App herunterladen
73.65% Titip Rindu / Chapter 123: Eps.84

Kapitel 123: Eps.84

Disaat Shea sedang menikmati greentea latte nya, tiba-tiba seorang laki-laki langsung menyambar kentang goreng milik Shea diatas meja dan tanpa merasa bersalah laki-laki itu tersenyum jahil.

" anda telat 15 menit Tuan Alvarez " Shea mendengus kesal,

" sorry " balasnya singkat sambil mengedipkan sebelah matanya.

" tadi ada kerjaan sedikit di kantor, dan kamu tau sendiri kan gimana macetnya Jakarta " sambung Alvarez setelah menyeruput greentea latte milik Shea

" yuk jalan.... " Alvarez meraih pergelangan tangan Shea

" aku bayar dulu "

" udah aku bayar tadi " Shea tak bergeming.

Alvarez dan Shea berjalan bersamaan keluar dari caffe, setelah berada di parkiran Shea kembali menangkap seorang pria yang baru saja turun dari mobilnya mata mereka sempat beradu pandang sebelum Alvarez menarik tangan Shea untuk masuk kedalam mobilnya.

Selama perjalanan, tak ada pembicaraan antara Alvarez dan Shea, mereka fokus pada pemikiran masing-masing hingga mobil yang dikemudikan oleh Alvarez berhenti di depan pintu gerbang yang besar. Shea tersadar dari lamunannya, lalu mengedarkan pandangannya ke setiap sudut.

" kita dimana? " tanya Shea dengan bingung

" rumah papa " jawab Alvarez singkat, kemudian menekan tombol merah pada remote kecil yang ia pegang, pintu gerbang yang besar itupun terbuka dengan sendirinya.

Alvarez sudah lebih dulu turun dari mobilnya, sedang kan Shea masih terlihat takjub dengan pemandangan taman yang di penuhi tanaman bunga mawar putih di sekitar rumah itu, lalu beberapa ART langsung datang menghampiri Alvarez.

" selamat datang den Alvarez " mereka sedikit menunduk memberikan hormat pada Alvarez.

" papa ada? " tanya Alvarez setelah membalas sapaan ART.

" tuan Haidar ada di ruang kerjanya den " jawab seorang wanita paruh baya.

Alvarez beralih menatap Shea yang masih berada di taman depan yang masih fokus pada tanaman bunga mawar putih itu.

" ini pertama kalinya den Varez, membawa seorang wanita ke rumah yang besar ini dan sudah sangat lama sepi dan sunyi " batin wanita paruh baya itu.

" Shea...!!!!! "

Merasa namanya di panggil, Shea langsung melangkah kan kaki nya menghampiri beberapa orang di teras depan, Shea tersenyum manis pada ART Alvarez

" mbok kenalin ini Shea, di kekasih ku " Alvarez memperkenalkan status Shea di hadapan ART nya.

" She.... kenalin ini mbok Dijah, beliau kepala ART di rumah ini " Shea menyalami tangan wanita paruh baya itu yang bernama mbok Dijah tanpa memandang status diantara mereka.

" ini mbak Laras, dia anak mbok Dijah " Shea kembali menyalami tangan Laras lalu tersenyum.

" selamat datang nona Shea " sapa Laras, Shea hanya mengangguk dan kembali tersenyum

" dan ini Pak Joko, beliau yang mengurus semua tanaman disini, termasuk tanaman bunga mawar putih di depan " ujar Alvarez lagi

" den Alvarez ini sangat menyukai bunga mawar putih non... sama seperti almarhumah nyonya " ujar Pak Joko. Alvarez tak bergeming ia masih bertahan dengan wajah dingin dan datar nya itu.

" aku nggak nyangka ternyata kamu pecinta bunga " goda Shea, sekarang mereka sudah berada di ruangan privat milik Alvarez yang ada di rumah itu.

Shea menelusuri setiap sudut yang ada di ruangan itu, ia berhasil menemukan foto Alvarez masih kecil yang sedang bersama almarhumah mamanya.

" mama kamu cantik ya " puji Shea, saat ini ia sudah memegang bingkai foto itu. Alvarez masih tak bergeming, ia fokus pada iPad di tangan nya.

" kamu beruntung deh, masih bisa foto bareng mama kamu.... " ucap Shea, namun masih tak mendapat respon dari kekasihnya itu.

" oh astaga... dia masih aja sibuk sama kerjaannya... terus apa gunanya gue disini... " batin nya, Shea kembali meletakkan bingkai foto itu diatas nakas, lalu kembali beralih pada foto yang lainnya.

Kali ini, Shea menemukan sebuah album kecil yang terletak di bawah rak tv, album itu terlihat sangat berdebu. Shea mengambil tissue basah di dalam Sling bag nya kemudian membersihkan album itu.

" Memories " gumam Shea, lalu sedikit melirik ke arah Alvarez yang masih sibuk dengan berkas-berkas dan iPad nya.

Perlahan Shea membuka album lembaran demi lembaran, Shea tersenyum saat melihat foto masa kecil Alvarez yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

" pantes aja gedenya ganteng gini, dari kecil aja dia emang udah ganteng " gumam Shea

Shea kembali membuka lembaran selanjutnya, kedua bola mata Shea terbelalak saat melihat beberapa lembar foto di halaman paling akhir. Dirinya beralih memandang Alvarez yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

Alvarez tak menyadari bahwa Shea sudah berdiri di hadapannya dengan raut wajah yang sudah menyimpan banyak pertanyaan.

" kamu kenapa? " Alvarez mengehentikan pekerjaan nya saat sadar bahwa Shea sudah di depannya, ia sedikit mengerutkan keningnya, Shea tak bergeming matanya memandang lurus pada wajah laki-laki itu

" She.... " panggil Alvarez dengan lembut

Shea langsung menunjukkan foto dalam albumnya yang masih dia pegang ke hadapan Alvarez. Sekarang giliran laki-laki itu yang tak bergeming, dirinya menatap album foto dan Shea secara bergantian

" apa kamu bisa jelasin ini semua? " tunjuk Shea pada album itu

Alvarez menghela nafas lelah sebelum ia menjawab " gadis kecil itu adalah gadis yang aku kagumi, dia yang selalu menarik simpatik aku di sekolah dasar dulu... kami sama-sama tinggal di Paris, dia adik tingkat ku saat itu usia ku terpaut lima tahun lebih tua darinya "

" dia anak yang pendiam, jarang berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Yang aku lihat dari mata gadis itu ada banyak kerinduan dan luka yang mendalam, dia selalu menyendiri... mendengar cerita dari seorang guru ternyata dia kehilangan ibunya saat dia baru lahir.... tapi dia memiliki seorang ayah yang selalu berada di dekatnya, bahkan ayahnya tak membiarkan dia dirawat oleh pengasuh, karena ternyata ayahnya berteman dengan papaku... " ujar Alvarez

" Entah kenapa, aku begitu mengagumi gadis kecil itu, tanpa aku tahu namanya..... aku selalu melihat gadis kecil itu duduk sendirian ditaman dan aku pernah memiliki kesempatan melihat dia bermain biola ditaman, tapi saat dia melihat keberadaan ku tiba-tiba dia menghentikan nya kemudian berlalu pergi... " Alvarez beranjak dari duduknya lalu menghampiri Shea yang masih berdiam diri.

" ternyata, hari itu adalah hari terakhir kami bertemu.... " Alvarez menyusuri kedalam dua bola mata Shea yang sudah berbinar.

" setelah sekian lama, akhirnya sang waktu mempertemukan kami kembali pada situasi yang berbeda tapi dengan rasa yang sama.... " ujar Alvarez.

" kamu..... kamu adalah gadis kecil itu... " suara Alvarez terdengar sangat lembut di telinga Shea.

" She..... apa kamu mencintai ku? " tanya Alvarez

" pertanyaan macam apa itu!!!!! " jawab Shea dengan ketus, Lalu Langsung memeluk Alvarez dengan erat.

Laki-laki itu sedikit terkejut karena mendapat serangan mendadak dari Shea,

" kenapa kamu nggak cerita sebelumnya sama aku.... dan kenapa kamu selalu bersikap nyebelin saat pertama kali kita ketemu " tutur Shea, Alvarez tersenyum mendengar penuturan Shea sembari mengelus lembut kepala Shea.

" karena aku tahu, masih ada orang lain di hati dan pikiran kamu... dan belum ada tempat untuk aku di hati kamu, bahkan aku sempat ragu, apa aku akan mendapatkan tempat itu " Alvarez mengurai pelukannya.

Belum sempat Shea membalas ucapan Alvarez, terdengar suara ketukan pintu dari luar.

" siapa? " tanya Alvarez dengan suara yang sedikit meninggi

" mbak Laras den " Alvarez langsung membuka pintu ruangan nya

" mohon maaf den, den Varez sama non Shea di tunggu Tuan untuk makan siang bersama "

" hmmmm " balas Alvarez dengan raut wajah datarnya, mbak Laras pun beralih meninggalkan ruangan itu.

*******

Valentine kembali ke apartemen Clara dengan penampilan nya yang terkesan jauh dari kata rapih, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa. Kejadian kemarin sudah membuat nya seperti orang gila, bahkan ia menumpahkan sumpah serapah nya.

" Val, what are you doing here...? " Clara terkejut atas kedatangan wanita itu secara tiba-tiba, apa lagi dengan keadaan yang buruk seperti itu.

" kenapa gaya Lo kayak habis mabuk gini? " Clara sudah duduk di samping Valentine.

" gue nggak apa-apa " jawabnya tanpa menoleh ke arah Clara

Clara beralih ke dapur membuat kan sepupunya itu teh hangat. Valentine tersenyum miris, saat mengingat perlakuan Yesaya yang begitu kasar padanya, ia tak pernah melihat cinta serta kasih sayang di mata laki-laki itu untuk dirinya. Kemudian ia kembali mengingat kejadian yang menimpa dirinya beberapa waktu lalu.

Arrrrrhhhhhggggg!!!!!

Pekikan histeris itu mengejutkan Clara, ia langsung berlari tunggang langgang ke ruang tv, sosok Valentine sudah menangis histeris sembari memukuli dirinya sendiri.

" Val Lo kenapa... " Clara langsung membawa wanita itu kedalam pelukannya.

Ingin rasanya Valentine menceritakan kepada Clara tentang apa yang telah terjadi pada dirinya, namun ke angkuhan dan kesombongan pada dirinya sudah terlalu tinggi.

" Lo harus tenang... cerita sama gue " Clara menangkup wajah Valentine yang sudah sembab karena menangis

Tiba-tiba, Valentine tertawa terbahak-bahak seperti orang yang sudah kehilangan akal sehat nya, lalu menatap Clara dengan tajam

" kita ubah rencana " ucap Valentine, Clara mengerutkan keningnya karena keputusan sepupunya yang secara mendadak

Mereka berdua sudah menyusun rencana untuk menghancurkan kehormatan Shea dengan meminta bantuan Mananta, agar Yesaya maupun Alvarez meninggalkan wanita itu, namun siapa sangka rencana yang telah tersusun rapi itu malah berbalik menimpa Valentine, bahkan Clara tak mengetahui.

" why? " Clara sedikit tak terima, karena posisi nya untuk mendapatkan Alvarez kembali terancam gagal.

" gue akan lakuin itu sendiri pada Yesaya... " Valentine menghapus airmatanya dengan kasar

" what, No Valentine!!!!!! kita udah susun rencana itu dari lama, Lo nggak bisa merubah semua nya gitu aja!!!! " bentak Clara

" gue nggak perduli, kalo Lo nggak setuju sama keputusan gue, kita lakuin semuanya dengan cara kita masing-masing " Valentine langsung berlalu pergi tanpa mempedulikan Clara yang berteriak memanggil namanya

" oh shittt!!!!!!! " geram Clara

" sebenarnya apa yang terjadi " gumam Clara sambil sedikit berfikir

Clara beralih mengambil benda pipih diatas nakas, lalu mencari nomor seseorang untuk dia hubungi

" we meet now!!! I will send the address... " ucap Clara setelah seseorang di seberang sana menerima panggilan nya, tanpa menunggu jawaban lagi Clara mengakhiri telponnya, ia langsung menyambar tas beserta kunci mobilnya kemudian kembali pergi meninggalkan apartemen nya.

*******

Yesaya masih di hadapkan dengan setumpuk berkas-berkas di atas mejanya, dan dia pun tak mempedulikan ponselnya yang sudah berdering sejak tadi. Beberapa saat kemudian, seorang wanita tua masuk kedalam ruangan Yesaya tanpa mengetuk pintu terdahulu.

" Yesaya.... " panggil wanita tua itu dengan sedikit berteriak, namun laki-laki itu tak memperdulikan nya

" apa ini yang diajarkan oleh Antonio dan Bella sama kamu!!!!! " Yesaya menghentikan aktivitasnya saat nama kedua orangtuanya di sebut.

" kenapa kamu tidak merespon panggilan dari Oma!!! "

" apa Oma nggak liat kerjaan aku masih numpuk " Yesaya sedikit merasa terusik atas kehadiran Omanya.

" jangan kamu jadikan pekerjaan ini sebagai alasan.... apa kamu tidak khawatir dengan keadaan Valentine saat ini, sudah satu Minggu ini dia nggak pulang.... dan kamu sama sekali tidak mencarinya!!!! " wajah Mariam sudah penuh emosi

" Oma, Valentine sudah dewasa... untuk apa khawatir, dia pasti bisa jaga diri... mungkin juga Valentine nginep di apartemen sepupunya "

" pokoknya Oma nggak mau tau, kamu harus cari dia... NOW!!!!!!! " pinta Mariam dengan tegas.

Baru saja hendak melangkah keluar, tiba-tiba seorang wanita dengan penampilan rapi datang dengan wajah tersenyum manis pada Yesaya dan Mariam. Mariam tersenyum bahagia melihat wanita itu,

namun berbeda dengan Yesaya yang saat ini ingin sekali rasanya memaki wanita itu karena telah membuat dirinya dan Omanya bertengkar.

" kenapa? kok pada ngeliatin aku kayak gitu? " tanya wanita itu dengan santai

" Oma liat, wanita yang Oma cari sekarang ada di hadapan Oma dengan tampang tanpa berdosa " ujar Yesaya dengan ketus.

" maafin aku Oma karena nggak kasih kabar, tapi Oma tenang aja aku baik-baik aja kok... " ucap wanita itu dengan menghampiri Mariam

" Valentine, lain kali kalo kamu mau pergi, kamu kabari Oma ya sayang supaya Oma nggak khawatir " balas Mariam sembari membelai wajahnya.

Valentine sedikit tercekat mendengar penuturan dari Mariam, andai saja kata-kata itu keluar dari mulut Yesaya maka dirinya akan menjadi wanita paling beruntung.

" ok baik lah, kalau kalian masih ingin berdrama silahkan diluar saja " ucap Yesaya dengan datar

" Yesaya!!! jaga kata-kata kamu.... kamu mengusir Oma???? "

" Oma please.... aku nggak mau berdebat lagi, pekerjaan aku masih banyak dan harus aku selesaikan "

" Tidak!!!! kamu harus ikut kami untuk makan bersama " ajak Mariam dengan secara paksa, namun belum sempat Yesaya menjawab Valentine sudah lebih dulu memotong nya

" udahlah Oma, kita aja yang makan sama-sama... kayaknya Yesaya emang lagi banyak kerjaan apa lagi ini masih jam kerja " pinta Valentine, Mariam tak ingin lagi membantah ia hanya menatap cucu kesayangannya dengan tajam sebelum dirinya keluar, sedang kan Yesaya masih acuh tak acuh, tanpa menoleh kearah Yesaya, Valentine pun ikut menyusul Mariam yang sudah lebih dulu keluar.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C123
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen