Aku tidak menyangka bahwa Ayah mempunyai penyakit jantung, gara-gara kejadian tadi pagi itu, Ayah menjadi sedikit pendiam daripada biasanya. Dirga sendiri ikut diam dan tidak mau berbicara apalagi melihatku. Martin sendiri tadi menyalahkan Kakaknya atas kumatnya jantung Ayah, tapi aku berusaha menenangkan dia agar tidak menyalahkan Dirga.
"Bagaimana, apa kamu sudah merasakan baikkan?" tanyaku kepada Martin. Martin menarik nafasnya dalam-dalam dan melihat kearahku dengan tatapan sendu, "Aku rasa cukup baik, kamu benar Carissa, aku harus belajar menenangkan diri dan mengontrol emosiku," ujarnya sambil mengacak gemas rambutku.
"Iya Martin, dengan beginikan kamu bisa menikmati hidup lebih tenang. Kalau kamu marah-marah tadi, bisa-bisa kamu tidak bisa tenang."
"Iya Risaa, kamu benar kok, sangat benar. Tapi kamu tidak merasakan sakitkan? Setelah bangun dari tidur semalam?" tanya Martin untuk memastikan.