Adalah Hendri. Dia berseru senang seraya mengangkat tangan.
"Tunggu, tunggu. Bukannya kita mau main bareng?" sergah Sapri.
"Satu-satu dulu, nanti kita baru barengan," tukas Hendri.
Sapri berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Oke, buruan," ujarnya mempersilahkan Hendri, temannya itu langsung maju dengan senyum menang.
Anya ingin menghantamkan kepalanya ke dahi Hendri yang mendekat, namun pria itu sudah tahu apa yang ingin ia lakukan, hingga kepala Anya hanya mampu menghantam tangan.
"Hahaha. Udah, nikmatin aja. Nggak usah ngelawan, punyaku enak kok," ucap Hendri.
Anya muak sekaligus jijik mendengar ucapan Hendri.
"Aku nggak sudi!" seru Anya.
Hendri malah menyeringai, dia langsung meremas dada Anya dan mencium leher jenjang wanita itu. Anya yang tak sudi disentuh, berusaha melawan dalam kukungannya. Tiba-tiba kemaluannya ditendang oleh Anya.
"AW!" seru Hendri dengan memegangi kemaluannya.