App herunterladen
33.33% When You Belong Me / Chapter 19: Cinta itu kamu

Kapitel 19: Cinta itu kamu

Setelah menempuh berjam-jam perjalanan menggunakan mobil, akhirnya mereka sampai di rumah Danil dan Jelita, tepat sebelum maghrib berkumandang, Yola dan Abdul telah sampai dirumah orang tuanya.

"Assalamualaikum, Ayah." Yola berlari kecil pada Danil dan Jelita yang sudah menunggu mereka di teras rumah lalu memeluk keduanya bersamaa dengan erat.

"Waalaikumsalam_ Aduh!" Jelita dan Danil kaget karena Yola langsung menerjang mereka dengan pelukan.

"Yola kangen sama Ayah dan Bunda," Ucap Yola lalu mencium pipi Ayah dan bundanya.

Abdul yang berdiri di belakang Yola hanya tersenyum melihat istrinya itu berteriak kegirangan saat bertemu orang tuanya.

Danil menatap Abdul, lalu Abdul mengangguk dan menghampiri Danil.

"Assalamualaikum, Ayah." Ucap Abdul pada Danil.

"Waalaikumsalam, anak laki-laki ayah bertambah satu. Sehat, Nak?" Kata Abdul sambil memeluk menantunya itu.

"Alhamdulilah, kami semua baik, ayah."

"Syukurlah kalau begitu."

"Abdul," Panggil Jelita.

"Bunda," Abul berganti mencium pungung tangan Jelita dan memeluk sekilas ibu mertuanya itu.

"Apa kabar Umi sama Abah?" Tanya Jelita pada menantunya.

"Alhamdulilah semuanya baik, mereka titip salam buat Ayah dan Bunda." Jawab Abdul.

"Waalaikumsalam, Alhamdulilah kalau begitu. Ayo masuk."

"Pak Karim, dan_" Kata Danil terjeda karena asing dengan sosok laki-laki yang berdiri di samping Pak Karim.

"Yusuf." Ucap Abdul.

"Oh ya, Yusuf ayo mari kita masuk." Ajak Danil.

Pak Karim dan Yusuf menatap Abdul, setelah mendapat anggukan dari Abdul, Pak Karim dan Abdul ikut masuk ke dalam rumah.

"Yola, ajak Abdul ke kamarmu. Pak Karim sama Yusuf bisa istirahat di kamar yang itu, cat putih, tak jauh dari kamar Yola." Ucap Jelita.

"nanti biar Mbok Rahmi yang bawakan minuman ke kamar kalian, sebentar lagi maghrib kalian siap-siap sholat maghrib sambil istirahat di kamar." Lanjut Jelita pada mereka.

"Terimakasih, Bunda." Ucap Abdul.

"sama-sama, sayang." Ucap Jelita sambil mengelus pundak Abdul.

"Kami ke kamar dulu, Bun." Pamit Yola.

"Ya, nanti kita sholat maghrib berjamaah ya di mushola, baru kita ngobrol-ngobrol." Balas Jelita, sedangkan Danil sudah masuk ke kamarnya untuk bersiap sholat maghrib.

Yola dan Abdul, lalu masuk ke kamar mereka. Begitu juga dengan Pak Karim dan Yusuf. Mereka benar-benar tak menyangka jika Yola berasal dari keluarga yang kaya raya. Karena selama ini Yola selalu hidup seperti anak-anak yang lain, dan tak menunjukkan ke kayaannya serta jati dirinya.

"Kaya banget orang tuanya mbak Yola, ya Pak." Ucap Yusuf sambil berkeliling kamar mengamati segala ornament yang ada di kamarnya, lalu melihat ke bawah dari Balkon yang langsung bisa melihat pemandangan kota yang indah.

"Iya, Ayahnya Yola adalah donator utama di pondok pesantren, begitu juga dengan ayah Fahri dan Fatih."

"Mereka juga?" Tanya Yusuf sambil menatap Pak Karim yang sedang duduk berselonjor di sofa.

"Iya, mereka semua saudara sepupu Yola dan Jhonatan." Jawab Pak Karim sambil memejamkan mata sejenak sebelum bersiap untuk sholat maghrib.

"Oh, baru tahu saya, pak." Kata Yusuf sambil manggut-manggut.

Pak Karim hanya terkekeh walau mata terpejam. Dulu dia juga pernah sempat ada hati sama Jelita namun, karena Jelita yang tidal pernah dekat dengan lawan jenisnya, dan Rey yang selalu protektif pada Jelita jadi banyak santri putra yang mundur teratur, termasuk dirinya.

Dikamarnya Yola dan Abdul bergantian membersihkan diri. Yola mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan oleh suaminya. Dia membongkar koper lalu memasukkan pakaian Abdul ke dalam lemari. Sejenak Ia terpaku dengan satu tempat kecil yang berisi pakaian dalam suaminya, lalu Ia terkekeh mengingat bagaimana perdebatan antara dirinya dan Abdul saat merapikan pakaian itu.

"Khem!!" Deheman Abdul membuat Yola sontak menoleh ke belakang, lalu nyengir lebar sambil menatap Abdul yang berdiri bersedekap menyandar di lemari.

"Jangan dibayangin, lihat langsung aja boleh." Goda Abdul pada Yola, yang langsung melemparkan tas transparan berisi dalaman suaminya. Dan dengan sigap Abdul menangkap tas tersebut.

"Awas lho nanti kalau ketagihan sama isinya." Ucap Abdul sambil tersenyum lebar.

Jangan ditanya bagaimana dengan kondisi wajah Yola saat ini, pastinya sudah merah semerah cabe. Abdul memnag sangat suka menggoda istrinya, apa lagi melihat wajah sang istri yang memerah, dia akan menjadi tambah gemas.

"Kamu suka banget godain aku." Keluh Yola, Abdul terkekeh lalu berjongkok memeluk Yola dari belakang, lalu mencium pipi Yola.

"Ih, kamu belum pakai baju. Awas lho handuknya mrosot." Kata Yola sambil melirik Abdul yang malah menaruh kepalanya di pundak Yola.

"Bilang saja, kamu memang berharap handuk yang aku pakai mrosot." Abdul kembali mengecup pipi Yola.

"Udah ihhhh… sana pakai baju, bentar lagi maghrib lho." Kata Yola mengingatkan Abdul, walau sebenarnya dia sudah kepalang malu pada suaminya.

"Serius nih, ga berharap handuknya mrosot." Goda Abdul sebelum benar-benar melepaskan tubuh Yola dari pelukannya. Yola melotot menatap Abdul, benar-benar suaminya ini.

"Oke, Oke, maaf sayang." Abdul mengurai pelukannya, lalu memakai baju yang telah disiapkan oleh Yola.

"Yang, bantuin dong yang.." Kata Abdul.

Yola menoleh lalu melihat baju koko suaminya yang belum terkancing, Yola berdiri lalu memasang kancing itu satu persatu. Abdul memperhatikan wajah istrinya yang sedang memasang kancing bajunya lekat-lekat.

CUP

"Terimakasih." Ucap Abdul setelah mencium kening istrinya, wajah Yola bersemu merah membuat Abdul jadi gemas.

"Sama-sama." Ucap Yola lalu menatap wajah suaminya. Keduanya berpelukan dengan erat.

"Bahagiaku memiliki mu." Kata Abdul sambil memeluk tubuh Yola.

"Bahagiaku karena kau begitu mencintaiku, terimakasih." Yola mengeratkan pelukannya.

"Semoga setiap langkah dalam hidup kita dipenuhi rasa cinta dan keridhoan dari orang tua dan Allah."

"Amiin, cintaku." Ucap Yola membuat Abdul melepas pelukan pada Yola lalu menatap wajah istrinya yang tersenyum padanya.

"Panggilan baru nih?"

"Iya dong, kamu kan cinta, cintanya aku." Yola tersenyum lalu Abdul mencubit hidung Yola gemas.

"suka deh." Kata abdul.

"Udah adzan, ayo wudhu, kita sholat jamaah di mushola bawah, sama Ayah dan Bunda."

"Ya, sebenarnya tadi aku udah wudhu, terus batal deh karena peluk kamu."

"Salah sendiri, main peluk-peluk aja."

"Suka ga tahan pingin peluk kalau deket-deket sama kamu." Kata Abdul sambil nyengir lebar.

"Udah sana wudhu." Yola mendorong tubuh Abdul ke kamar mandi, Abdul hanya terkekeh lalu melangkah ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit gentian Yola yang mengambil wudhu setelah itu menggunakan mukena, kemudian turun ke bawah untuk sholat berjamaah.

Dimushola sidah menunggu Danil, Jelita, Pak Karim dan Yusuf. Lalu mereka menoleh saat keduanya datang dengan senyum yang mengembang.

"Pak Atmo dan Mbok Rahmi ga ikut jamaah, Bun?" Tanya Yola pada Bundanya.

"Bentar lagi juga mereka datang, nah..kan Tuh mereka." Kata Jelita sambil menunjuk Pak Atmo dan Mbok Rahmi.

"Abdul, ayo Imam." Kata Danil pada Abdul.

"Ayah saja." Kata Abdul sopan.

"Ilmu agama mu lebih banyak dari pada Ayah, lagi pula ayah ingin menantu ayah yang mengimami kami sekarang." Ujar Danil.

Lalu Abdul mengangguk kemudian maju kedepan, lalu menuju posisi paling depan untuk menjadi Imam sholat mereka.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen