App herunterladen
8.33% BALADA SI ANAK KAMPUNG / Chapter 1: Bab 1
BALADA SI ANAK KAMPUNG BALADA SI ANAK KAMPUNG original

BALADA SI ANAK KAMPUNG

Autor: Gayali

© WebNovel

Kapitel 1: Bab 1

Sudah lebih 2 tahun ibu meninggalkanku.ia menikah lagi dengan juragan kaya, bekas kakak kelasnya di smp dulu.

ibuku seorang kembang desa dikampung kami. kecantikannya membuat pemuda pemuda  kampung berebutan ingin meminangnya,bahkan tak sedikit juragan kaya ingin menjadikan nya sebagai istri muda .

Tapi semua itu ia tolak dan entah mengapa  ia malah memilih Risman,ayahku ,seorang pemuda tampan tapi dari keluarga miskin.

Tapi setelah sepuluh tahun menikah ibuku  mulai bosan dengan kemiskinan ini.kehidupan  kami masih tetap sederhana .

Tetangga kami sudah pada kaya ,punya motor,Tv dan barang  barang yang biasa dipakai orang kota.

Rumah kami  terbuat  dari papan yang sudah mulai lapuk.atapnya  yang dari  seng  bocor disana sini,tak ada perabotan yang mewah didalamnya.hanya ada meja kayu terletak diruang tengah ,diapit empat kursi kayu.

Sekarang umurku tiga belas tahun.aku duduk di kelas satu smp.

Di smp swasta dekat pinggiran kota.

Ayah  memberiku nama Bayu Rismanto .

Tinggi badanku hampir menyamai tinggi ayah.

Wajahku ganteng,perpanduan dari ketampanan wajah ayah dan kecantikan  ibu.

Tubuhku padat dan berotot.semua itu kudapat dari hasil membantu ayah di sawah.

Sore itu aku duduk di teras rumah

Aku membaca  sebuah novel yang kupinjam dari perpustakaan sekolah. Judulnya Kite Runner edisi indonesia.novel ini bercerita tentang persahabatan dua bocah afganistan.antara anak majikan dan  anak pembantunya. Si bocah anak pembantu selalu berusaha melindungi dan menyenangkan anak majikannya.

Novel itu sangat meginspirasiku dan membuat mataku selalu berkaca kaca.

Dan tanpa kusadari air mata sering mengalir di kedua pipiku.aku memang mudah sekali terharu. Tapi aku  tidak pernah menangis meraung raung. Aku hanya tidak mampu menahan air mata.

Ayah pulang dari kebun. bertelanjang dada dengan celana pendek yang kumal penuh debu.

Ia menegurku,"lagi baca apa yu asik benar".

aku kaget."ndak yah lagi baca novel.."

"Kenapa kamu sakit"tanya ayah

melihat mataku berkaca kaca.

Aku tersipu malu,"nndaak kemasukan debu aja ".kataku  berbohong padahal novel itulah yang membuatku terharu.

"Ooh!.."gumamnya ia meraba pipiku

uñtuk merasakan panas nya .

"Aku ndak apa apa yah.."kataku sambil menggeleng.

"Ayah  bawa apa tuh."

'"Sawo kita udah pada banyak yang matang ,ayah bawakan sekantong buatmu."

"Asik, udah lama ndak makan sawo nih."kataku kegirangan.

Aku memang menggemari buah sawo.

Ku coba peluk ayah untuk mewujudkan rasa sayangku.

Tapi dia menepisku,"huss badan ayah bau  tau"

Tapi aku tak peduli ,aku coba lagi memeluknya dengan gigih dan aku berhasil.ayah tak menolakku.

Bau  badan ayah adalah bau khas lelaki gagah.aku menyukai bau seperti itu.

Bau yang menggodaku.

Beberapa minggu lalu aku mengalami mimpi  

basah untuk pertama kalinya.

anehnya aku bermimpi bercumbu dengan ayahku sendiri.Ia menciumku dan mengajariku bermain sex.

Aku sungguh menikmati mimpi itu dan tanpa  kusadari celana ku basah kuyub.

Ku pikir aku ngompol,tapi bukan air seni yang keluar melainkan cairan lengket berwarna putih dan berbau anyir.

Kata Igo teman  sekelasku, itu air mani dan artinya aku sudah puber.

Aku tak berani menanyakannya pada ayah,takut ia marah.

"Aku juga bau belum mandi..'."

"Haa.hhaa.."ayah tertawa.

"mau mandi bareng ya  tapi kamu harus gosok punggung ayah ya."

"Oke..gendong aku ya.."

"Huus..kayak anak kecil aja minta gendong kamu kan dah besar."

"Gosok pungungnya batal  tuh"aku berlagak cemberut.

"Iyya..lah.'kata ayah nurut.

Aku memeluk leher ayah dan kakiku  mengapit pinggangnya

Ia membawaku menuju kamar mandi yang ada di belakang rumah.

Selesai mandi ayah menanak nasi. tak ada kompor gas didapur kami,hanya ada tungku kayu yang penuh asap dan jelaga.

Sejak kepergian ibu ayah mengambil alih semua pekerjaan rumah.

mulai dari memasak,mencuci pakaianku bahkan menjahit bajuku yang sobek  tak canggung ia lakukan.

  Jam lima pagi ayah sudah bangun. Ia mandi dan setelah mandi. Ia pergi kedapur untuk membuat sarapan.

Sarapan ku bervariasi setiap pagi tergantung dari bahan yang ada.kadang ayah membuat nasi goreng,bubur nasi dan tak jarang pula pisang goreng pakai ketan.

Aku berangkat sekolah..ia pun pergi ke sawah atau  keladang.

Menjelang aku pulang sekolah,sekitar jam sebelas ayah sudah ada di dapur lagi menyiapkan makan siang. Ia mengambil beras dalam karung hasil panen musim tanam kemarin.

Kalau ia punya uang lebih ia akan beli sepotong ayam.kadang kadang ia pergi ke sungai untuk menangkap ikan atau memancing belut disawah.

Sepanjang hidupku belum pernah

Ayah memarahiku bahkan ketika aku melakukan kesalahan besar.

Beda dengan ibuku yang cerewet

dan pemarah.aku pernah didamprat  karena lalai menjaga adikku.

."dasar monyet disuruh jaga adik malah keluyuran.ibu sudah letih bekerja kau malah enak keluyuran terus."  suara  ibu melengking Tinggi

"Kalau saja ayahmu kaya ibu tak perlu bekerja jadi buruh cuci kayak ini".

Aku hanya menunduk  diam tak berani bersuara.

Andai saja aku berani membantah. Ia tentu akan ngomel berjam jam sambil memaki maki ayah yang katanya tidak berguna bagi keluarga.

Padahal ayah sudah bekerja keras.

Hanya keberuntugan belum ia dapatkan.

Hidup sebagai petani penuh ketidak pastian.

Sekarang  semua sudah berlalu.

Aku malah bersyukur ibu pergi.

Tak ada lagi  omelan menyakitkan pada ayah.

Sering aku kasihan pada ayah.tiap

Kali ibu ngomel ia hanya tertunduk, seperti menyesali ketidak mampuannya memberi materi yang berlimpah buat anak dan isterinya.

Saat mereka bercerai ibu membawa adik perempuanku,Rani bersamanya.

Umur Rani lima tahun waktu itu.Rani anak yang lincah dan periang.kecantikan ibuku turun padanya,bikin gemes orang yang melihatnya.

Aku memilih tinggal dengan ayah meski ibu memaksaku ikut dengannya.

Ayah juga memohon pada ibu.

"Surti kamu boleh menikah lagi dengan lelaki manapun.aku takkan menghalangimu..tapi aku mohon jangan bawa bayu dariku."

"Ia nggak cukup di beri kasih sayang

mu saja tapi ia perlu  sekolah. Semua itu perlu uang banyak.

apa kamu sanggup mendapatkannya."

"Aku bisa. Aku akan bekerja lebih keras lagi."

Setelah perdebatan yang panjang akhirnya ibu mengalah.

"Baiklah bayu boleh tinggal bersamamu. Tapi ia harus terus sekolah sampai sma nanti.

Seorang lelaki datang menghampiri ibu.lelaki paro baya dengan perut buncit wajahnya jelek dengan pipi menggelambir kepalanya mulai botak dibagian depan.

Dari tadi ia mengamati kami dari mobil.

"Ayo ikut bapak aja  nanti bapak belikan kamu hp terbaru .pokoknya hidup kamu terjamin lah".

Aku mendelik.

"Ayahku memang tak punya apa apa.tapi ia punya kasih sayang dan cinta yang besar buatku.

Dan bagiku itu lebih berharga dari apapun ."

Aku memasang tampang cemberut.

Lelaki itu hanya tersenyum.

Ia lalu membawa ibu dan adikku bersamanya.

"Bayu..makanan sudah siap nak"

suara ayah mengagetkanku.

"Ayo makan."

"Iya .. yah"

Aku bergegas ke dalam  hari mulai beranjak gelap.

Ayah sudah menyalakan lampu minyak. Satu ditempel di dinding dan satu lagi diatas meja makan.

Lampu itu menerangi sebakul nasi yang masih mengepulkan asap tipis.ada tiga piring lauk. Satu,berisi dua potong ikan satu lagi penuh sambal terasi.dan sayur pucuk ubi terletak di piring yang lain.

Dulu ibu yang selalu menyiapkanya.

"Wah ikan lele ya yah".kataku senang

"Iya kamu suka lelekan."

"Beli dimana"

"Ndak nangkap di sumgai tadi.'.

Ayah  menyendok nasi ke piring .ia juga tambahkan sepotong lele yang besar ,sambal terasi dan sayur pucuk ubi.

Lalu Ia meletakkan piring itu di hadapanku.

Ia juga mengambil untuk dirinya sendiri.

Makanan itu ia suap ke mulutnya tapi tangannya tiba tiba terhenti.

"Kok diliat aja nasinya,Ayo dimakan"ujarnya sedikit heran.

Aku mengambil lele goreng yang  besar dan  menukarnya dengan lele yang kecil di piring ayah.

"Aku lele yang kecil aja yah."

"Ndak usah yu makan ajalah kan ikan kesukaanmu".

"Ayah  dah kerja seharian ayah perlu makan banyak".

"Ndak usah pikirkan ayah .hanya ini  bisa ayah berikan untukmu".

Aku tetap maksa nukar dengan lele yang lebih kecil.

Dan mulai makan dengan lahap.

Ayah tersenyum getir melihat tingkahku.

Ia pun mulai mengisi  mulutnya dengan cepat.

Masakan ayah terasa enak dilidahku  dan membuatku ingin terus menyantapnya.

Sebentar saja nasi yang sebakul habis oleh kami berdua.

Ayah mengupas buah sawo dan memberikanya padaku.

Sawo itu  manis dan bisa menghilangkan rasa pedas sambal terasi yang masih terasa dimulutku.

"Yah  tadi siang aku dipanggil  kepala sekolah'.kataku membuka percakapan.

Ayah sedang menghisap sebatang rokok.

rokok kretek murah yang biasa ia beli di warung

"Udah tiga bulan aku nunggak uang sekolah."ujarku pelan,sambil memandang Ayah.

Ayah tercenung sejenak, wajahnya tampak sedih.dan  muram.aku jadi tak tega menyampaikannya.

"Ini suratnya, aku ndak boleh masuk kalau belum lunas."

Ayah masih muram." Sabar ya .Yu ayah akan cari pinjaman"katanya lirih.

"Dua pekan lagi kita panen .ayah akan punya cukup uang buat biaya skolahmu."

"Iya  yah "

" kamu ndak usah mikirin ayah."kata ayah sambil memegang bahu ku.

"Ayah akan lakukan apapun agar kamu bisa terus sekolah.

"Besok aku bantu petik sawo ya.

Biar bisa kita jual".

Ayah mengganguk."minggu depan pak kades memberi kita bantuan anak sapi.

"Benar yah? 'kataku girang. "Biar aku yang kasih makan ya."

Ayah terseyum girang.

"anak sapinya betina lagi jadi bisa berkembang biak"

Aku memeluk ayah .

"Ayah akan keluar sebentar buat cari pinjaman.

Baik baik dirumah ya."

Ayah melepakan pelukanku.:dan mengambil baju hangatnya juga senter kecil.

Aku melepas ayah sampai ke pintu depan.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C1
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen