App herunterladen
42.85% The Gods : Who Is Me? [Greek Gods] / Chapter 3: Si Brengsek Itu Menyelamatkanku

Kapitel 3: Si Brengsek Itu Menyelamatkanku

Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Zefan. Luna yang melihatnya menatap heran.

"Zef?" panggilnya.

Zefan menatap sahabatnya.

"Apa ada masalah?"

"Hmm, sangat banyak," Zefan mengangguk pelan.

"Masalah apa?" desak Luna.

"Maaf, sulit untuk kuceritakan sekarang ini,"

"Pasti masalah serius," Luna mengerti masalah batin Zefan walaupun ia tak tahu seperti apa masalah itu sendiri. "Kau tahu kau bisa menceritakannya padaku kapanpun kau mau, aku selalu siap mendengarkan."

"Terimakasih, Luna."

Luna terdiam sebentar lalu tersenyum seperti biasanya sambil mencari topik yang lebih enak di bicarakan.

"Omong-omong, kau piket hari ini?" tanya Luna.

"Hmm," mengangguk.

"Mau kutemani? Lalu kita bisa mampir ke kedai ttokbokki di depan."

"Tidak usah, Luna. Aku ada acara sepulang sekolah ini, jadi tidak usah menungguku." jelas Zefan yang berusaha untuk terdengar semeyakinkan mungkin.

Namun, Luna tahu jika masalah yang membuat Zefan merana ini pasti ada hubungannya dengan kejadian di lab dan acara sepulang sekolahnya. Tapi pemuda tinggi itu memilih diam dan menunggu Zefan sendiri yang menceritakannya.

-

KRRIIIIIINNGGGGG

"Aku duluan Zef, sampai jumpa besok!" pamit Luna. "Telepon aku jika kau butuh bantuan, yaa??" tambahnya.

Zefan mengangguk dan tersenyum. Sejujurnya, ia merasa senang memiliki teman sebaik Luna walaupun ia sendiri banyak merahasiakan sesuatu tapi pemuda tinggi itu dapat memakluminya. Kemudian, Zefan melirik Reimond yang masih duduk di bangkunya setelah selesai mebereskan mejanya.

"Zefan," panggil pemuda berlesung pipit itu.

"Ada apa?" herannya.

"Kudengar kau akan bertemu Jason jam 8?"

"Aku masih memikirkannya," jawabnya. "Apa kalian ikut datang? Maksudku kau dan Reizal?"

"Tidak, hanya Jasom." Ray menggeleng. "Kau masih ingat apa yang kukatakan 'kan?"

Zefan mengernyitkan dahinya, ia benci mengingat keanehan yang terjadi hari ini. "Bisakah kalian langsung ceriatakan saja padaku? Inti permasalahannya?" Zefan berusaha memendam kesalnya, namun suara yang keluar pasti tidak begitu menilai dari ekspresi Ray yang meringis.

"Maaf Zefan, tapi tidak. Kami (Ray dan Reizal) tidak bisa memberitahumu." ujarnya. "Temui saja Jason dan kau akan tahu jika tidak ada yang menghalangi." Ray sedikit ragu di kata terakhirnya lalu ia pergi meninggalkan kelas.

'Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan? Apa hubungannya denganku? Tiba-tiba datang dalam kehidupanku bahkan mengacaukannya?' Kesal Zefan membatin.

Kemudian Zefan mendesah, "apa peduliku?! apa hubungannya dengaku? Memangnya mereka itu siapa? Teman saja bukan!"

-

"Jason, kau yakin Zefan akan datang?" tanya Reizal sambil mengangkat gelas anggur dan meminumnya.

Jason yang baru datang langsung duduk di bangku kosong samping Ray di pavilium rumah besar keluarga Fault.

"Jika dia penasaran, dia pasti datang." jawab Jason. "Kau sudah memperingati, Zefan-hyung 'kan?" tanya Jason.

"Sudah, tapi aku tidak yakin dia akan datang." balasnya.

"Kudengar matanya berubah, itu benar?" tanya Reizal.

"Berubah??" kaget Jason.

"Ahh, hantu-hantu itu tidak bisa jaga mulut," gumam Ray.

"Heyy, jangan menyalahkan mereka!!" Elak Reizal.

"Jadi itu benar?" tanya Jason.

"Ya, berwarna biru. Itu tanda pertama bahwa dia memang orang yang tepat." jawab Ray lalu pemuda itu mengangkat gelas anggurnya dan menyesapnya sampai habis.

Jason yang melihat kedua Fault bersaudara itu hanya menggeleng. Ia sendiri mengisi gelasnya dengan air berwarna kuning kecoklatan seperti perasan jeruk yang dicampur bubuk coklat. Itu minuman favoritnya.

-

Zefan duduk di tempat tidurnya. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam yang artinya tinggal satu jam lagi pertemuannya dengan Jason. Ia masih menimbang-nimbang tawarannya.

'Haruskah aku datang?' pikirnya.

"Sepenting itukah yang ingin dibicarakannya? Apa hubungannya denganku?" gumamnya.

Pemuda putih itu kembali melirik jam di kamarnya. Tinggal setengah jam lagi. Ia menarik nafas meneguhkan keputusannya. Wajahnya benar-benar berubah menjadi serius lalu ia beranjak pergi.

"Appa!! Aku akan pergi ke taman kota sebentar!!" pamitnya.

"Sayang!! Untuk--"

Terlambat, Zefan sudah meninggalkan rumahnya meninggalkan sang ayah yang terheran-heran kemudian bahunya terangkat tak peduli.

"Mungkin akan menemui pacarnya," gumamnya hingga suara pesan masuk membuat perhatiannya teralihkan.

Pria bermarga Khan itu membuka HP nya dan seketika itu pula mata sipitnya membola melihat nama yang tidak ia harapkan tertera di layar HP nya.

"Celaka,,"

-

Zefan berjalan menuju taman kota yang hanya berjarak satu blok dari apartemennya. Tapi perasaannya tidak enak. Sesekali ia melirik kanan kiri atau belakangnya seolah ada seseorang yang mengamatinya dari sepenjuru arah.

'Mungkin karena akan bertemu Jason. Orang tidak terlalu kusukai.' batin Zefan.

Perasaanya semakin tidak enak ketika sesuatu yang gelap mengikutinya. Ia bisa mendengar langkah kaki itu semakin dekat.

'Tinggal 10 meter lagi.' batin Zefan ketika melihat bangku taman yang di duduki Jason.

"Ja--"

Sssrreettttt

Brraaakkkk

"Akhhhhhh"

Zefan memekik ketika tangannya ditarik paksa dan seseorang mendorongnya ke dalam mobil yang ternyata tidak jauh darinya hingga kepalanya terbentur dinding mobil dengan sangat keras membuat matanya berkunang-kunang.

"Akhirnya kudapatkan kau!"

Tubuh Zefa. membeku, ia sangat kenal dengan suara itu. Suara yang sudah hampir 7 tahun tidak ia dengar dan tidak ada niatan untuk mendengarnya. Ia menatap pria itu dengan tatapan takut, benci, marah, dan jijik.

Zefan berusaha terlihat tenang tapi sangat sulit ketika berhadapan dengan orang yang menjadi penyebab mimpi buruknya selama ini. "Dasar Brengsek! Untuk apa kau--"

"Jangan pura-pura lupa, cantik. Urusan kita di malam itu belum selesai." sinisnya.

Seringaian pria itu membuat kenangan lama kembali datang menghantui Zefan sangat-sangat jelas. Seolah ia ditarik paksa ke hari itu.

-

Flashback

Brrakkkkk

"Akkhhhh, kumohonnn jangann!!" mohon Zefan pada pamannya yg sedang berusaha melucuti bajunya.

"Kau benar-benar cantik bocah, siapa sih ibumu sebenarnya? Kenapa anaknya bisa secantik ini?" Senyum sinis dari pria itu. "Ohh, benar. Ibumu bahkan tidak pernah menganggapmu ada."

Zefan benar-benar ketakutan, bahkan tubuhnya sudah gemetar hebat. Tubuhnya sakit semua. Perih di setiap inci tubuhnya. Bahkan terdapat berbagai luka terbuka di area pinggang dan wajahnya, entah karena cakaran atau cambukan sabuk yang di lakukan si brengsek itu.

Pria itu tersenyum cerah ketika mengeluarkan benda dari sakunya.

"Tidak.. jangann.." Zefan menangis.

Tangannya terkunci dan ia sempat heran, ia seorang lelaki tapi tak bisa melawan pria di depannya ini.

"Arrrggghhhhhhhh" teriakan nyaring dari Zefan memenuhi ruangan itu. Saat ini ia merasa sangat-sangat kesakitan di salah satu bagian tubuhnya.

Air matanya meleleh kepalanya seakan ingin pecah yg ia bisa hanya berdoa meminta bantuan pada doanya.

'Kumohon tolong aku, appa, eomma, kumohon,' Doa Zefan bahkan tak sadar kalau ia juga memohob pada ibunya yang bahkan ia tak tahu siapa

.

Pria itu hanya menyeringai hingga-

Prraangggggg

Jddeerrrr

Pria itu berhenti dari aktivitasnya dan melihat sekelilingnya yg tiba-tiba berantakan.

Pria itu yang tadinya kegirangan, seketika memasang wajah terkejut sekaligus takjub ke arah Zefan.

"Kau semakin cantik dengan mata biru itu."

Brrakkkk

"Apa yg kau lakukan pada anakku brengsek!!!!" Geram ayah Zefan yang baru saja tiba.

Sang ayah melihat anaknya yang meringkuk kesakitan dan amarahnya semakin memuncak karenanya.

Buugghhhh

Bugghhhhh

Zefan dapat mendengar dengan jelas bahwa ayahnya sedang beradu tinju di depannya tapi sebuah suara wanita yang halus menerpa gendang telinganya.

"Tak apa sayang, lupakan apa yg telah terjadi hari ini, aku akan mengembalikanmu seperti semula," suara lembut itu benar-benar menghangatkan hati Zefan ia menjadi tenang dan ia merasa perlahan pulih. Rasa sakit yg tadi ia rasakan menghilang sepenuhnya. Tubuhnya merileks bahkan matanya terpejam merasakan sensasi itu. Saat ia membuka mata, tidak ada siapapun kecuali sang ayah yang menatap khawatir kearahnya sambil bergumam berbagai hal aneh.

'kau di berkati sayang, dia memberkatimu,' dan 'puji pada sang dewi,'

Flashback end

-

Lampu merah di kepala Zefan menyala ketika pria itu mendekatkan tubuhnya.

"Mau mencobanya lagi? Kau sangat cantik ketika matamu biru. Tunjukkan perubahan anehmu itu." Godanya. "Kau itu anak malaikat atau anak setan? Ibumu makhluk tak kasat mata?" Sinisnya.

Anehnya, Zefan merasa sangat marah alih-alih ketakutan. Ia benci ketika harga dirinya di injak-injak bahkan di remehkan oleh pamannya sendiri. Ditambah lagi, pria ini merendahkan wanita yang sangat di cintai ayahnya saat itu walaupun Zefan sendiri tak pernah melihatnya.

"Sungguh beruntung bisa bertemu denganmu setelah aku keluar dari penjara." ucapnya.

"Kau brengsek!" maki Zefan dengan suara pelan.

Pria yang menjadi paman Zefan itu tidak menghiraukannya dan menyalakan mesin mobil. Namun, mesin tiba-tiba mati bersamaan dengan emosi Zefan yang memuncak. Darah telah mengumpul di kepala Zefan. Kejadian malam itu masih membayang-bayanginya, walaupun tubuhnya kembali normal tapi memorinya menolak untuk menerimanya. Ia masih merasakan sentuhan itu. Zefan merasa marah pada dirinya sendiri karena gagal melupakan memori itu walaupun wanita itu sudah menyuruhnya.

"Kau salah jika mengira aku anak 11 tahun yang kau rusak malam itu, aku sepenuhnya orang yang berbeda saat ini,"

Zefan tidak tahu kenapa ia mengatakan itu, rasanya ada seseorang yang berbicara lewat dirinya. Tubuhnya terasa lebih ringan dari sebelumnya. Rasa takutnya hilang seketika digantika rasa percaya diri yang tiba-tiba datang.

"Kau akan merasakan akibatnya, brengsek!!"

Sebuah petir menyambar-nyambar di luar mobil itu padahal sebelumnya cuacanya sangat cerah bahkan bintang di mana-mana.

Pria yang tadinya menatap kagum Zefan berubah menjadi ketakutan setelah melihat perubahan Zefan benar-benar membuatnya shock. Bagaimana tidak jika sebuah sengatan kecil bermunculan di tangan Zefan saat tangannya mengepal.

"Kau akan mendapatkan balasannya," dingin Zefan.

Hingga tangannya terangkat siap untuk menembakkan petir itu.

Prraanggggg

"Tidak hyungg!!!"

Cegah sebuah suara yang tak asing di telinga Zefa membuatnya menatap namja itu yang memegang tangannya.

"Jason?" Gumam Zefan.

"Jangan hyung, kau tak boleh melakukan ini," cegah Jaskn lalu membuka pintu mobil itu dan menarik Zefan keluar dari mobil itu lalu menatap pria yang membawa Zefan lalu entah kenapa pria itu tiba-tiba menjadi gila sendiri tertawa dan bergumam hal yang aneh.

"Apa yang terjadi padanya?" Heran Zefan.

"Aku mengacaukan pikirannya," jawab Jason. "Tidak boleh membunuh manusia, itu hal terlarang, dan aku sudah tau apa keistimewaanmu sesungguhnya,," jelas Jason.

"Tunggu, apa maksudmu?" Tanya Zefan.

"Sudah malam hyung, tak baik bagimu jika berada di luar, akan ku jelaskan lain kali saja, kau terlihat masih terguncang," jawab Jason.

Zefan diam, rasa percaya dirinya hilang sama seperti kedatangannya dan digantikan oleh rasa takut dan gemetar bahkan ia merasa kelelahan.

"Kenangan buruk eoh?" Tanya Jason dan Zefan hanya mengangguk sambil mengatur nafasnya.

"Orang seperti kita memang banyak memiliki kenangan buruk, aku akan mengantarmu naiklah ke punggungku, kuyakin kau tak bisa jalan lama," jelasnya dan Zefan hanya mengangguk pasrah toh memang benar kakinya masih lemas membayangkan kenangan masalalu yg pahit itu.

-

-

TBC

(Penggantian Nama Pemeran)


AUTORENGEDANKEN
VKSyugarr VKSyugarr

Terdapat kata-kata yang Vulgar, bagi umur 17 tahun ke bawah tidak bisa membaca cerita ini

next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen