Sudah lebih 2 tahun ibu meninggalkanku.ia menikah lagi dengan juragan kaya, bekas kakak kelasnya di smp dulu.
ibuku seorang kembang desa dikampung kami. kecantikannya membuat pemuda pemuda kampung berebutan ingin meminangnya,bahkan tak sedikit juragan kaya ingin menjadikan nya sebagai istri muda .
Tapi semua itu ia tolak dan entah mengapa ia malah memilih Risman,ayahku ,seorang pemuda tampan tapi dari keluarga miskin.
Tapi setelah sepuluh tahun menikah ibuku mulai bosan dengan kemiskinan ini.kehidupan kami masih tetap sederhana .
Tetangga kami sudah pada kaya ,punya motor,Tv dan barang barang yang biasa dipakai orang kota.
Rumah kami terbuat dari papan yang sudah mulai lapuk.atapnya yang dari seng bocor disana sini,tak ada perabotan yang mewah didalamnya.hanya ada meja kayu terletak diruang tengah ,diapit empat kursi kayu.
Sekarang umurku tiga belas tahun.aku duduk di kelas satu smp.
Di smp swasta dekat pinggiran kota.
Ayah memberiku nama Bayu Rismanto .
Tinggi badanku hampir menyamai tinggi ayah.
Wajahku ganteng,perpanduan dari ketampanan wajah ayah dan kecantikan ibu.
Tubuhku padat dan berotot.semua itu kudapat dari hasil membantu ayah di sawah.
Sore itu aku duduk di teras rumah
Aku membaca sebuah novel yang kupinjam dari perpustakaan sekolah. Judulnya Kite Runner edisi indonesia.novel ini bercerita tentang persahabatan dua bocah afganistan.antara anak majikan dan anak pembantunya. Si bocah anak pembantu selalu berusaha melindungi dan menyenangkan anak majikannya.
Novel itu sangat meginspirasiku dan membuat mataku selalu berkaca kaca.
Dan tanpa kusadari air mata sering mengalir di kedua pipiku.aku memang mudah sekali terharu. Tapi aku tidak pernah menangis meraung raung. Aku hanya tidak mampu menahan air mata.
Ayah pulang dari kebun. bertelanjang dada dengan celana pendek yang kumal penuh debu.
Ia menegurku,"lagi baca apa yu asik benar".
aku kaget."ndak yah lagi baca novel.."
"Kenapa kamu sakit"tanya ayah
melihat mataku berkaca kaca.
Aku tersipu malu,"nndaak kemasukan debu aja ".kataku berbohong padahal novel itulah yang membuatku terharu.
"Ooh!.."gumamnya ia meraba pipiku
uñtuk merasakan panas nya .
"Aku ndak apa apa yah.."kataku sambil menggeleng.
"Ayah bawa apa tuh."
'"Sawo kita udah pada banyak yang matang ,ayah bawakan sekantong buatmu."
"Asik, udah lama ndak makan sawo nih."kataku kegirangan.
Aku memang menggemari buah sawo.
Ku coba peluk ayah untuk mewujudkan rasa sayangku.
Tapi dia menepisku,"huss badan ayah bau tau"
Tapi aku tak peduli ,aku coba lagi memeluknya dengan gigih dan aku berhasil.ayah tak menolakku.
Bau badan ayah adalah bau khas lelaki gagah.aku menyukai bau seperti itu.
Bau yang menggodaku.
Beberapa minggu lalu aku mengalami mimpi
basah untuk pertama kalinya.
anehnya aku bermimpi bercumbu dengan ayahku sendiri.Ia menciumku dan mengajariku bermain sex.
Aku sungguh menikmati mimpi itu dan tanpa kusadari celana ku basah kuyub.
Ku pikir aku ngompol,tapi bukan air seni yang keluar melainkan cairan lengket berwarna putih dan berbau anyir.
Kata Igo teman sekelasku, itu air mani dan artinya aku sudah puber.
Aku tak berani menanyakannya pada ayah,takut ia marah.
"Aku juga bau belum mandi..'."
"Haa.hhaa.."ayah tertawa.
"mau mandi bareng ya tapi kamu harus gosok punggung ayah ya."
"Oke..gendong aku ya.."
"Huus..kayak anak kecil aja minta gendong kamu kan dah besar."
"Gosok pungungnya batal tuh"aku berlagak cemberut.
"Iyya..lah.'kata ayah nurut.
Aku memeluk leher ayah dan kakiku mengapit pinggangnya
Ia membawaku menuju kamar mandi yang ada di belakang rumah.
Selesai mandi ayah menanak nasi. tak ada kompor gas didapur kami,hanya ada tungku kayu yang penuh asap dan jelaga.
Sejak kepergian ibu ayah mengambil alih semua pekerjaan rumah.
mulai dari memasak,mencuci pakaianku bahkan menjahit bajuku yang sobek tak canggung ia lakukan.
Jam lima pagi ayah sudah bangun. Ia mandi dan setelah mandi. Ia pergi kedapur untuk membuat sarapan.
Sarapan ku bervariasi setiap pagi tergantung dari bahan yang ada.kadang ayah membuat nasi goreng,bubur nasi dan tak jarang pula pisang goreng pakai ketan.
Aku berangkat sekolah..ia pun pergi ke sawah atau keladang.
Menjelang aku pulang sekolah,sekitar jam sebelas ayah sudah ada di dapur lagi menyiapkan makan siang. Ia mengambil beras dalam karung hasil panen musim tanam kemarin.
Kalau ia punya uang lebih ia akan beli sepotong ayam.kadang kadang ia pergi ke sungai untuk menangkap ikan atau memancing belut disawah.
Sepanjang hidupku belum pernah
Ayah memarahiku bahkan ketika aku melakukan kesalahan besar.
Beda dengan ibuku yang cerewet
dan pemarah.aku pernah didamprat karena lalai menjaga adikku.
."dasar monyet disuruh jaga adik malah keluyuran.ibu sudah letih bekerja kau malah enak keluyuran terus." suara ibu melengking Tinggi
"Kalau saja ayahmu kaya ibu tak perlu bekerja jadi buruh cuci kayak ini".
Aku hanya menunduk diam tak berani bersuara.
Andai saja aku berani membantah. Ia tentu akan ngomel berjam jam sambil memaki maki ayah yang katanya tidak berguna bagi keluarga.
Padahal ayah sudah bekerja keras.
Hanya keberuntugan belum ia dapatkan.
Hidup sebagai petani penuh ketidak pastian.
Sekarang semua sudah berlalu.
Aku malah bersyukur ibu pergi.
Tak ada lagi omelan menyakitkan pada ayah.
Sering aku kasihan pada ayah.tiap
Kali ibu ngomel ia hanya tertunduk, seperti menyesali ketidak mampuannya memberi materi yang berlimpah buat anak dan isterinya.
Saat mereka bercerai ibu membawa adik perempuanku,Rani bersamanya.
Umur Rani lima tahun waktu itu.Rani anak yang lincah dan periang.kecantikan ibuku turun padanya,bikin gemes orang yang melihatnya.
Aku memilih tinggal dengan ayah meski ibu memaksaku ikut dengannya.
Ayah juga memohon pada ibu.
"Surti kamu boleh menikah lagi dengan lelaki manapun.aku takkan menghalangimu..tapi aku mohon jangan bawa bayu dariku."
"Ia nggak cukup di beri kasih sayang
mu saja tapi ia perlu sekolah. Semua itu perlu uang banyak.
apa kamu sanggup mendapatkannya."
"Aku bisa. Aku akan bekerja lebih keras lagi."
Setelah perdebatan yang panjang akhirnya ibu mengalah.
"Baiklah bayu boleh tinggal bersamamu. Tapi ia harus terus sekolah sampai sma nanti.
Seorang lelaki datang menghampiri ibu.lelaki paro baya dengan perut buncit wajahnya jelek dengan pipi menggelambir kepalanya mulai botak dibagian depan.
Dari tadi ia mengamati kami dari mobil.
"Ayo ikut bapak aja nanti bapak belikan kamu hp terbaru .pokoknya hidup kamu terjamin lah".
Aku mendelik.
"Ayahku memang tak punya apa apa.tapi ia punya kasih sayang dan cinta yang besar buatku.
Dan bagiku itu lebih berharga dari apapun ."
Aku memasang tampang cemberut.
Lelaki itu hanya tersenyum.
Ia lalu membawa ibu dan adikku bersamanya.
"Bayu..makanan sudah siap nak"
suara ayah mengagetkanku.
"Ayo makan."
"Iya .. yah"
Aku bergegas ke dalam hari mulai beranjak gelap.
Ayah sudah menyalakan lampu minyak. Satu ditempel di dinding dan satu lagi diatas meja makan.
Lampu itu menerangi sebakul nasi yang masih mengepulkan asap tipis.ada tiga piring lauk. Satu,berisi dua potong ikan satu lagi penuh sambal terasi.dan sayur pucuk ubi terletak di piring yang lain.
Dulu ibu yang selalu menyiapkanya.
"Wah ikan lele ya yah".kataku senang
"Iya kamu suka lelekan."
"Beli dimana"
"Ndak nangkap di sumgai tadi.'.
Ayah menyendok nasi ke piring .ia juga tambahkan sepotong lele yang besar ,sambal terasi dan sayur pucuk ubi.
Lalu Ia meletakkan piring itu di hadapanku.
Ia juga mengambil untuk dirinya sendiri.
Makanan itu ia suap ke mulutnya tapi tangannya tiba tiba terhenti.
"Kok diliat aja nasinya,Ayo dimakan"ujarnya sedikit heran.
Aku mengambil lele goreng yang besar dan menukarnya dengan lele yang kecil di piring ayah.
"Aku lele yang kecil aja yah."
"Ndak usah yu makan ajalah kan ikan kesukaanmu".
"Ayah dah kerja seharian ayah perlu makan banyak".
"Ndak usah pikirkan ayah .hanya ini bisa ayah berikan untukmu".
Aku tetap maksa nukar dengan lele yang lebih kecil.
Dan mulai makan dengan lahap.
Ayah tersenyum getir melihat tingkahku.
Ia pun mulai mengisi mulutnya dengan cepat.
Masakan ayah terasa enak dilidahku dan membuatku ingin terus menyantapnya.
Sebentar saja nasi yang sebakul habis oleh kami berdua.
Ayah mengupas buah sawo dan memberikanya padaku.
Sawo itu manis dan bisa menghilangkan rasa pedas sambal terasi yang masih terasa dimulutku.
"Yah tadi siang aku dipanggil kepala sekolah'.kataku membuka percakapan.
Ayah sedang menghisap sebatang rokok.
rokok kretek murah yang biasa ia beli di warung
"Udah tiga bulan aku nunggak uang sekolah."ujarku pelan,sambil memandang Ayah.
Ayah tercenung sejenak, wajahnya tampak sedih.dan muram.aku jadi tak tega menyampaikannya.
"Ini suratnya, aku ndak boleh masuk kalau belum lunas."
Ayah masih muram." Sabar ya .Yu ayah akan cari pinjaman"katanya lirih.
"Dua pekan lagi kita panen .ayah akan punya cukup uang buat biaya skolahmu."
"Iya yah "
" kamu ndak usah mikirin ayah."kata ayah sambil memegang bahu ku.
"Ayah akan lakukan apapun agar kamu bisa terus sekolah.
"Besok aku bantu petik sawo ya.
Biar bisa kita jual".
Ayah mengganguk."minggu depan pak kades memberi kita bantuan anak sapi.
"Benar yah? 'kataku girang. "Biar aku yang kasih makan ya."
Ayah terseyum girang.
"anak sapinya betina lagi jadi bisa berkembang biak"
Aku memeluk ayah .
"Ayah akan keluar sebentar buat cari pinjaman.
Baik baik dirumah ya."
Ayah melepakan pelukanku.:dan mengambil baju hangatnya juga senter kecil.
Aku melepas ayah sampai ke pintu depan.