Farah tersandar lagi ke tempat tadi.
"Jangan harap loe bisa pergi begitu aja!"
Kinan mengangkat wajah dan menatap Farah begitu tajam.
"Gue, jadi begini karena loe. Untuk itu, loe harus bertanggung jawab atas apa yang udah terjadi sama diri gue."
Kinan terkesan sedang meminta sesuatu, tapi, ia lakukan dengan penekanan.
"Apa yang loe mau?"
Farah hanya santai saja menanggapi.
"Loe harus mengakui ke Bunda dan Ayah gue, soal kejahatan loe, maksud atas perlakuan keji loe ke gue."
Mendengarnya, Farah kembali tertawa.
"Lucu banget! Mana mungkin gue mau Adit membenci gue. Lagi pula siapa loe? PeDe banget bilang loe anak mereka. Yang tahu kebenarannya cuma gue, karena gue yang udah melakukannya."
"Diam loe Farah, gue udah pegang bukti, yang akan memberatkan loe!"
"Oh ya? Wow."
Lagi, Farah selalu meledeknya.
"Gue tadi udah bilang, kalau nggak ada bukti yang bisa dipakai. Apapun itu, karena cuma gue yang tahu kebenarannya."
Kinan melenguh, ia yang kini tersenyum meledek Farah.