Download App
85.96% When You Belong Me / Chapter 49: Keputusan Abdul

Chapter 49: Keputusan Abdul

Martin kembali ke ruang tamu dimana Yola dan Fatih berada, wajahnya tenang walau tetap menyimpan aura dingin di wajahnya.

Ponsel fatih berdering, namun Ia hanya menatap ponsel yang menyala dihadapannya itu tanpa mau menyentuhnya dan membiarkan tergeletak di atas meja tamu.

"Kenapa tidak kamu angkat?" Tanya Yola.

"Aku tidak mengenal nomor itu." Jawab Fatih.

Martin mempercepat langkahnya lalu mengambil sesuatu di laci meja yang tak jauh dari tempat Yola dan Fatih berada.

"Angkat telponnya, aku akan memasang alat pelacak ini." Ujar Martin, Yola dan Fatih saling tatap lalu Fatih mengangguk.

Martin lalu segera memasang alat itu pada ponsel milik fatih, lalu memberikan instruksi pada Fatih untuk mengangkat panggilannya.

"Hallo."

"Hai anak muda… senang bisa mendengar suara mu kembali." Ucap suara di sebrang sana. Martin lalu menatap layar laptop lalu segera saja alat yang tadi di pasang pada ponsel milik Fatih menunjukkan sebuah peta. Martin sudah mengira ini adalah panggilan dari musuh mereka.

"Siapa kamu?" Tanya Fatih dengan rasa penasaran sekaligus jantung yang berdetak kencang.

"hahaha… Rupanya kamu termasuk orang yang mudah melupakan, tapi sayangnya kau sudah banyak tahu tentang kehidupanku. Maka aku harus memilih apakah aku atau dirimu yang hidup."

Fatih menatap Martin, lalu Martin mengangguk. "Sebaiknya memang harus begitu, kau harus membuat sebuah pilihan, begitu juga dengan diriku." Jawab fatih kini rasa takutnya mulai mereda.

"Begitukah? Kau sangat cerdas anak muda."

"Berhati – hatilah dengan pilihan anda, Tuan." Ujar Fatih.

Orang di seberang sana terkekeh mendengar apa yang disampaikan oleh Fatih, "Itu juga berlaku untuk dirimu."

"Baiklah."

Fatih memutuskan sambungan teleponnya lalu meletakkan kembali ponselnya diatas meja. Martin duduk di sofa dengan menyilangkan kedua kaki serta kedua tangan berada samping kanan dan kiri sofa.

"Mereka sudah terang – terangan menantangmu, Fatih." Ucap Martin.

"Benar Tuan."

"Jadi, apa yang harus kita lakukan, aku yakin mereka telah menyusun sebuah rencana." Kata Yola dengan memandang Martin dan Fatih bergantian.

"Masuk lah ke Interpol, suami sudah mengijinkan kau menjadi bagian dari Kami, itu artinya kamu pun menyetujuinya kan fatih?" Tanya Martin dengan tatapan tajamnya.

Fatih mengangguk, Martin lalu berdiri dan kembali meninggalkan mereka lalu masuk ke sebuah ruangan yang ternyata adalah ruangan kerja milik Martin.

"Yola, mulai hari ini kita berdua tidak akan menjadi Fatih dan Yola yang sama seperti dulu." Ucap Fatih.

Yola menarik nafas panjang, lalu mengangguk "Aku tahu, kita harus lebih berhati – hati sekarang. Kita tidak hanya memikirkan keselamatan kita, namun juga keselamatan keluarga kita."

"Ya, semoga pilihan ini adalah pilihan yang tepat."

Selesai Fatih mengucapkan kalimat itu, Ia lalu menatap kea rah Martin yang kembali datang bergabung bersama mereka.

"Isi data ini dengan benar. Besok selesai kuliah kalian langsung menuju ke kantor Interpol disana kalian akan mulai dibimbing oleh para ahli." Martin menatap Yola dan Fatih yang juga menatapnya dengan seksama.

"Apa kalian keberatan?" Tanya Martin.

Keduanya mengeleng, "Tidak Tuan." Ucap Fatih.

"baiklah. Silahkan diisi aku tinggal dulu." Ujar Martin, lalu kembali meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.

Martin berdiri tepat disisi kolam rumahnya, masih teringat dibenaknya apa yang di katakan oleh Abdul padanya menyangkut Yola. Tarikan nafas berat menandakan apa yang di katakan Abdul adalah sesuatu yang membuatnya berikir dengan keras.

"Ada apa Tuan?" Ucap Jason Asisten Martin yang juga ikut berdiri di samping Martin yang sedang menatao kolam.

"Jason, apa yang membuat dirimu menikahi Sonya?" Tanya Martin, membuat Jason mengerutkan dahinya.

"Mungkin alasan saya adalah alasan yang sama dengan anda ketika menikahi mantan istri anda, Tuan."

"Tapi kau tidak bercerai dan aku bercerai, mengapa kau dan Sonya bisa begitu setia?" Tanya Martin lagi.

"Mengapa Tuan menanyakan hal itu, maaf Tuan tidak biasanya anda membicarakan hal pribadi, apa anda sedang ada masalah? Apa mantan istri anda melakukan sesuatu yang menganggu anda?"

Martin menoleh menatap Jason yang menjadi bingung harus berbuat apa mendapat tatapan tajam dari bos nya itu.

"Jawab saja." Ucap Martin.

Jason menarik nafas panjang, "Karena saya menyayangi istri saya, dan menerima dia apa adanya, begitu juga dengan istri saya. Kami berkomitmen membesarkan anak kami bersama sampai maut memisahkan kami." Jawab Jason sedangkan Martin masih menatapnya dengan tatapan tajam dengan mode menyimak setiap detail kalimat yang di sampaikan asistennya itu.

"Apa yang akan kau lakukan jika istrimu dalam bahaya?"

"Tentu saja menyelamatkannya."

"Jika untuk menyelamatkannya kau harus memberikan istrimu pada laki – laki lain, apa yang kamu lakukan?"

Jason menatap bosnya, Ia menjadi tak memahami mengapa sang bos menanyakan hal yang menurutnya tak masuk akan bahkan belum tentu terjadi dengan mereka.

"Mungkin saya akan melepaskan istri saya."

"Melepaskan? Bagai mana bisa? Sedangkan kau telah berjanji akan selalu bersama dengannya."

"Asalkan istri saya selamat saya yakin suatu saat kami akan bertemu kembali."

"bagai mana kamu bisa seyakin itu? Bagai mana jika istrimu justru jatuh cinta pada laki – laki yang menyelamatkan dirinya?"

"Satu hal yang harus aku lakukan yaitu percaya pada cinta yang dimiliki istriku."

"Baiklah, kamu urus mereka berdua." Ucap Martin sambil menoleh pada Yola dan Fatih dari tempatnya berdiri.

"Baik Tuan. Mereka adalah anak – anak yang jenius tuan."

"Dari mana kamu tahu?" Tanya Martin dengan mengerutkan dahi.

"Ini tuan." Jason menyerahkan dokumen yang sedari tadi Ia pegang namun belum sempat di berikan pada Martin, karena Ia telah di berondong dengan pertanyaan yang aneh menurutnya. Bosnya bukan tipe laki – laki yang mau tahu dengan urusan perasaan dan cinta, namun sekarang ia ditanya dengen hal – hal yang menyangkut dua hal tersebut.

"Mereka telah membuat alat pendeteksi suara, dan pelacak jarak jauh." Ucap Martin lalu beralih menatap Jason masih dengan kerutan di dahinya.

"Ya Tuan, mereka salah satu penemu muda, jika kita tak menyelamatkan mereka, aku khawatir akan banyak pihak yang akan memanfaatkan mereka berdua."

Martin mengangguk – anggukkan kepalanya, "Mereka masuk interpol, maka dari itu aku menyuruhmu untuk mengurus mereka, dan satu lagi selama mereka masih dalam tahap pelatihan awasi mereka, jangan sampai sesuatu terjadi pada mereka berdua. Aku tahu selain musuh yang sedang mengincarnya seperti yang kamu katakan banyak pihak yang akan mencari mereka berdua."

"baik Tuan."

Martin berlalu dari hadapan Jason dengan membawa dokumen yang tadi di berikan oleh Jason untuknya, berbagai pikiran berkecamuk di dalam otaknya, juga sebuah perasaan yang menganjal di lubuk hati, yang entah bagai mana caranya ia menangani hatinya itu. Ia pun tak tahu.


CREATORS' THOUGHTS
Rindu_Ughi Rindu_Ughi

Jangan Lupa Komentarnya kakak... terima kasih.

next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C49
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login