Descargar la aplicación
10.87% Biarkan Mata Berbicara / Chapter 26: Jangan Biarkan...

Capítulo 26: Jangan Biarkan...

" Anjani , ayuuk sini....." .

Antoni menggandeng tangan ku dan mengajak ku kedalam salah satu toko baju yang ada di salah satu Mall terbesar di jakarta .

" Anjani , kita musti beli baju buat musim dingin ini...

ayoo kamu pilih pilih..." .

Aku pun menoleh ke arah Antoni , karena kata kata yang di ucapkan Antoni , membuat diriku bertanya...

" Maksud mu apa , Antoni ? musim dingin ini kita mau kemana ? ".

ku tarik tangan Antoni , aku meminta penjelasan darinya.

" Anjani , Kita akan kuliah di Australia , kamu akan menemaniku disana..." .

Dengan memegang kedua pipiku Antoni menjawab pertanyaan ku , aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa membalas perkataannya .

Memang impian setiap remaja adalah bisa kuliah di luar negeri . Tapi , pernyataan Antoni ini sangat , membuat ku terkejut , karena sebelumnya dia tidak pernah membicarakan ini kepadaku , kini Aku hanya bisa terpaku melihat dia begitu bersemangat memilih milih baju yang dia sukai dan berbelanja apa saja yang dia ingini .

Seharian ini , aku hanya bisa terdiam dan berjalan mengikuti semua kemauan yang Antoni ingini .

Aku belum menemukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini dengan Antoni , jujur aku tidak mau pergi ke luar negeri jika untuk bersekolah disana , karena bagiku , Indonesia pun punya Universitas yang bagus dan bisa menghasilkan para mahasiswa yang jenius dan smart .

" Antoni , mungkin ini adalah awal kita harus berdebat "

aku bergumam dalam hatiku karena melihat semua tingkahnya di hari ini .

Malam ini aku akan mencoba keberanian ku untuk berbicara kepada Antoni , bagiku tidak semua keputusan Antoni akan aku setujui , aku tidak mau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanku .

" Antoni , boleh kah kita berbicara serius "

Akupun menghampiri Antoni yang sedang bermalas malasan di sofa , aku berniat akan pelan pelan berbicara kepadanya . Antoni pun terbangun dan memberikan ku tempat untuk duduk disampingnya .

" Anjani , gue tau lo ga setuju , dengan keputusan kita kuliah di Australia , tapi... lo musti tau , gue bakal nerusin usaha papa , jadi mau ngga mau , yaa gue musti ngikut keputusan papa...."

mendengar ucapan Antoni aku kini tau , Ternyata ini semua adalah rencana papanya Antoni , tapi.... dari mana dia tau kalo aku tidak suka dengan keputusannya ini .

" Dari mana kamu tau aku tidak suka dengan keputusan ini ? " Akupun menjadi penasaran .

" Hahahahahahha.... terlalu mudah untuk menjawab itu zaaayaaaaank , muka lo dari tadi pagi udah kayak kertas lecek gue liat .... hahahahahahah....!"

Dengan iringi tawa ,dia menjawab pertanyaan ku .

Rasanya muka ini menjadi merah karena malu akan pertanyaan ku sendiri . aku pun bertanya kepada diriku sendiri , Sebegitu jelaskah di wajahku jika aku tidak menyukai sesuatu ?

" Dasar sialan....! "

ku cubit pinggang Antoni , dan dia pun merasa kesakitan akibat cubitan ku yang tidak ada rasa iba kepadanya , dan kini dia hanya bisa berteriak ....

" Aduuuch.... aduuuch...! sakiiit zayaaaank..... udaah sakiit ,,, ampuuun... ampuuun...!"

Aku pun melepaskan cubitanku , dan berbicara kepadanya dengan serius .

" Antoni , jika kamu ingin kuliah di Luar Negeri , pergilah... biarkan aku menantimu disini "

Antoni menatap ku dengan pandangan yang tak percaya akan kalimat yang ku ucapkan ini.

" Anjani , kenapa lo begini ..... gue ngga akan pernah mau berpisah dengan lo .... lo kan tau itu..! "

Antoni memeluk tubuhku dengan erat dan dia tidak ingin aku melepasakan nya .

Dia mendekatkan keningku dengan keningnya , dia menatap ku sangat dekat , seakan akan dia mencoba melihat isi hatiku lewat mataku ini .

Akupun membalas tatapan matanya , karena saat ini hanya mata yang bisa berbicara , aku tidak ingin menyakitinya , tapi aku juga tidak mau tersakiti oleh keinginan yang tidak aku ingini .

Aku tahu Antoni tidak akan mau berpisah dengan ku , tapi Antoni tau aku tidak mau ikut dengan nya kali ini.

" Antoni , gue harus berbicara dengan papa lo , apapun resiko dan keputusannya , gue siap ...."

Ku pegang kedua pipi Antoni agar aku fokus menatapnya dan berbicara kepadanya . mendengar ucapanku , Dia pun melepaskan tangannya yang sedari tadi memeluk ku dengan erat , kini aku melihat tatapan kosong di mata Antoni . ada kekecewaan yang tersirat dari tatapan matanya , kini dia hanya mampu memegang tanganku dan tertunduk melihat tangan kami , yang terpaut menyatu diatas sofa yang bisu .

Aku senderkan kepalaku di bahunya dan mencoba berkata demi kata kepada Antoni .

" Antoni , gue tahu lo sayang banget sama gue , dan lo juga tahu kan gue pun sayang sama lo , tapi...

masa depan kita ini masih panjang.... jangan biarkan semua itu hancur hanya karena kita tidak mempunyai keinginan yang sama " .

Aku merasa bisa berkata lancar jika aku tidak menatap wajah Antoni .

" Antoni , lo ingin gue percaya sama lo , kenapa lo ga ingin percaya sama gue ? percayalah... walaupun lo pergi sampe ke Antartika sekalipun , jika lo masih sayang sama gue... gue akan menunggu lo disini , karena jiwa lo adalah bagian dari jiwa gue...".

Tanpa sadar air mata ku ini mengalir terjatuh dan menetes membasahi genggaman tangan kami berdua.

Ternyata aku tidak bisa menipu diriku sendiri , setegar apapun aku berusaha berkata dengan Antoni , tapi kenyataannya perasaan ku berkata lain .

Hati dan jiwaku mengakui tidak ingin berpisah dengan Antoni . Air mata ini.... adalah air mata , tidak ingin kembali kehilangan .

Aku sudah kehilangan mama , dan kini aku tidak mau kehilangan orang yang terdekat dalam jiwaku .

Antoni melihat ku dan memeluk ku kembali , dia membelai mesra kepalaku , dia kecup keningku berkali kali , ku rasakan sangat lembut dan penuh kedamaian .

" Anjani , gue ngga akan tinggalin lo , percayalah ...."

Kata kata Antoni tidak membuat ku berhenti menangis , air mata ini makin deras dan semakin menjadi jadi , hati ku bercampur aduk , aku menjadi takut memikirkan jika aku nanti harus berbicara kepada papanya Antoni . Alasan apa yang harus aku uraikan kepada papanya Antoni .

" Sudah jangan menangis lagi , besok kita bicarakan ini dengan papa , sekarang tidurlah..."

Antoni menuntun ku kekasur , dia tetap membelai belai mesra kepalaku , seperti menina bobokan anak umur 5 tahun , dia memperlakukan diriku .

aku pun tidak ingin melepaskan rangkulannya . aku benar benar ingin di manja olehnya . karena aku takut jika dia benar benar pergi meninggalkanku .

Awalnya aku yang ingin berusaha tegar di hadapannya , tapi ternyata , aku malah benar benar seperti anak kecil yang berumur 5 tahun , yang ingin selalu dimanjanya , di peluk nya , dan selalu dekat dengannya . Ternyata Keinginan ku telah menipu bathin ku , aku bersandiwara , tapi air mata ku membuktikannya . Aku tidak mau kehilangan dirinya .

" Antoni , biarkan malam ini gue tidur dalam pelukan lo yaa... " sambil terisak aku mengucapkan permohonan manja kepada Antoni .

" Anjani , gue juga ingin terus memeluk lo dimalam ini "

Antoni pun tidur dengan memeluk ku dimalam ini .

Untuk pertama kalinya kami tertidur dalam 1 ranjang ini , karena setiap malam, biasanya Antoni tidur di sofa empuk kebanggaanya , tapi kali ini Antoni tidur disamping ku dan memeluk tubuhku .

Aku percaya kepada Antoni , seperti Antoni percaya kepadaku . Walaupun kami tidur bersama tapi kami tetap pada prinsip kami .

" Antoni , gue bangga memiliki lo ...."

ke dekap erat tangan Antoni yang memeluk tubuhku , aku benar benar merasa nyaman dalam pelukannya dan berharap akan mimpi indah malam ini.

Antoni mencium kepala ku dengan mesra dan berkata ,

" Selamat malam Anjani sayang ...."

Dan kami pun terlelap dalam keheningan malam , dan berharap esok adalah hari yang indah , indah seperti mimpi kami di malam ini .

=========== °°° ============


next chapter
Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C26
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión