Chapter 76: Chapter 76 Hanifa Menantang Taruhan Mas Huda

Mas Huda sejenak terdiam, dia kembali berpikir tajam.

"Mas ... Mas Huda yang saya kenal, sama sekali buka orang yang rendah diri. Lagipula, ini kan sebenarnya juga bukan sesuatu yang sudah pasti? Hanya penafsiran yang dibuat-buat sama Mas Huda sendiri kan? Jadi ngapain pakai dipikir pusing? Kurang kerjaan amat," kata Hanifa.

Mas Huda menyeringis mendengar kata-kata adik perempuannya sambil mendorong kening Hanifa dengan perlahan.

"Aish! Mas!" keluh Hanifa karena ulah kakaknya jadi kerudungnya berantakan.

"Maaf! Ya udah, makan gih!" suruh Mas Huda.

"Ashiaap!" sahut Hanifa yang masih lapar juga ternyata.

"Mas Huda, dari kemarin perasaan belanja, traktir aku berkali-kali juga. Memang usahanya lagi laris ya Mas?" tanya Hanifa.

"Hah ... kamu. Tumben-tumbennya nanyain soal usahanya Masmu ini Fa," sahut Mas Huda sambil menyantap makananya.

"Ya ... bukannya apa-apa. Maksud Hanifa, kalau memang sudah tambah maju ya kan sebagai adik ikut senang. Iya kan?" sahut Hanifa.