App herunterladen
73.05% Titip Rindu / Chapter 122: Eps.83

Kapitel 122: Eps.83

Valentine berusaha membuka matanya yang masih sedikit terasa berat, ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan yang terlihat asing baginya hanya terdengar jarum jam yang berirama dengan teratur di atas nakas. Saat hendak menggerakkan tubuhnya Valentine merasakan sedikit nyeri di bagian pangkal pahanya.

" Awwwwww " lirih Valentine, tak lama kemudian matanya terbelalak saat menyadari bahwa tak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Bahkan dengan jelas Valentine melihat pakaian nya yang sudah berceceran di atas lantai, dengan cepat Valentine menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh indahnya.

Kepalanya terasa sangat sakit, saat mencoba mengingat apa yang terjadi semalam pada dirinya dan teman laki-laki nya.

Flashback On

Dentuman keras suara musik diskotik bergema di sebuah ruangan besar yang sudah di penuhi oleh para orang dewasa, Valentine duduk dengan mesra bersama seorang laki-laki, mereka tertawa dan menikmati minuman alkohol yang sudah tertata rapi di atas meja.

" jadi bagaimana hubungan kamu sama Yesaya? " seorang laki-laki menghembuskan asap rokok ke wajah Valentine dengan lembut

" Yesaya....? laki-laki bodoh itu terus menolak ku.... dia masih terus mengejar mantan pacarnya.... padahal jelas-jelas aku lebih cantik dan seksi dari mantan nya itu " Valentine kembali meneguk minumannya terlihat dengan sangat jelas kebencian di matanya

" but no problem, karena sebentar lagi Yesaya bakalan nikah sama aku.... " senyum manis terpancar dari wajah cantik Valentine

" lalu aku bagaimana? " laki-laki itu mencengkeram pinggang Valentine dengan posesif, sorot matanya menunjukkan kecemburuan, ia juga membelai lembut wajah Valentine dengan jari-jarinya.

" kamu masih tetap milikku Mananta... tapi kamu juga harus ingat, bahwa hanya untuk mengisi kekosongan ku... " jawab Valentine dengan mengalungkan kedua tangannya pada leher laki-laki yang bernama Mananta.

" kalau begitu nikmatilah malam ini sayang... " Mananta kembali memberikan Valentine minuman nya, ada rasa sedikit tak terima atas perkataan Valentine dari raut wajah Mananta.

Awalnya mereka hanya janjian untuk bertemu di mall, namun karena Mananta baru datang dari Toronto, Valentine langsung mengajaknya untuk minum bersama.

Valentine dan Mananta sudah berjalan dengan sempoyongan di loby sebuah hotel tempat Mananta menginap yang terletak tak jauh dari diskotik yang mereka singgahi tadi.

Mananta berusaha menelan saliva nya saat melihat Valentine tubuh seksinya. Bagaimana tidak karena Valentine hanya mengenakan rok mini dengan atasan tanktop dan hanya ditutupi oleh kardigan yang berdasar transparan menunjukkan kulit putih bersih nya. Valentine sudah terbaring tak berdaya di atas ranjang yang berukuran king size di dalam kamar itu, karena telah mengkonsumsi minuman alkohol terlalu banyak.

" You so beautiful honey.... " samar-samar Valentine mendengar bisikan itu di telinga nya dan membuat nya merasa merinding, bahkan dirinya juga merasakan setiap sentuhan lembut di tubuhnya dari Mananta, hingga akhirnya sesuatu terjadi antara dirinya dan Mananta.

Flashback Off

" enggak..... itu enggak mungkin terjadi.... " gumam Valentine, ia merasa perutnya mual dengan sekuat tenaga Valentine beranjak dari tempat tidur menuju wastafel mengeluarkan semua cairan yang berwarna kuning dari mulut nya.

Tubuh Valentine masih terasa lemas, perutnya pun masih terasa keram di tambah lagi nyeri di bagian pangkal pahanya. Tak lama kemudian, Valentine terkejut saat pintu kamar terbuka dan terlihat sosok pria bertubuh tinggi ada di hadapannya.

" hei sayang... kamu sudah bangun? " tanya laki-laki itu dengan santai sambil meletakkan beberapa kantong makanan yang baru saja ia beli.

" aku udah beli sarapan untuk kita, jadi mendingan kamu mandi lalu kita sarapan sama-sama " laki-laki itu seakan tidak perduli dengan Valentine yang masih terlihat sangat kacau.

" apa yang sudah kamu lakuin sama aku...? " dengan sedikit bergetar Valentine membuka suara nya.

" seharusnya bukan seperti itu kata-katanya, tapi, ' apa yang sudah kita lakukan ' begitu sayang.... " laki-laki itu sedikit melirik Valentine, lalu menunjukkan senyum evil di wajahnya.

" Jawab Mananta!!!!! " ucap Valentine dengan lantang

" come on honey..... jangan berpura-pura untuk lupa dan menyesali nya, bahkan semalam kamu yang sudah memegang kendali permainan itu " Mananta berpangku tangan menghadap Valentine

" nggak.... itu nggak mungkin!!!! kamu pasti udah jebak aku!!!! "

" No.... tapi kamu lah yang menjebak ku sayang, kamu yang meminta ku untuk kembali datang ke negara ini, lalu meminta bantuan ku menghancurkan seseorang yang tak seharusnya kamu hancurkan " dengan langkah santai Mananta menghampiri Valentine.

" dan kamu sendiri yang bilang, bahwa aku adalah milikmu... tapi hanya untuk mengisi kekosongan mu, dan aku sudah lakukan itu... " seakan tak merasa bersalah Mananta hendak kembali membelai wajah Valentine namun di tepis dengan kasar oleh wanita itu.

" BAJINGAN kamu!!!! seharusnya kamu melakukan ini bukan bersama ku brengsek!!! tapi dengan wanita yang bernama Shea!!!!! " hardik Valentine

" tapi aku lebih menyukai dan mencintai tubuhmu sayang... dan ada satu hal yang belum kamu ketahui, bahwa aku tidak ingin bermain-main dengan milik Alvarez... karena kamu belum tahu seperti Alvarez jika ada seseorang yang mengusik milik nya " Mananta meraih pinggang Valentine untuk mendekat padanya, saat bibirnya hendak mengecup bibir Valentine dengan cepat Valentine mengelak lalu meludahi wajah tampan Mananta.

" Bitch " Mananta menggeram kesal, lalu mendorong tubuh Valentine dengan keras kelantai sampai kepala nya membentur kursi

" berani-beraninya kamu lakukan itu!!!! " Mananta kembali menghampiri Valentine lalu mencengkram kedua rahang wanita itu dengan keras, Valentine hanya bisa menahan sakit dan tangis.

" kamu milikku Valentine!!!!! " Mananta menghempas wajah Valentine, kemudian berlalu pergi meninggalkan wanita itu.

Valentine masih berdiam di sudut ruangan, meratapi nasibnya yang sudah hancur, semua rencana yang sudah ia susun rapi dengan sekejap berantakan.

Arrrrrhhhhhggggg!!!!!!!

Pekik Valentine dalam tangisnya, ia terus merutuki dirinya yang sudah kotor.

" seharusnya semua ini terjadi pada Shea... " pekik Valentine. Bak seperti di sambar petir di siang hari, Valentine mendapatkan karma sebelum ia berhasil menghancurkan orang yang tidak bersalah.

********

Alvarez masih berada dikantor nya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam tapi laki-laki itu sama sekali tak pernah mengingat waktu kalau sudah berurusan dengan pekerjaan.

" Rez... ayok pulang " ajak Gilang yang menghampiri Alvarez di ruangan nya.

Tanpa menjawab Alvarez langsung membereskan semua berkas-berkas yang masih berserakan di atas meja kerjanya, lalu berjalan keluar ruangan nya me dahului Gilang.

Sesampainya di basemen kantor, Alvarez merasakan sakit di bagian dadanya dan wajahnya sudah pucat bahkan keringat dingin sudah membasahi dahinya.

" Rez.... are you ok " Gilang yang baru saja hendak memasuki mobilnya tiba-tiba beralih menghampiri sahabat nya itu

" gue baik-baik aja " jawab nya sambil telapak tangan nya menahan dadanya yang terasa sakit

" tapi muka Lo pucet banget.... biar gue yang nganter Lo ke apartemen, mobil gue biar parkir disini aja dulu " tanpa menunggu jawaban Alvarez lagi, Gilang langsung menyambar kunci mobilnya.

Selama dalam perjalanan, Alvarez tertidur di kursi penumpang di samping Gilang yang sedang mengemudi, sesekali Gilang memandang wajah sahabatnya yang sedang tertidur dengan raut wajah yang masih terlihat pucat.

" Lo pasti kecapekan bro.... mangkanya Lo kayak gini.... " gumam Gilang.

Alvarez membuka matanya, namun ia sadar bahwa sekarang sudah berada di dalam kamarnya dan dirinya juga teringat bahwa Gilang yang sudah mengantar nya.

" udah bangun Lo... " suara itu, membuyarkan lamunan Alvarez

" thanks ya, Lo udah bawa gue pulang dengan selamat " ucap Alvarez, sedang kan Gilang hanya mengangguk lalu tersenyum

" badan Lo berat tau nggak!!! tidur udah kayak kebo!!! " ejek Gilang, Alvarez hanya tersenyum kecil

" Rez... saran gue mendingan Lo istirahat aja dulu, soalnya dari kemarin Lo belum istirahat sama sekali.... " saran Gilang, namun Alvarez seakan acuh tak acuh pada perkataan sahabat nya itu

" gue tahu kalo Lo itu pekerja keras, tapi Lo juga butuh istirahat bro... muka Lo aja udah pucet kayak gitu " saran Gilang lagi sembari menepuk pundak sahabat nya yang keras kepala itu.

" oh ya.... tadi Shea nelfon tapi karena gue nggak enak bangunin Lo jadi gue yang angkat telfon nya... dia khawatir sama Lo, soalnya Lo nggak ngehubungin dia seharian ini " ujar Gilang lagi

" hmmmmm " Alvarez beralih mengambil ponselnya di atas nakas lalu menghubungi seseorang, setelah menunggu beberapa saat akhirnya panggilan pun tersambung

" hallo.... "

" kamu kemana aja sih, nggak ngabarin aku... apa pekerjaan kamu begitu banyak, sampe-sampe kamu nggak sempat lagi ngehubungin aku!!!! " pertanyaan Shea yang tanpa jeda itu berhasil membuat wajah pucat Alvarez tertawa

" nggak usah ketawa, nggak ada yang lucu " ujar Shea lagi dengan ketus

" I'm so sorry honey.... " balas Alvarez dengan lembut

" uhuk uhuk uhuk uhuk " sontak perkataan lembut Alvarez membuat Gilang tersedak yang sedang menikmati makanannya

" ck bucin Lo " gerutu Gilang, lalu beralih menuju ruang tv meninggalkan Alvarez yang masih terbaring di atas ranjang nya. Setelah Gilang keluar dari kamarnya, Alvarez kembali berbicara dengan Shea di telfon.

Hampir satu jam, Gilang menunggu di ruang tv namun tak ada tanda-tanda Alvarez menemui nya.

" gimana sih tu orang nggak nongol-nongol " Gilang sudah kesal menunggu sahabat nya itu.

" emang tu kuping nggak panas apa, telponan sampe berjam-jam " gumam Gilang.

" atay gue langsung pulang aja ya, nggak usah pamit lagi " batin Gilang, kemudian Gilang beranjak dari sofa hendak kembali menghampiri Alvarez di kamarnya.

Betapa terkejutnya Gilang, saat melihat bahwa Alvarez sudah tergeletak di lantai, dengan cepat Gilang menghampiri Alvarez lalu kembali membopong tubuh besarnya itu ke atas ranjang.

" Astaga Rez..... Lo kenapa.... Rez bangun... Alvarez.... jangan buat gue khawatir " Gilang menepuk kedua pipinya namun tak mendapat respon dari Alvarez.

Gilang langsung menghubungi seseorang untuk segera datang ke apartemen milik Alvarez.

Beberapa saat dua orang laki-laki datang dan salah satu dari mereka berdua membawa peralatan kedokteran nya, kemudian langsung memeriksa keadaan Alvarez

" gimana keadaan nya? " pikiran Gilang sudah tak karuan

" denyut jantung nya lemah, dan tekanan darah Varez juga rendah... " jawab dokter muda yang berpakaian casual itu

" apa perlu kita bawa dia kerumah sakit aja " usul laki-laki yang berdiri di samping Gilang

" gue setuju sama ide James... gue takut ni orang kenapa-napa " sambung Gilang

" Gimana menurut Lo Kas? " tanya James

" kita tunggu Alvarez sadar aja dulu " jawab Lukas dengan dingin tak berbeda jauh dengan Alvarez saat berbicara pada kebanyakan orang.

" kok bisa Varez pingsan? " tanya James

" sebenarnya udah dari kantor tadi ni batu muka pucet.... " James hanya tersenyum saat mendengar Gilang menyebut Alvarez batu, berbeda dengan Lukas yang tak bergeming

" tapi tadi dia nggak apa-apa malahan dia masih sempet telfonan sama Shea, terus gue tinggal....eh pas gue samperin lagi mau pamit pulang, ni batu malah gilingan di lantai.. ya gue panik lah karena nggak pernah-pernah dia kayak gini, mangkanya gue langsung ngehubungin Lo " tunjuk Gilang pada Lukas

" sekali lagi Lo ngatain gue batu, gue kirim Lo ke Paris!!!! "

Suara lemah itu berhasil mengalihkan tiga pasang mata untuk menatap nya yang terbaring lemah di atas ranjang

" akhirnya Lo sadar juga " Gilang langsung menghampiri Alvarez yang sudah sadar

" Rez.... apa yang Lo rasain sekarang? " tanya James

" gue baik-baik aja, mungkin gue kecapekan aja " jawab nya sambil melirik kearah Lukas yang sudah menatap nya dengan tatapan dingin.

Tetapi Alvarez tidak bisa menyembunyikan rasa sakit di dadanya dari Lukas yang berprofesi sebagai seorang dokter. Lukas tahu bahwa laki-laki yang di sebut batu oleh Gilang itu sedang tidak baik-baik saja


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C122
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen