kita buat rencana. Kita tidak punya banyak waktu," Aveline memutuskan, matanya menyala dengan semangat. "Kita harus bertindak cepat dan efisien."

---

**Di sisi lain...**

Damian berdiri di depan layar yang menampilkan hasil uji coba terbaru. Dia tersenyum lebar, melihat progres proyeknya. "Dengan semua data ini, kita bisa membuat kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ucapnya kepada para pengikutnya. "Kita akan menciptakan generasi baru yang akan melayani tujuan kita."

"Namun, Aveline dan *Iron Roses* sudah mulai mengganggu rencana kita," salah satu pengikutnya, Marcus, mengingatkan. "Mereka akan mencoba menghentikan kita sebelum kita bisa mengambil langkah lebih jauh."

"Biarkan mereka. Mereka tidak tahu seberapa kuat kita. Kita sudah mempersiapkan ini. Mari kita sambut mereka dengan penuh kekuatan," jawab Damian, nadanya penuh percaya diri. "Siapkan rencana cadangan. Jika mereka datang, kita akan menunjukkan kepada mereka siapa yang sebenarnya memegang kendali."

---

**Kembali ke markas *Iron Roses*...**

Aveline dan tim mulai merancang strategi serangan. Peta lokasi fasilitas Damian diproyeksikan di dinding, dan mereka mulai mendiskusikan langkah-langkah mereka.

"Fasilitas ini sangat dilindungi," kata Rook, menunjukkan area yang dilindungi oleh sistem keamanan tinggi. "Namun, jika kita bisa mematikan sistem keamanan di awal, kita akan memiliki keuntungan."

"Bagaimana kita bisa melakukannya?" tanya Sera, memandangi peta dengan penuh perhatian.

"Sepertinya ada sebuah jalur tersembunyi yang dapat kita gunakan. Jika kita bisa sampai ke pusat kontrol, kita bisa menghentikan semua sistem keamanan sebelum mereka menyadari bahwa kita ada di dalam," jawab Rook. "Tetapi kita harus bergerak cepat."

"Aku dan Elena bisa pergi ke bagian belakang dan mencari jalur itu. Sementara itu, Sera dan Kai bisa berfungsi sebagai pengalih perhatian di depan. Jika mereka tertarik pada kalian, kita bisa menyelinap masuk," Aveline menyarankan.

"Mari kita lakukan ini," kata Kai, semangat membara. "Kita harus siap untuk semua kemungkinan. Kita harus percaya satu sama lain dan bekerja sama."

---

**Keesokan harinya...**

Matahari terbit membawa harapan baru. Namun, rasa tegang tetap menyelimuti tim. Mereka melakukan persiapan terakhir, memeriksa peralatan dan senjata, sambil saling memberi semangat.

"Apapun yang terjadi, kita tidak bisa menyerah," kata Aveline, menatap anggota timnya satu per satu. "Kita adalah harapan terakhir bagi banyak orang. Jika kita gagal, dunia ini akan jatuh ke tangan orang yang salah. Mari kita buktikan bahwa kita lebih kuat daripada mereka."

Dengan hati yang bergejolak, mereka berangkat menuju fasilitas Damian. Sepanjang perjalanan, Aveline merasakan adrenalin memuncak. Keputusan yang mereka buat hari ini bisa mengubah segalanya.

Setelah perjalanan yang menegangkan, mereka tiba di lokasi. Fasilitas itu terlihat megah, namun menakutkan, dengan penjaga bersenjata dan kamera pengawas yang memantau setiap sudut.

"Di sini kita mulai. Sera, Kai, ingat, kalian harus menarik perhatian mereka. Kami akan mencari jalan masuk ke bagian belakang," perintah Aveline, menatap kedua rekannya.

Mereka semua mengangguk dan bersiap untuk bertindak.

---

**Di depan fasilitas...**

Sera dan Kai bergerak maju, menciptakan keributan untuk menarik perhatian para penjaga. Sera melemparkan beberapa benda untuk membuat suara berisik, sementara Kai mengeluarkan senjatanya dan mulai menembaki arah lain untuk menarik perhatian.

"Hey! Kami di sini!" teriak Sera, berlari ke arah yang berlawanan.

Para penjaga segera terfokus pada mereka, berlari untuk mengejar. Sera dan Kai memanfaatkan momentum ini, bergerak cepat dan menghindari serangan.

"Sekarang!" teriak Aveline melalui radio. "Elena, kita harus masuk!"

Mereka bergegas menuju pintu belakang, menemukan jalur tersembunyi yang Rook tunjukkan. Dengan cepat, Aveline membuka pintu, dan mereka melangkah masuk ke dalam gedung.

"Cepat! Kita harus mencari pusat kontrol," Aveline memberi instruksi.

Mereka berlari menyusuri koridor gelap, telinga mereka mendengar suara langkah kaki di kejauhan. Setiap detik terasa sangat berharga. Aveline dan Elena saling menatap, semangat dan tekad terpancar di mata mereka.

"Ini dia," kata Rook, menunjuk ke arah pintu besar yang bertuliskan "Pusat Kontrol."

"Berhati-hatilah," bisik Aveline, meraih gagang pintu. Dengan pelan, dia membuka pintu dan melangkah masuk.

---

**Di dalam pusat kontrol...**

Suasana di dalamnya sangat canggih, dengan layar-layar besar menampilkan informasi yang berkelap-kelip. Beberapa teknisi terlihat sibuk, namun tidak ada yang menyadari kedatangan mereka.

"Rook, lakukan pekerjaanmu," Aveline perintah. "Matikan semua sistem keamanan."

Rook segera menghubungkan laptopnya ke sistem pusat. "Ini akan memakan waktu beberapa detik. Jangan biarkan mereka mengetahui kita di sini."

Elena dan Aveline menjaga sekitar, matanya waspada. Namun, suasana tenang itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, pintu terbuka dan sekelompok penjaga masuk, terkejut melihat mereka di dalam ruangan.

"Siapa kalian?!" teriak salah satu penjaga.

"Bersiap-siap! Mereka di sini!" teriak yang lain, segera mengarahkan senjata ke arah mereka.

"Jangan biarkan mereka keluar!" perintah Aveline, sambil bersiap melawan.

Saat peluru mulai terbang, Aveline dan Elena melindungi Rook, yang masih berusaha mengakses sistem. Aveline meraih senjatanya dan mulai menembak balik, menghindari serangan yang datang.

Rook terlihat tertekan, wajahnya berkeringat. "Tolong, aku butuh lebih banyak waktu!"

"Dapatkan akses, Rook! Kami akan menahan mereka!" teriak Aveline.

Elena berlari ke samping dan berusaha menembak dari sudut yang lebih baik, mengalihkan perhatian penjaga. "Jangan berhenti, Rook! Kita butuh data itu!"

Aveline merasa energinya mengalir saat dia terus melawan. Setiap peluru yang dilepaskan adalah demi harapan mereka. Dia tahu, mereka tidak bisa mundur.

"Ini dia! Aku mendapatkan akses!" teriak Rook, wajahnya bersinar dengan keberhasilan.

"Matikan semua sistem keamanan!" teriak Aveline, saat dia mengarahkan senjatanya ke penjaga yang mendekat.

Tiba-tiba, suara alarm menyala lebih keras, dan layar di ruang kontrol menunjukkan tulisan "SISTEM KEAMANAN DIMATIKAN".

"Bagus! Kita harus

pergi sekarang!" Aveline berteriak.

Mereka semua berlari menuju pintu keluar, namun, lebih banyak penjaga datang dari arah lain. Situasi semakin mencekam.

"Ke pintu darurat! Ayo!" teriak Elena, mengambil alih komando.

Dengan kecepatan tinggi, mereka berlari menuju pintu darurat yang terletak di ujung koridor. Peluru terus berseliweran, suara tembakan memenuhi udara, tetapi semangat mereka tidak padam.

Setelah melewati beberapa penjaga, mereka akhirnya mencapai pintu darurat. Aveline mengeluarkan kunci dan membuka pintu, dengan semua tenaga yang tersisa.

"Keluar! Cepat!" teriaknya, saat mereka melompati pintu.

---

**Di luar gedung...**

Mereka menemukan diri mereka di area terbuka, namun tidak ada tempat berlindung. Para penjaga mengejar mereka dari belakang.

"Ayo, kita ke arah hutan!" seru Aveline, memimpin jalan.

Mereka berlari menuju pepohonan, berusaha menemukan tempat berlindung dari tembakan. Namun, saat mereka berlari, Rook tiba-tiba terjatuh.

"Rook!" teriak Elena, berbalik untuk membantunya.

"Jangan! Ayo! Kita harus pergi!" Aveline berteriak, merasakan ketegangan semakin meningkat.

Rook mencoba berdiri, tetapi kakinya terluka. "Aku tidak bisa berjalan!" ucapnya, terengah-engah.

"Tidak ada waktu untuk ragu! Elena, bantu dia!" Aveline memerintahkan, merasakan tanggung jawab berat di pundaknya.

Elena berlari kembali, mengangkat Rook ke bahunya. "Ayo! Kita tidak bisa berhenti!"

Dengan Elena membantu Rook, mereka melanjutkan pelarian mereka. Namun, suara tembakan semakin mendekat.

"Cepat! Ke arah barat!" teriak Aveline.

Mereka berlari dengan sekuat tenaga, melewati pepohonan gelap dan semak-semak. Jantung Aveline berdegup kencang, dan dia merasakan betapa pentingnya misi ini.

Akhirnya, mereka mencapai tepi hutan. Di sana, mereka melihat kendaraan yang menunggu mereka.

"Masuk! Cepat!" teriak Aveline, membantu Rook masuk ke dalam mobil.

Saat mereka semua melompat ke dalam kendaraan, Aveline merasa lega. Namun, dia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Mereka masih harus berjuang melawan Damian dan memastikan bahwa proyek pengendalian pikiran ini tidak akan pernah terwujud.

---

**Kembali di markas *Iron Roses*...**

Setelah berusaha sekuat tenaga, mereka kembali ke markas, kelelahan tetapi berhasil. Aveline memimpin tim ke ruang pertemuan, di mana mereka akan membahas langkah selanjutnya.

"Rook, apa yang bisa kamu lakukan dengan data ini?" tanya Aveline, wajahnya serius.

"Aku perlu menganalisis ini lebih lanjut. Namun, kami memiliki bukti yang cukup untuk menghentikan proyek ini. Ini akan memerlukan rencana yang baik," jawab Rook, berusaha tenang meskipun kelelahan terlihat jelas.

"Apapun yang terjadi, kita tidak bisa menyerah," kata Aveline, menatap mata timnya. "Kita harus melawan Damian dan menghentikan rencananya, apapun risikonya."

Dengan semangat baru, mereka mulai merancang rencana baru, bertekad untuk menghentikan Damian dan memastikan bahwa kegelapan tidak akan pernah menguasai dunia.

---

**Sementara itu, di markas Damian...**

Damian berdiri di depan layar, marah saat melihat laporan mengenai serangan *Iron Roses*. "Mereka berhasil. Namun, kita akan membalas," ucapnya dengan suara rendah, dipenuhi dendam.

"Siapkan semua pasukan kita. Kita akan menyerang mereka dengan penuh kekuatan," perintahnya kepada para pengikutnya. "Kita tidak akan memberi mereka kesempatan untuk bernafas. Mari kita akhiri permainan ini!"

Dengan tekad baru, Damian bersiap untuk melawan. Dia tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir, dan dia tidak akan berhenti sampai semua rencananya terwujud.

---

**Di markas *Iron Roses*...**

Aveline dan tim melanjutkan perencanaan mereka. Mereka saling bertukar ide dan strategi, berusaha menemukan cara terbaik untuk menghentikan Damian.

"Jika kita bisa mengungkapkan semua kejahatan yang dilakukannya kepada publik, kita mungkin bisa menghentikan rencananya," kata Kai.

"Itu bisa berhasil. Kita perlu mendapatkan bukti kuat dan mengedarkannya ke media," Aveline setuju. "Tapi kita harus bergerak cepat, karena Damian pasti akan melakukan sesuatu dalam waktu dekat."

"Rook, apakah kamu bisa menyiapkan data tersebut untuk disebarkan?" tanya Elena.

"Ya, aku bisa melakukan itu. Tapi kita perlu menjamin keamanan informasi ini," Rook menjawab. "Kita tidak bisa membiarkan Damian mengetahui rencana kita."

"Baiklah. Kita perlu bekerja sama dan tetap satu langkah di depan mereka," Aveline menegaskan. "Kita bisa melakukannya jika kita saling percaya."

Dengan tekad dan keberanian, mereka merencanakan langkah mereka, bertekad untuk menghentikan Damian dan mencegah kegelapan merusak dunia yang mereka cintai. Pertarungan ini baru saja dimulai, dan mereka tidak akan berhenti sampai kemenangan diraih.


next chapter
Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C12
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión