App herunterladen
40% Benarkah Cinta Itu Ada ? / Chapter 18: Menyelesaikan masalah

Kapitel 18: Menyelesaikan masalah

Malam itu Yusran baru saja kembali dari kampus karena seharian penuh mengurus keperluan adiknya di sekolah dan persiapan KKNnya sehingga terlambat pulang. Yusran ingin membantu ayahnya menyelesaikan masalah Ramona setelah Pak Hendri menceritakan bagaimana tingkah Ramona tadi siang dan mengunci diri di dalam kamar dan baru keluar kamar saat makan malam.

"Papa saja yang akan menyelesaikan masalah ini, kamu fokus ke persiapan KKNmu saja, oh ya kapan berangkat dan dimana lokasinya ?"

"Minggu depan, di Desa Pandansari pa"

"Jauh juga ya ? tapi bisa sering pulang kan ?"

"Sekali-sekali bisa pa, kalo di beri izin sama dosen pendamping"

Setelah berbincang dengan putranya Pak Hendrinata menghampiri putrinya di dalam kamar, dengan tak lupa mengetuk pintu lebih dahulu.

"Papa boleh masuk ?" Tak perlu menunggu jawaban Pak Hendrinata membuka pintu kamar perlahan, dilihatnya Ramona duduk dipembaringan dengan menumpuk bantal dibelakang untuk sandaran sambil mebaca sebuah majalah.

"Ehmmm.....

"Masuk pa" Tanpa menoleh Ramona tetap fokus pada bacaannya.

Pak Hendri duduk di tepi ranjang dan mulai meraih bahu anaknya untuk disandarkan didadanya. Sambil mengusap rambut ikal anaknya, pak Hendri tak henti-hentinya mengucapkan penyesalannya.

"Maaf, walau terlambat. Selamat ulang tahun, Panjang umur, sehat dan semoga jadi anak yang sholehah, ketemu jodoh yang sholeh dan kelak punya anak yang sholeh dan sholehah" Ucap tulus Pak Hendrinata sambil mengecup kening putrinya.

"Mau hadiah apa ? tapi yang bisa papa penuhi ya ? jangan berat-berat".

"Makasih doanya pa, aku gak minta apa-apa, perhatian papa dan kakak-kakak sudah cukup bagiku"

"Maaf, papa salah"

"Salahin aku aja pa, udah gak punya ibu malah berbuat aneh-aneh" Ucap Mona sedih, bukan ulang tahun yang jadi beban pikirannya toh dia sadar anak desa mana ada yang pake ulang tahu segala. Dulu karena keseringan nonton sinetron dan melihat ayahnya sedikit berduit makanya dia pergunakan moment ulang tahunnya untuk berbagi dengan anak yatim piatu.

Kekecewaan terhadap ayah dan kakak-kakaknya yang terlihat tetap memperlakukan Pak Joyo dengan baik yang membuatnya uring-uringan. Ibunya meninggal tidak wajar dan sudah pasti pelakunya Pak Joyo tapi yang dilihatnya berbeda, seakan sudah diberi guna-guna pengasih sehingga ayahnya masih saja sering menyuruh Yusran mengantarkan makanan dan sedikit uang kepada Pak Joyo yang saat itu sedang sakit.

Kemarahannya bukan tanpa alasan, teringat bagaimana penderitaan ibunya dan teringat pula dia dengan sosok mahluk sejenis kingkong yang dilihatnya berada di pinggir ranjang Ibunya ketika ibunya dimakamkan. Dia emang sering melihat bayangan mahluk-mahluk yang kasat mata, entah dia punya indra ke enam atau emang ada Jin dalam tubuhnya dia masih tak mengerti.

Yang dia tau, Joyo telah mengirimkan santet kepada ibunya karena ucapan ibunya tempo hari saat pak Joyo datang menuding ayahnya. Air matanya mengalir deras....

Pak Hendrinata yang melihat airmata itu semakin mempererat dekapannya. "Ceritakan apa yang mengganjal di hatimu nak".

Pak Hendrinata dibuatnya terbelalak setelah secara gamblang Ramona menyatakan pandangannya terhadap ayah dan kakak-kakaknya, putrinya ternyata punya rasa dendam dan ini tidak boleh dibiarkan. Karena rasa dendam itu hanya akan menimbulkan penyakit baru bagi tubuh.

"Baiklah papa akan menceritakan semuanya, tapi mona harus janji untuk berubah. Tak boleh bolos dan jangan ikut balapan liar lagi" Pak Hendrinata menarik nafas dengan berat.

"Terhitung mulai besok kita akan jadwalkan sebulan sekali ziarah ke makam mamamu" Sambung Pak Hendrinata, dia tidak butuh jawaban anaknya karena dia sangat paham watak dan karakter anak bungsunya itu, dia yakin besok anaknya akan memenuhi permintaannya.

Ramona menganggukan kepala, pak Hendrinata membaringkan tubuh Ramona di atas ranjang, dan mulai bercerita.

"Papa tidak akan memaksamu untuk mengerti tetapi dengan menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW ini maka papa berharap mona akan memahami semua tindakan papa"

"Pertama : Nabi Muhammad ketika masih di dalam kandungan sudah menjadi yatim, dan ketika Nabi.berusia 6 tahun ibunya wafat, bayangkan nak diusia belia Beliau sudah menjadi yatim piatu tetapi Beliau tetaplah sabar dan tabah menjalani hidup".

"Kedua : Nabi Muhammad dicela, dicaci, diludahi dan nyaris dibunuh oleh pamannya sendiri Abu Lahab, tapi beliau tidak sekalipun membalasnya"

"Ketiga : Nabi Muhammadpun pernah kena sihir oleh seorang laki-laki yang bernama Lubaid bin Asham, ini sebagai tanda ada sihir di tengah-tengah umat. Allah bisa saja menghalanginya tapi dengan cara itu Allah menunjukkan kepada umat Muhammad bagaimana cara mengatasinya"

"Nah sampai disini apa mona sudah paham ?"Tanya Pak Hendrinata yang melihat putrinya sangat antusias mendengarnya.

"Nabi itu kan utusan Allah kalo kita kan cuman manusia biasa" Ucap Ramona.

"Rasulullah juga manusia biasa nak"

"Iya, tapi beliau adalah manusia pilihan"

"Mona juga termasuk manusia pilihan, kalo Rasulullah adalah manusia pilihan untuk semua umat, mona adalah wanita pilihan yang dipersiapkan untuk menjadi istri solehah seseorang dan ibu yang baik bagi anak-anak mona kelak" Pak Hendrinata menjelaskan panjang lebar sambil melanjutkan "Nanti juga suatu saat mona akan mengerti, sudah tidurlah besok jangan lupa ke sekolah". Pak Hendrinata berdiri dan tak lupa menyelimuti dan mengecup kening anaknya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C18
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen