App herunterladen
4.48% Rache / Chapter 14: Penjelasan

Kapitel 14: Penjelasan

"Camelia mantannya Rafael. Mereka putus baru 3 hari yang lalu. Itu juga karena si Rafa liat Camelia di club perempatan bareng sama cowo-cowo. Mereka mabuk," jelas Mas Abim.

Arjuna terperangah, menatap tak percaya sosok sang kakak, "Tapi dia kelihatan alim. Bawaannya halus, lemah gemulai. Cantik kalem juga mukanya. Kaya—nggak mungkin aja gitu,"

Si anak kedua mengeluarkan ponselnya, mengotak-atik benda tersebut selama beberapa saat sebelum memberikannya kepada Arjuna, "Itu Camelia kan?" tanyanya sembari melirik ponselnya yang menampilkan sebuah video singkat berdurasi tak lebih dari sepuluh detik.

Mahasiswa kedokteran itu mengangguk patah-patah, "I—iya. Astaga, oke, gue putusin dia sekarang,"

Mas Yudhis tersenyum bangga, "Gitu dong di selesain baik-baik,"

"Iya. Jangan bawaannya emosi mulu," cibir si bungsu, "Maafan cepet,"

"Iyaiya sorry mas gue tadi kebawa emosi," balas Arjuna, wajahnya tampak begitu menyesal.

Mas Abim mengangguk, "Gue juga. Maafin gue ya Jun,"

"Iya mas,"

"Gini—" Mas Yudhis menegakkan duduknya, menatap satu persatu adiknya, "Lain kali inget, jangan mancing emosi dan jangan gampang kepancing emosi. Jangan nyimpulin masalah cuma dari satu sisi. Kejadian lagi kan kalian tonjok-tonjokan,"

"Iya mas," cicit ketiganya.

"Dan inget, cari pacar itu jangan cuma modal nyaman modal cantik doang. Jangan baru deket dua hari langsung di tembak," sindir si sulung.

Arjuna mendengus, "Orang dia yang ngajak gue pacaran tadi siang. Ya gue terima aja, kasian,"

Aksara berdecak, "Dasar buaya,"

"Cari pacar tuh yang sekiranya bisa jadi makmum yang baik buat kalian. Kalau emang kalian udah keburu cinta sama cewek, tapi cewek itu bukan orang yang baik-baik, lihat dulu diri sendiri. Mampu nggak tuh? Kuat iman nggak tuh buat bisa membimbing buat jadi yang lebih baik? Atau justru malah ikut-ikutan jadi nggak baik," lanjut Mas Yudhis, "Gue bukannya mau ngatur kalian pacaran sama siapa. Tapi tolong, seenggaknya walaupun luarnya biasa aja tapi dalemnya. Good looking itu bukan segalanya. Tapi hati yang bener-bener harus kalian lihat. Akhlak yang harus kalian utamakan. Ngerti?"

"Iya mas ngerti,"

"Oke, sekarang kalian siap-siap. Besok pagi kita berangkat,"

Aksara mengangguk, segera melangkah menuju kamarnya dan Mas Abim. Ucapan Mas Yudhis mengingatkannya pada Nathalie dan ucapan gadis itu beberapa saat yang lalu.

Wajahnya sontak memerah.

"Kenapa lu?" tanya Mas Abim.

Yang lebih muda hanya menggeleng kecil, segera memasuki kamar lalu bergegas naik ke ranjangnya.

"Dasar remaja kasmaran," gumam sang kakak.

"Mas. Kayanya Nath tau deh gue suka dia,"

"Yaudah dong bagus,"

Aksara mendengus kesal, "Ya tapi kalo dia nggak suka gue?"

"Kalo dia nggak suka sama lo pasti dia menghindar Sarah. Sekarang gimana? Dia menghindar nggak?"

"Enggak. Dia malah tadi ngajakin gue telfonan,"

Mas Abim menjentikkan jarinya, "Nah itu bisa aja Nathalie suka sama lo,"

"Jangan ngawur ah,"

"Lah cewek tuh emang gitu. Kalo dia tau lo suka dia, dia bakalan menghindar, ngejauh gitu. Tapi sekarang apa buktinya? Dia malah deketin lo kan?"

"Iya juga sih,"

"Tidur. Udah malem,"

Si bungsu berdehem. Menatap langit-langit kamar yang gelap. Menerawang akan sosok cantik Nathalie Agnesia.

Gadis itu, tingginya tidak begitu semampai namun mempunyai kaki yang cukup jenjang. Senyumnya manis dan begitu memikat dengan kulit pucat yang nampak bersinar.

Di samping rupanya yang elok, Nathalie juga pintar dan baik hati. Idaman sekali. Tidak heran bukan mengapa Aksara bisa sedalam itu jatuh dalam pesona sang pujaan hati.

***

Aksara memasuki mobil Mas Yudhis dengan malas. Masih merasa berat harus meninggalkan Bandung selama satu minggu penuh. Terlebih, ia harus merelakan tujuh hari tidak bertemu dengan Nathalie pujaan hati. Memikirkannya saja cukup membuat anak itu frustasi.

"Jangan galau. Seminggu doang nggak akan kerasa," ujar Arjuna yang menyadari raut wajah tak sedap adiknya.

"Listrik udah di matiin? Semua pintu udah di kunci?" tanya Mas Yudhis pada Mas Abim.

Si anak kedua mengangguk, "Udah semua tenang aja. Tinggal berangkat,"

"Nanti setiap 3 jam gantian ya nyetirnya,"

"Iya," Mas Abim dan Arjuna menyahut bersamaan.

Aksara melirik tak peduli, anak itu melirik jam tangannya, masih pukul 7. Dan seperti biasa kota Bandung dingin luar biasa.

"Eh gue ada teka teki nih," ujar Mas Abim memecah keheningan, "Gimana suara bebek?"

"Kwek kwek kwek," jawab Arjuna tanpa minat.

"Kalo kambing?"

"Mbekk,"

"Kalo suara buaya gimana?"

Arjuna berpikir selama beberapa saat sebelum menggeleng, "Mboh,"

"Rawr," sahut Aksara asal.

"Salah, suara buaya tuh gini. Hai neng udah punya pacar belum nih?" jawab Mas Abim lalu tertawa renyah.

Aksara menggeleng cepat, "Itu bukan suara buaya, tapi suara Arjuna,"

Sang empunya mengerang tak terima, ia melotot kesal lalu menghujami adiknya dengan pukulan kecil.

Mas Yudhis terkekeh, "Itu muka kalian pada bonyok masih pede?"

"Ya pede dong. Apapun keadaannya harus tetap percaya diri," Mas Abim berseru lantang.

Aksara berdecak malas, "Pede boleh kepedean jangan. Coba bayangin aja abah tau muka kalian kaya gitu. Di jadiin dendeng goreng sama abah ntar yang ada,"

"Lah iya. Gimana dong," balas Arjuna panik, pemuda itu mengambil ponselnya untuk berkaca. Ia baru menyadari terdapat dua luka lebam yang cukup ketara di wajahnya yang tampan, "Ntar kalo uti tau langsung jadi siraman rohani dadakan,"

"Ya jaman sekarang mah gampang. Di tutupin aja pake make up," jawab Mas Yudhis, "Nanti berhenti dulu di toko make up,"

"Gue? Abimanyu Dhilan Adyatma pake make up? Yang bener aja dong,"

Arjuna melirik sinis sang kakak, "Yaudah kalo lu mau mau aja di pepes sama ibuk gue nggak urus ya,"

"Ck iya iya nanti berhenti di toko make up dulu,"

"Mas puter lagu dong mas,"

"Lagu apa Rah?" Mas Abim menoleh ke belakang.

"Positions Ariana Grande," sahut Arjuna.

Aksara menggeleng cepat, "Nggak. Stuck with you aja,"

"Lagu rohani aja lah," usul Mas Yudhis pada akhirnya.

"Jangan nanti Arjuna panas. Udah di bilang Stuck With You aja,"

"Lowkey Niki bagus," Mas Abim angkat suara.

"Bungsu yang menentukan," Aksara merentangkan tangannya memberi kode untuk kakak-kakaknya diam, "I Like Me Better lauv,"

"Katanya Stuck With You," si sulung sedikit berdecak, "Bim nyalain bim,"

"Tapi gue pengen dengerin Lowkey,"

"Yaudah mas pake earphone aja. Dengerin sendiri. Gampang," dengus si bungsu.

"Lupa nggak bawa earphone,"

"Udah mending anak tengah yang nentuin," Arjuna berucap, "Love Talk WayV,"

"Lagu maksiat jangan," jerit sang adik, "Kalo gitu sekalian dengerin 34+35 aja,"

"Dasar fanboy Ariana Grande," desis Mas Abim, "Cintailah produk dalam negeri. Dengerin lagunya Mbak Niki misalnya,"

Mas Yudhis melirik sekilas, "Halah gue tau lu lagi suka lagunya gara-gara tiktok kan. Biasanya juga dengerin lagunya Westlife,"

"Yaudah ini dengerin lagu apa?" si bungsu mencebik kesal, "Dengerin Highway to Heaven NCT 127 aja udah,"

"Dasar labil. Tau gitu tadi dengerin lagunya mba Ariana aja,"

"Yaudah sok Arjuna mau apa? Sok silahkan di puter lagunya gue mah apa ya,"

"Nah gitu dong ngalah sama kakaknya. Dengerin Love Talk WayV aja mas,"

"Sama aja lutung kasarung," Mas Abim menggerakkan rahangnya emosi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen