Pukul lima sore tepat, Melvin langsung berlari untuk absen pulang dari kantor. Ia sudah tidak mempedulikan mata atasan yang menatapnya tajam karena Melvin pulang dengan sangat on time. Setelah selesai dengan mesin absen, Melvin berlarian ke arah halte bus karena ia tidak boleh terlambat di hari pertamanya sebagai waiter di salah satu restoran yang jaraknya empat puluh menit dari kantornya jika tidak macet. Jika saja Melvin masih memiliki mobil, mungkin waktu yang dibutuhkan hanya lima belas menit saja karena tidak perlu berhenti mengikuti bus, tapi karena mobil itu sudah dijual oleh Misya, mau tidak mau ia hanya bisa naik angkot ataupun bus agar bisa sampai ke pekerjaan barunya.