Download App
6.54% Women Killer and Doctor / Chapter 7: Bab 7

Chapter 7: Bab 7

Sesampainya Di sekolah, Dyanra berpamitan untuk turun dari mobil dan masuk ke sekolah, dan tak lupa mencium tangan Raihan sebelum turun. Setelah itu Raihan masuk juga dan memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah.

Dyanra yang telah sampai di depan kelas, dibuat kaget oleh teriakan Leon.

"Dyanra, tunggu!!" teriak Leon berlari kearah Dyanra.

"Ayo masuk," ajak Leon menggandeng tangan Dyanra masuk.

Di dalam terdengar suara keributan para siswa, ada yang melempar buku, ada yang duduk dimeja sambil mengobrol dan ada pula yang sedang bermain kejar-kejaran. Dyanra yang melihat itu pusing, melihat kelakuan teman sekelasnya seperti anak TK.

Tak menghiraukan teman kelasnya. Dyanra kembali berjalan menuju meja tempat dia duduk, di situ sudah ada teman sebangkunya, siapa lagi jika bukan Dewa.

TAK… Dyanra membanting tasnya di meja dengan keras, hingga membangunkan Dewa yang sedang tertidur.

Dewa yang mendengar suara itu langsung menoleh ke samping kirinya, sudah ada Dyanra dengan tatapan kesalnya.

"Apa lo liat-liat?" Tanya Dyanra dengan ketus kepada Dewa yang masih menatapnya. Bahkan panggilan Dyanra kepada Dewa sudah berubah, dia tidak memakai aku/kamu lagi. Kata Dyanra laki-laki kayak Dewa bicaranya tidak perlu memakai nada yang sopan nanti besar kepala.

"Lo ngapain kabur dari toilet kemarin?" Tanya Dewa juga, menampilkan muka datarnya. Dewa masih kesal dengan Dyanra karena meninggalkannya, dan dia harus menunggu berjam-jam seperti orang bodoh.

"Bukan, urusan lo, ngapain juga lo ngintilin gue kemarin," jawab Dyanra dengan ketus, tetap memfokuskan pandangannya ke depan tanpa mau menolehkan wajahnya melihat Dewa.

Dewa yang melihat itu mendengus. "nggak sopan banget sih ini cewek," batin Dewa, tidak lama setelah itu, seorang guru masuk.

"Pagi anak-anak," ucap pak Yuda, guru olahraga di kelas Dyanra. Jadi setiap kelas di sekolah ini itu memiliki guru olahraga yang berbeda.

"Pagi pak!" teriak siswa di kelas

"Kalian semua, bawa baju olahraga kan?" Tanya pak Yuda.

"Bawa pak!"seru siswa yang berada di dalam kelas.

"Ok! keluarkan baju olahraga kalian, setelah itu pergi keruang ganti untuk mengganti pakaian kalian dengan pakaian olahraga dan temui saya dilapangan basket," ucap pak Yuda, keluar dari kelas.

Dyanra yang melihat pak Yuda keluar dari kelas, segera membuka tasnya dan mengambil pakaian olahraga. Dia tidak mempedulikan Dewa yang melanjutkan tidurnya.

"Dy, ayo!" ajak Leon.

Dyanra masih belum memiliki teman perempuan di sekolahnya ini, jadi kemana-mana dia hanya bersama Leon. Sepertinya tidak ada siswa perempuan yang mau berteman dengannya. Kelihatan sekali dari muka-muka meraka yang terlihat iri melihat kedekatan Dyanra dengan Dewa.

Dewa itu most wanted di sekolah ini, selain tampan, dia juga jago basket dan kaya. Siapa perempuan yang tidak tertarik dengan Dewa, tidak ada kecuali Dyanra.

Setelah berganti pakaian. Dyanra dan Leon segera berlari kelapangan sesuai dengan instruksi dari pak Yuda tadi.

"Semuanya sudah berkumpul?" Tanya pak Yuda

"Dewa masih belum datang pak," jawab ketua kelas.

Pak Yuda menghela nafas "itu anak memang kebiasaan telat kalau jam pelajaran olahraga," ucap pak Yuda

"Mau tidak mau kita harus tunggu Dewa anak-anak, karena dia adalah kapten basket sekolah ini, dan dia yang akan membantu bapak melatih kalian," ucap pak Yuda.

Lima menit kemudian, muncul Dewa dengan pakaian olahraganya, menampilkan bisep yang menonjol dan kuat. Yang membuat para siswi yang melihatnya melongo dengan ketampanannya.

"Besaran bisep mas Raihan, lebih kuat mas Raihan juga," batin Dyanra.

Sementara itu ada Raihan di ruang UKS sedang menata barang-barangnya. Mulai dari obat-obatan sampai dengan perban. Karena menurut kepala sekolah, jika ada jam pelajaran olahraga biasanya ada saja mahasiswa yang terluka atau pingsan.

Selesai beberes, Raihan memilih keluar dan melihat keadaan sekolah, pandangan Raihan kemudian tertuju kearah lapangan. Di sana sudah ada siswa yang sepertinya ingin berlatih basket, dan tak sengaja pandangannya melihat Dyanra.

"Jadi kelas Dyanra yang memiliki pelajaran olahraga pagi ini,"gumam si bucin Raihan. Mematutkan langkahnya ke arah lapangan. Karena dia ingin melihat Dyanra bermain basket.

Dyanra yang sedang mengedarkan pandangannya keseluruh area lapangan tidak sengaja melihat Raihan yang sedang berjalan menuju kelapangan.

"Ngapain ya, mas Raihan di sekolah ini?" batin Dyanra.

"Atau jangan-jangan mas Raihan masih nggak percaya lagi sama aku, dan mengira aku akan membolos lagi."

Raihan telah sampai di pinggir lapang dan tak sengaja tatapannya bertemu dengan mata Dyanra yang juga sedang menatapnya. Raihan tau tatap Dyanra seperti tatapan bertanya kenapa Raihan ada di sekolah ini.

Dyanra yang mendengar suara pak Yuda segera memutuskan pandangannya dengan Raihan, dan beralih focus ke depan untuk mendengarkan instruksi pak Yuda.

"Ok anak-anak, latihan kali ini adalah latihan berpasangan, jadi silahkan tentukan pasangan kalian masing-masing!" seru pak Yuda.

"kamu sama aku ya Le," ucap Dyanra kepada Leon

"Maaf ya Dy, Leon udah sama susan," ucap Leon minta maaf. Sebenarnya tadi itu Leon ingin mengajak Dyanra berpasangan, tapi tiba-tiba dia di tarik oleh susan.

"Lo sama gue!"ucap Dewa yang datang tiba-tiba dihadapan Dyanra

"Loh Dewa, kamu kan udah janji mau berpasangan sama aku," ucap Keira manja menggandeng tangan Dewa.

Dyanra yang melihat itu ingin muntah Rasanya, melihat adegan cheesy di depannya.

"Nggak usah, lo sama Keira ajak, nggak baik janji tidak di tepati," ucap Dyanra.

"Lo apa-apaan sih, kapan gue janji sama lo?" teriak Dewa di depan muka Keira.

"Jadi siapa yang belum dapat pasangan, angkat tangannya," teriak pak Yuda

Dyanra mengankat tangannya, hanya dia satu-satunya yang mendapat pasangan, seharusnya cukup, karena siswa di kelas mereka genap, tapi ada yang sakit satu orang.

"Ok, Dyanra, kamu pasangan sama bap…"

"Sama saya saja pak," ucap Raihan yang memotong ucapan pak Yuda.

Raihan telah siap dengan pakaian olahraga, saat mendengar latihan ini adalah latihan berpasangan. Dia tiba-tiba lari ke ruang ganti untuk mengganti seragam dokternya dengan seragam olahraga, dia tidak rela Dyanra berpasangan dengan orang lain.

"Loh dokter Raihan!? Kaget pak Yuda, melihat Raihan datang dengan pakaian olahraganya.

"Bolehkan pak?" Tanya Raihan dengan nada mengintimidasi. Pak Yuda yang melihat Raihan mengintimidasinya segera memperbolehkan Raihan menggantikannya menjadi pasangan Dyanra.

Yuda ini sebenarnya teman semasa sekolah Raihan dulu, jadi tak heran jika Raihan bisa mengintimidasi pak Yuda, karena mereka sudah sahabatan dari lama. Mereka berteman 5 orang yang merupakan pangeran sekolah.

"Ayo Dy," ajak Raihan kepada Dyanra. Dyanra yang sadar dari keterkejutannya mengiyakan ajakan Raihan.

"Ok! anak-anak kita mulai latihannya, latihan pertama itu, Shooting, memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam Ring, pasangan yang paling banyak memasukkan bola, dia yang menang, dan akan mendapat Reward dari bapak," ucap pak Yuda.

Dyanra yang mendengar Reward langsung semangat dan tak sengaja meremas kuat tangan Raihan, hingga Raihan mengaduh kesakitan.

"Aduhh!"

"Maaf," Ucap Dyanra meniup tangan Raihan, dan itu tak luput dari pandangan siswa lain dan juga Dewa. Siswa yang melihat itu terkejut Dyanra yang selam ini bersikap cuek dan dingin tiba-tiba perhatian dengan seseorang dan Dewa yang melihat itu kesal. Beda pula dengan Yuda yang tau hubungan keduanya. Dia hanya tersenyum kecil dan bergumam.

"Dasar pasangan bucin."

"Anak-anak saya mohon perhatiannya, saya akan memanggil pasangan pertama. Pasangan pertama Leon dan Susan, ayo maju kedepan," teriak pak Yuda.

Leon dan Susan yang di panggil tadi segera maju kedepan dan segera melakukan Shooting. Melihat Leon yang mendapatkan skor banyak Dyanra langsung bersorak senang. Raihan yang melihat itu ikut tersenyum.

"Kenapa, kamu senang sekali? Kamu tidak takut nilai mereka mengalahkan kita?" Tanya Raihan.

"Leon itu sahabat aku pak disekolah, jadi aku harus senang jika dia mendapat poin banyak, aku tidak takut jika dia mengalahkanku, jika dia menang aku akan minta di traktir supaya aku tidak rugi," jawab Dyanra tanpa melihat Raihan, dan tetap memfokuskan pandangannya ke Leon yang sudah selesai bermain.

Raihan yang mendengar ucap Dyanra tersenyum kecil, tingkah Dyanra ini yang membuat dia takut, Raihan takut Dyanra banyak di sukai oleh laki-laki lain dan Raihan tidak suka itu.

Dia merasa akan memiliki banyak saingan untuk mendapat Dyanra, termasuk Yuda. Tapi Raihan tidak terlalu khawatir dengan Yuda karena Yuda sudah memiliki pasangan. Yang Raihan Khawatirkan itu siswa yang di panggil Dewa dan Leon tadi, jelas sekali bahwa siswa yang bernama Dewa itu menyukai Dyanra. sementar di luar sekolah ada Jo.

"Dokter Raihan!" panggil Dyanra. Raihan yang di panggil menolehkan kepalanya kearah Dyanra.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa, cuma tadi dokter melamun, jadi aku kagetin deh, takut kesurupan nanti," jawab Dyanra

"Kenapa kamu panggil saya dengan sebutan dokter, biasanya mas?" Tanya Raihan.

"Ini area sekolah dok, jadi tidak mungkin aku panggil mas," jawab Dyanra berbisik takut kedengaran siswa lain.

"Oh!" ucap Raihan memfokuskan pandangannya kedepan. Menunggu nama Dyanra di panggil, yang di depan sudah pasangan ke 13 berarti tinggal satu pasangan lagi sebelum mereka.

Raihan dan Dyanra terus memfokuskan pandangannya ke depan, sampai terdengar nama Dewa di panggil, Dewa dan keira adalah pasangan ke 14. Dapat Raihan lihat siswa yang bernama Dewa itu terlihat ahli dalam bermain basket, belum ada satu bola pun yang tidak masuk kedalam ring. Anak ini lawan yang kuat, meski kuat, tapi tetap lebih jago saya ucap Raihan dalam hati menyombongkan dirinya.

Jangan salah Raihan ini dulunya adalah kapten tim basket sekolah. Dari dia SMP sampai SMA. Dia juga pernah menjuara kompetisi basket antar sekolah. Jadi kepintaran Raihan dalam basket tidak perlu di ragukan lagi.

"Ok! pasangan Dewa dan Keira saat ini mendapatkan 50 poin, dan merekalah yang memimpin pada saat ini," teriak pak Yuda.

"Tinggal satu pasangan lagi, saya panggil ke depan, Dyanra dan dokter Raihan silahkan maju," panggil pak Yuda

Dyanra dan Raihan berjalan maju ke depan dengan bergadeng tangan. Permainan di mulai dari Dyanra yang memasukkan bola ke dalam ring. Tetapi Dyanra kesusahan karena tinggi badannya, Dia dari tadi terus melompat, tapi hanya beberapa bola yang berhasil masuk.

Raihan yang melihat Dyanra kesusahan, membantunya dengan cara berdiri dibelakang Dyanra dan memegang tangannya setelah itu melakukan Shooting. Beberapa siswa perempuan yang melihat itu merasa iri, karena banyak dari mereka menyukai ketampanan dari dokter itu.

"Ok tinggal 10 detik lagi, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2 1 permainan selesai," teriak pak Yuda.

"Ha!" Raihan menghela nafas dan segera berselonjor kaki dilantai lapangan. Dyanra yang melihat itu merasa kasihan.

"Pasti mas Raihan capek banget," batin Dyanra

"Anak-anak segera berkumpul bapak akan mengumumkan pemenangnya," teriak pak Yuda. Raihan yang mendengar itu segera berdiri dan mengajak Dyanra berkumpul.

"Pemenangnya adalah Dyanra dan pak Raihan!!" teriak pak Yuda.

"Kita menang Dy," ucap Raihan kepada Dyanra. Raihan yang merasa Dyanra tidak merespon segera mengalihkan pandangannya. Wajah Dyanra pucat sekali. Raihan yang sadar Dyanra sudah hampir pingsan segera menggedongnya dan membawanya ke UKS.

Siswa yang melihat itu kaget, melihat Dyanra pingsan di gendongan dokter Raihan.

"Anak-anak, lebih baik kalian beristirahat, urusan Dyanra biar dokter Raihan yan mengurus," ucap pak Yuda membubarkan siswa-siswanya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login