Abdul melepaskan tautan bibirnya, lalu tersenyum menatap wajah cantik istrinya yang selalu saja membuatnya menjadi gemas. Dan seribu kali rasa sayangnya selalu bertambah semakin hari ke hari.
"Sampai sini aja, nanti kebablasan." Ucap Abdul sambil mengeluarkan senyuman termanis, cukup Yola jangan dipandangi terus suamimu, authornya takut kamu akan diabetes nantinya. Ha…
"Kebablasan, nabrak dong." Ucap Yola lalu tertawa kecil.
"kalau pakai mobil, kalau pakai hati bagaimana? Nabraknya apa?"
Yola tersenyum Ia lalu megingat apa yang dikatakan oleh Silvia, membenarkan apa yang dikatakan sahabat yang menjadi saudaranya itu.
Yola mengangguk, "Terimakasih."
"kenapa?"
"Karena kamu ga maksa aku buat itu__ " Yola bingung harus mengatakannya.
"Buat itu apa?"
"Ya buat itu.."
Abdul terkekeh, mengerti maksud Yola. "Aku ga mau malam pertama kita berakhir di rumah sakit. Horor." Lalu keduanya tertawa lebar.
"Sekarang kita nikmati masa-masa pacaran halal kita, halal mencium dan memeluk walau hanya sebatas itu, dan aku belum ingin lebih, karena yang aku ingin kan kita menyelesaikan sekolah kita dulu, aku ga janji bisa nahan sampai kita lulus kuliah soalnya. Itu terlalu lama sayang."
'Terimakasih kamu mau mengerti."
"Itu karena aku mencintaimu, lebih dari yang kamu tahu. Yolanda Mahendra."
Yolanda tersenyum hatinya berdebar penuh kebahagiaan. Ia tak tahu lagi apa yang harus Ia katakan, laki-laki didepannya ini sungguh membuatnya tak berdaya, dengan mudahnya Ia mengeser posisi Ramond yang dulu sangat Ia cintai, bahkan menganggap Ramond yang paling sempurna. Nyatanya Abdul mampu membuang penilaian itu semua, lalu mengeser tanpa diduga. Menerobos kerelung hati yang paling dalam.
'Mari kita pacaran, kalau perlu kita pakai surat-suratan, biar lebih asik, kayak kak Jhonatan sama Lala." Ucap Yola.
Abdul mencubit hidung Yola gemas, lalu menarik Yola ke dalam dekapan hangatnya.
"Ayo kita tidur, besok kalau kamu sampai rumah, kita mulai surat-suratan." Kata Abdul yang membuat Yola tersenyum dan mengangguk.
"Peluk." Ucap Yola, membuat Abdul terkekeh lalu merebahkan tubuhnya miring menghadap pada Yola.
"Kenapa kamu masih pakai jilbab?" Tanya Abdul sambil memeluk Yola.
"Takut kamu khilaf, kalau lihat aku ga pake jilbab." Ujar Yola. Lagi, keduanya tertawa lebar lalu sama-sama memejamkan matanya.
Malam semakin larut menghanyutkan umat kedalam damainya mimpi, hingga esok pagi akan menjelang untuk mengapai sebuah harapan.
Begitu pula dengan Yola dan Abdul, bersama-sama mereka mencoba untuk selalu membuka hati masing-masing, menumbuhkan rasa cinta dan sayang yang akan selalu mereka jaga sampai akhirat hayat. Sebuah ikatan suci pernikahan yang dilandasi dengan cinta dan keikhlasan menerima satu dengan yang lain dengan lapang dada. Akan membawa kebahagiaan serta keharmonisan dalam rumah tangga.
Pagi menjelang, sayup-sayup terdengar dari pengeras suara masjid rumah sakit. Abdul membuka mata, dilihatnya istrinya yang masih terpejam larut dalam mimpi, perlahan ia mencium kening istrinya sebelum berucap;
"Bagun sayang, udah subuh." Kata Abdul sepelan mungkin sambil membelai pipi Yola.
Perlahan Yola mengeliatkan tubuhnya, tanpa sadar jilbabnya terseingkap hingga memperlihatkan bagian dada atas Yola. Sedetik Abdul terpana melihat bagaimana mulusnya kulit tubuh Yola.
"Astaghfirullah, bangun sayang. Sebelum aku khilaf." Kata Abdul sambil menurunkan jilbab Yola yang tersingkap keatas tadi.
Yola membuka matanya perlahan, lalu tersenyum dan mencium pipi Abdul tanpa malu, membuat Abdul sedikit terkejut dengan spontanitas Yola.
Namun bukannya bangun, Yola malah kembali menelusupkan kepalanya di dada Abdul, membuat laki-laki itu harus menarik nafas panjang, baru kali ini mereka tidur dengan posisi sedekat itu. Jika ini terjadi terus menerus, Abdul yakin Ia akan merampas haknya sebelum waktu yang telah Ia tetapkan sendiri.
"Sayang, bangun dong. Kita sholat yuk. Ga mau kan suamimu yang ganteng ini dikutuk malaikat karena ga ngingetin kamu sholat subuh." Ujar Abduk yang membuat Yola terkesiap, lalu menarik nafas panjang dan akhirnya duduk bersandar di kepala ranjang.
"Maaf ya. Aku masih pingin dipeluk." Ucap Yola sambil menunduk.
Abdul tersenyum, "Nanti hais sholat, aku peluk lagi sepuas kamu dah." Bujuk Abdul.
"Baiklah, ayok kita sholat." Kata yola semangat.
Abdul turun dari ranjang terlebih dahulu, lalu membantu Yola turun dari ranjang dan mengandengnya ke kamar mandi.
"Kamu tunggu di sini dulu ya, aku mau pipis." Ucap Yola pada Abdul saat mereka sampai di depan pintu kamar mandi.
"Ya udah sana, nanti panggil aku kalau sudah selesai." Jawab Abdul lalu membiarkan Yola masuk ke kamar mandi sendirian dengan berpegang pintu dan dinding.
Abdul menunggu di samping pintu kamar mandi dengan bersandar ke dinding, dan tak lama kemudian Yola membuka pintu kamar mandi, karena Ia telah selesai membersihkan diri sekaligus berwudhu.
"Masuklah, aku sudah selesai." Ucap Yola, lalu Abdul masuk ke kamar mandi setelah memastikan Yola bisa sampai di tempat sholat yang sebelumnya telah Ia rapikan tanpa kendala apapun, Abdul menghawatirkan Yola yang tubuhnya masih sedikit lemah, walau kata dokter sudah tak memerlukan infuse untuk menambah staminanya.
Abdul segera membersihkan dirinya dikamar mandi, lalu berwudhu, setelah itu Ia buru-buru keluar kamar mandi dan menggunakan sarung yang sudah tersedia di atas sajadah di depan Yola.
"Sudah siap?" Tanya Abdul sambil menoleh kebelakang.
Setelah mendapat anggukan dari Yola, Abdul segera mulai memimpin sholat. Lalu berdoa dengan khusuk, setelah selesai semua rangkaian sholat, Yola mengulurkan tangannya pada Abdul, serta mencium tangan suaminya dan dib alas ciuman di kening oleh suaminya itu.
"Semoga Allah selalu memberkahimu, dan memberimu kesembuhan sehingga bisa mendampingi aku setiap saat." Doa Abdul lalu kembali mencium kening sang istri dengan sayang.
"Amiin." Jawab Yola, yang lalu memeluk tubuh sang suami.
"Sudah?" Ucap Abdul setelah hampir sepuluh menit Yola masih memeluknya dengan erat.
Yola mengurai pelukannya, lalu membuka mukena yang Ia kenakan, dan langsung merapikannya.
Saat Yola ingin merapikan tempat sholat mereka di atas karpet tebal, Abdul mencekal tangannya.
"Biar aku saja, kamu sitirahatlah."
"Tapi aku tidak capek."
"Kamu tetap butuh istirahat, sayangkuh.."
"Aku buatkan kamu minum ya, kamu mau minum apa?"Tanya Yola dengan tersenyum, Ia berharap bisa melayani suaminya dengan baik, walau kondisinya masih kurang sehat.
"Teh, manis aja." Ucap Abdul yang tak sampai hati menolak perhatian dan niat baik istrinya, walau sebenarnya Ia tak tega jika harus melihat sang istri melayaninya saat kondisinya sedang tidak baik.
Yola bangkit dari duduknya, dan berjalan ke sofa yang di sisi pojoknya ada sebuah dispenser serta peralatan untuk minum yang lengkap dari, kopi, susu, teh hingga krimmer.
"Ini, aku sudah buatkan kamu teh." Ucap Yola saat melihat Abdul menghampirinya.
"Terimakasih sayangku, harus tak kamu bikinkan juga tidak apa-apa, kondisimu kan belum baik sepenuhnya."
"Ga apa-apa kok, aku senang melakukan ini untuk kamu." Ucap Yola lalu bersandar di bahu Abdul yang duduk di sampingnya.