Download App
50% Wreckers / Chapter 2: Latihan Gila

Chapter 2: Latihan Gila

Pagi hari di kamp tentara bayaran selalu dimulai dengan dentang pedang yang saling beradu dan derap kaki yang berlari di tempat latihan. Harrys yang tertidur, membuka matanya dengan berat. Dia tahu apa yang menunggunya.

"Ayo, bangunlah nak!". Suara Gandalf menggema di tenda kecil Harrys.

"Cepat, kita akan memulai latihannya, aku akan menunggumu di tempat pelathian". Gandalf berkata dengan tegas dan penuh semangat, dan kemudian keluar dari tenda Harrys, menuju tempat pelatihan.

Harrys menghela nafas dan bangkit dari tempat tidurnya.

"Ya, baiklah". Jawabnya dengan suara yang masih serak karena baru bangun tidur. Kemudian ia pergi mencuci mukanya dengan air yang berada di ember sebelah pintu tenda, lalu pergi menyusul Gandalf kelapangan

"Bagus. Ambilah pedang ini dan ayunkan 100 setiap hari untuk memperkuat tanganmu". Gandalf tersenyum tipis.

"Hah!? 100 kali!?". Harrys yang masih setengah sadar dan baru tiba terkejut dengan latihan pertama yang Gandalf berikan.

"Cepatlah. Jangan buang-buang waktumu untuk bermalas-malasan!". Ucap Gandalf dengan senyum dan menepuk punggung Harrys dan memberikan pedang miliknya.

Harrys mengangguk dan membawa pedang yang Gandalf berikan. Dia mulai mengangkat pedangnya. Namun Harrys kesusahan karena pedang itu lumayan berat untuk dirinya yang masih berumur 12 tahun.

"1..... 2...3...". Gandalf menghitung dengan suara keras, memastikan Harrys tidak melewatkan 1 ayunan.

Matahari sudah berada di atas Harrys. Dengan keringat yang membasahi baju dan nafas yang terengah-engah. Harrys akhirnya menyelesaikan 100 kali ayunan pedang. Gandalf memberikan jeda dan menyuruh Harrys untuk beristirahat dahulu dan memberinya makan sebelum memulai latihan berikutnya.

Gandalf memukul meja dengan keras.

"Ya... Sekarang kita mulai latihan selanjutnya!. Cepat habiskan makananmu, dan temui aku di bukit!". Dengan mulut yang masih mengunyah roti, Gandalf menyuruh Harrys untuk segera menghabiskan makanannya lalu pergi menyusulnya ke bukit.

Sisa 1 roti. Harrys kemudian melahapnya dan langsung pergi menyusul Gandalf.

"J-jadi apa latihan selanjutnya". Ucapnya dengan ngos-ngosan.

"Heheh.... Lari kebawah dan kembali ke sini sebanyak 25 kali". Katanya sembari tersenyum.

"Hah!?!?.... " . Harrys yang masih ngos-ngosan terkejut karena latihan ini lebih gila dari sebelumnya.

"Mengayunkan pedang 100 kali menurutku lumayan mudah daripada yang ini". Ucap Harrys dengan memasang ekspresi terkejut.

"Latihan ini untuk meningkatkan stamina agar kau tidak kelelahan saat bertarung nanti". Teriak Gandalf dengan keras sembari tersenyum.

Dalam hati Harrys, dia berkata. "Sialan. Orang tua ini ternyata sangat kejam dari yang kubayangkan sebelumnya. Tapi apa boleh buat. Aku harus segera menyelesaikannya agar cepat ke latihan selanjutnya"

Harrya kemudian mengangguk dan mulai melakukan pemanasan untuk menuruni bukit dan lari kembali ke puncak. Setelah pemanasan, Harrys kemudian berseluncur menuruni bukit dan tersungkur saat berhasil turun.

"Hahah... Apa yang kau lakukan bodoh" Ucap Gandalf sembari tertawa melihat Harrys tersungkur.

"Tcih... Sialan" Harrys membersihkan bajunya yang kotor akibat tersungkur. Kemudian Harrys bersiap dan berlari ke puncak dengan asap dan aura panas yang memancar dari tubuhnya. Setiap langkah membuktikan ketahanannya semakin berkembang.

Matahari mulai tenggelam. Keringat yang mengucur deras dan nafas yang berat. Dengan penuh tekad dan ambisi untuk menjadi kuat, ia berhasil menyelesaikan 24 putaran.

"Hufth.... Hufth.... T-tinggal 1 putaran lagi" Harrys yang sempat berlutut bangkit dan melanjutkan putaran selanjutnya.

Gandalf yang mengamati Harrys merasakan Aura yang sangat kuat di dirinya dibandingkan sebelum ia berlatih.

"Aura anak ini berbeda dari sebelum ia berlatih. Aura dan kekuatannya sangat besar. Bahkan lebih besar dibandingkan beberapa prajurit disini. Dan mungkin anak bangsawan juga bisa kalah jika bertarung dengannya. Aku yakin itu"

"Bagus" Ucap Gandalf setelah Harrys menyelesaikan putaran tarkhirnya.

Harrys tergeletak lemas dengan nafas terengah-engah saat sampai di puncak bukit. Cahaya matahari pun mulai digantikan okeh bulan dan bintang-bintang yang bersinar. Meskipun hari sudah malam latihan Harrys belum selesai. Dia harus menyelesaikan 2 latihan selanjutnya.

"Ini istirahat kedua kita nak. Latihan selanjutnya adalah memperkuat ototmu. Maka dari itu cepat pergi ke bawah untuk makan dan minum sebanyak-banyaknya" Ucal Gandalf sembari memakan beberapa buah Pir.

"Hahah... Terimakasih kek, aku sangat amat lapar karena latihan gila yang kau berikan" Harrys lalu meluncur kebawah bukit dan lari kearah tenda.

Harrys sangat lahap memakan roti, daging sapi dan rusa seperti binatang buas. Sendawa yang keras dan perutnya yang sudah terisi kemudian lari kembali menuju bukit untuk memulai latihan selanjutnya.

"Kek? Hmmm dimana Orang tua itu?" Harrys yang kebingungan lantas berteriak dan mencari Gandalf.

"Aku disini bodoh!". Ucap Gandalf yang ternyata ada di balik bawah bukit. Harrys yang mendengarnya kemudian berseluncur kembali ke bawah bukit.

"Hufth. Jadi latihan apa yang bisa memperkuat otot? Seingatku Ayah bilang mencangkul dan mengangkat keranjang anggur dapat memperkuat otot"

"Hahah... Apa apaan. Itu memang bisa memperkuat otot. Tapi yang ini bisa memperkuat dan memperbesar otot". Ucap Gandalf sembari tersenyum tipis kemudian memperlihatkan beberapa prajurit yang mendorong dan menarik batu besar, mengangkat batang kayu, squat dengan batang kayu, dan push-up dengan batu besar.

"Sial... Sepertinya aku akan mati" Harrys menelan ludah dan berkeringat dengan muka yang pucat setelah terkejut karena latihan mereka.

Tapi dengan tekad untuk menjadi lebih kuat Harrys akhirnya mencoba menarik tali dari batu yang sama besar dengannya. Sudah beberapa kali ia menariknya batu itu sama sekali tidak bergerak. Keringat yang mengucur, wajah yang pucat, dan uratnya yang terlihat. Harrys terus berusaha menariknya dengan sekuat tenaga.

Beberapa kali mecoba dan gagal. Tubuh Harrys mengeluarkan asap dan Aura panas kembali. Aura panas itu memberikan kekuatan kepada Harrys sehingga nafasnya mengeluarkan Asap.

"Aura ini!?.... " Gandalf yang terkejut kembali melihat dan merasakan Aura kuat yang terpancar dari tubuh Harrys.

"Anak ini mempunyai potensi yang besar" Ucap Gandalf.

Bocah yang berumur 12 itu berusaha mati-matian untuk bisa menggerakkan batunya. Harrys yang kesal karena batu itu sama sekali tidak bergerak kemudian mengeluarkan penuh tenaganya dan berteriak dengan tangan yang berdarah dan bergetar menarik batu.

"Siaaal!... ". Tiba-tiba asap yang keluar dari mulut Harrys berubah menjadi Api. Seketika Adrenalin dan kekuatannya meningkatkan. Dia perlahan berhasil menggerakkan batu itu dengan tangan yang berlumuran darah

Nafas Harrys terengah-engah seperti pengidap Asma. Harrys melihat tangannya yang berdarah lalu menoleh kebelakang.

"Akhirnya..... Akhirnya aku bisa menggerakkan batunya"

Gandalf yang melihatnya tertawa dan kagum melihat kemampuan Harrys.

"Hahah. Kau berhasil nak, aku kagum pada kemampuanmu".Ucap Gandalf yang tertawa dan mengusap kepala Harrys.

"Yahh... Kita sudahi latihan ini. Selanjutnya kita berlatih menguasai Apimu". Gandalf kemudian mengajaknya ke padang rumput yang agak jauh dari kamp.

"Kenapa kita ke sini?".Ucap Harrys dengan muka kebingungan.

Dengan hembusan angin dan suara sungai. Gandalf kemudian membuat beberapa target dari batang kayu untuk sasaran latihan Harrys.

"Baiklah nak, sekarang tunjukan kekuatan Apimu itu dan coba hancurkan kayu itu"

"Baiklah". Harrys mulai mengarahkan kedua tangannya. Tangan Harrys perlahan merah menyala. Hembusan nafas Harrys mengeluarkan Asap. Tangan Harrys mulai muncul sedikit Api.

"Berkonsentrasi, dan alirkan semua energimu ke ujung tangan. Setelah tanganmu menjadi berat, lalu lepaskan energinya ke arah target"

Angin masih berhembus kencang. Rumput yang bergoyang terhembus angin. Harrys menutup mata. Dia berkonsentrasi, nengalirkan semua energinya ke ujung tangan.

"Konsentrasi..... Konsentrasi..... Tanganku mulai terasa memberat..... " Api di tangan Harrys perlahan membesar.

"Sedikit lagi.... " Harrys dengan cepat membuka matanya dan melepaskan energi ditangannya. Bola Api yang Harrys keluarkan dan mengarah ketarget sangat cepat. Tekanan membusan anginya nya sangat kuat. Dengan cepat Bola Api itu menuju ke target dan membuat ledakan besar hingga membuat gelombang angin panas yang membakar area ledakannya.

Gandalf yang lumayan dekat dengan target sangat terkejut, tubuhnya kaku dan tidak bisa berkata-kata.

"Hah?.... Apa?.... sekuatan hembusannya..... seperti paron yang dilempar dengan kuat.... dan juga..... Ledakan bola api itu setara dengan 5 dinamit yang diledakkan secara bersamaan..... hahah.... Aku merinding...". Ucap Gandalf berbicara dalam hati dengan wajah pucat penuh keringat. Gandalf heran karena kekuatan Anak itu sangat tidak normal diusianya, hingga membuatnya merinding.

Gandalf tersenyum kagum sekaligus merinding.

"Baiklah nak... Kau telah berkembang, Harrys. Aku akui kekuatanmu. Tapi ingat, latihan ini tidak hanya untuk kekuatan fisikmu, tetapi juga untuk mentalmu. Sekarang Latihan hari ini sudah selesai, kau boleh pergi beristirahat"

Harrys senang dan lega karena latihannya selesai.

"Yah baiklah kalau begitu, aku akan langsung tidur saja". Kemudian Harrys pergi ke tenda kecilnya untuk tidur.

Di depan Api unggun, Gandalf seolah tidak percaya akan kekuatan anak itu yang begitu besar sampai-sampai membuatnya berfikir keras, bagaimana dia bisa memiliki kekuatan yang setara dengan 5 ledakan Dinamit.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login