"Sayang, makasih ya, atas pengertian kamu, kamu rela ga jadi jajan, demi pembangunan pesantren." Ucap Abdul sambil membelai kepala Yola saat mereka telah selesai sholat dzuhur berjamah, dan kini duduk di balkon yang tertutup tirai dari bamboo sehingga tak terlihat dari luar.
"Ya, sama-sama. Itu memang kewajiban kita kan?" Kata Yola menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada Abdul.
"Sayang, tadi aku bahas sesuatu dengan Abah." Ucap Abdul masih dengan membelai kepala Yola.
"Bahas apa?" Tanya Yola lembut.
"Bahas malam pertama." Ucap Abdul cuek, namun tidak dengan Yola yang langsung mendongak melihat wajah tamoan suaminya.
"kenapa?" Tanya abdul.
"Ga apa-apa kok. Memang Abah ngomong apa?"
"Kata Abah tidak masalah jika aku megeluarkan sperma diluar kandungan, apa kamu keberatan?" Tanya Abdul lirih.
"Kenapa?"
"Karena kita belum saatnya punya anak."
"Ya ga usah dilakukan kalau belum saatnya punya anak." Jawab Yola.
"kalau aku sudah ga tahan bagaimana?"
"Serius?"
"Ya misalnya aja."
Yola menyamankan rebahannya didada abdul, Paling tidak kita sudah bukan anak SMA lagi jika itu terjadi." Jawab Yola.
Abdul tersenyum, "Baiklah sayangku. Aku akan menunggu."
"Terimakasih."
"Jam berapa besok kita berangkat?"
"setelah subuh, jadi kita tidak kesorean sampai di rumah kamu."
"Ok, aku kangen kamarku."
"Aku bakal diajak tidur di kamar kamu apa enggak?"
"Ya iyalah, masa tidur di kamar terpisah. Ga maul ah."
"Dasar, bucin."
"yang ngomong juga."
Keduanya terkekeh, "Masuk yuk, aku ngantuk. Sekali-kali pingin tidur siang, mumpung kantor libur." Kata Abdul.
"Yuk. Aku temani." Ucap Yola lalu masuk ke dalam kamar mereka setelah menutup pintu balkon kamar mereka.
Abdul lalu mengendong Yola seperti koala yang mengendong anaknya, lalu Yola menautkan bibir mereka hingga Abdul merebahkan dirinya di atas ranjang dan Yola berada di atasnya.
"Kamu sekarang semakin berani ya." Kata Abdul disela-sela ciuman mereka.
"Ga tahu, rasanya pingin aja kalau di dekat kamu tuh, pinginnya kayak gitu, nyium kamu terus." Kata Yola dengan nada polos tak mengerti apa yang sedang terjadi dengan tubuhnya.
Abdul merubah posisi hingga sekarang Yola yang di bawah dan dia atas, tubuh Yola terkungkung oleh tubuh Abdul.
"Aku pun merasakan hal yang sama, tiap kali berdekatan denganmu, ingin selalu merasakan kembali ciumanmu." Ucap Abdul lalu kembali mencium bibir Yola dengan lembut, kedua tangan Yola mengalung kembali di leher Abdul.
Semakin lama ciuman itu semakin dalam dan tak terkendali, bahkan Abdul mebgikuti naluri laki-lakinya, bibirnya beralih pada bahu Yola membuat Yola mengerang halus dan sedikit tertahan. Yola memeluk Abdul lebih erat saat tangan Abdul mulai menjamahi seluruh tubuhnya.
Mata Yola semakin berkabut, begitupun dengan Abdul, apa lagi saat merasakan tubuh Yola yang mengeliat dibawahnya, Tubuh Yola mengigit yang membuatnya semakin erat memeluk Abdul saat Abdul membawanya untuk merasakan kebahagiaannya dalam sebuah kenikmatan.
Setelah beberapa kali melepaskan kebahagian, akhirnya Yola tertidur lelap dengan perasaan puas diatas ranjang. Sedangkan Abdul memilih untuk mandi air dingin lalu menggaji untuk menghilangkan panas di tubuhnya. Sungguh Ia tidak ingin melakukan itu sekarang pada Yola seperti janjinya.
Sore menjelang, Yola terbangun dari tidurnya dengan perasaan puas dan bahagia serta tidurnya yang Ia rasa semakin nyaman. Lalu Ia mengingat sesuatu, mengingat apa yang dilakukan Abdul hingga Ia merasakan kepuasan. Yola meraba daerah intimnya lalu segera lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Abdul masuk ke dalam kamar setelah tadi selesai mengaji lalu Ia pergi ke kamar pengurus untuk sekedar meredakan rasa ngantuknya, Ia tak ingin tidur di sisi Yola pada saat itu, kaena Ia hawatir gelora panas membara karena nafsunya kembali terbangkitkan.
"Sayang." Panggil Abdul, lalu Ia mendengar gemericik air di kamar mandi.
"kau sedang mandi?" Tanya Abdul di depan pintu kamar mandi.
"Ya." Jawab Yola singkat.
"Baiklah aku menunggumu." Ucap abdul lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamar itu dan menunggu Yola yang sedang mandi.
Tak berapa lama Yola keluar menggunakan mantel mandi dan juga handuk yang Ia pakai untuk membungkus kepalanya. Yola duduk di samping Abdul, lalu menoleh pada Abdul yang edang menatapnya.
"Udah seger nih." Ucap Abdul.
"Coba aku cium, dah wangi belum." Lanjut Abdul lalu mendekatkan hidungnya ke leher Yola.
"harum." Ucap Abdul.
Yola diam saja namun matanya menatap Abdul tajam.
"kamu ngapain aku tadi siang?" Tanya Yola pelan.
"Memang apa?" Tanya Abdul balik, sambil tersenyum lebar, sejujurnya Ia tahu apa yang Ia lakukan tapi ia ingin Yola sendiri yang mengatakannya.
Yola lalu memeluk Abdul, "Aku malu." Ucap Yola. Abdul tertawa, "Tapi enak kan? Kamu aja sampai menikmati gitu." Goda Abdul membuat Yola memukul-mukul dada Abdul.
"Iseng."
"Iseng yang bikin istri puas itu hadiahnya pahala."
"Tapi aku tak membuatmu puas." Ujar Yola menatap Abdul.
"Itu karena aku yang menginginkan, suatu saat aku ingin lebih, tapi bukan sekarang sayang, cukup sampai disitu permainan kita, Ok?" Ucap Abdul sambil membelai pipi Yola dengan lembut.
"Aku kira tadi kamu beneran mau minta jatahmu."
Abdul tersenyum, "Jika itu Iya, aku tak mungkin melakukannya di rumah, aku justru ingin melakukannya di tempat yang special."
"Dimana?"
"Kamu maunya dimana?"
"Di Villa dengan pemandangan pantai yang indah."
"Ok, kamu akan mendapatkannya nanti Nyonya."
Yola mempererat pelukannya pada Abdul, "bagaimana kamu tahu caranya memberi kepuasan?" Tanya Yola.
"Naluri laki-laki dong sayang." Ucap Abdul, lalu menuntun Yola ke lemari baju mereka dan mencari satu baju yang terlihat elegan, walau hanya stelan dengan jilbab utuk dirumah.
"Ini." Ucap Abdul memberikan pakaian yang Ia pilih dari lemari baju mereka.
"terimakasih."
"sama-sama. Pakailah disini."
"Apa?"
"Aku sudah merasakannya, pakai disini."
Akhirnya Yola menurut, mengganti mantel mandinya dengan baju yang telah dipilihkan oleh Abdul untuk dirinya.
Yola masih menutupi dengan mantel saat Ia menggunakan pakaiannya, jadi Abdul tak melihat secara gambling lekuk tubuh Yola.
"Kamu memang cantik." Ucap Abdul lalu memeluk Yola dari belakang, dan membelai tubuh bagian depan Yola perlahan membuat Yola kembali memejamkan matanya.
"Jangan sampai aku mandi dua kali, sayang." Ucap Yola, yang membuat Abdul terkekeh.
"Maaf sayang, aku hanya ingin membuatmu lebih terbiasa dengan sentuhanku, ga lebih dari itu."
Yola menahan tangan Abdul yang hendak menurunkannya.
"kenapa?"
"Tidak apa-apa, maafkan aku kau berhak untuk itu, jika kau menginginkannya sekarang pun_" Yola menghentikan ucapannya tatkala jemari Abdul menyentuh bibirnya, tanda untuk Ia berhenti bicara.
"Aku menunggumu, sayang."
"Ya, aku yakin aku akan lulus akselerasi." Ucap Yola yang memang sudah pasrah untuk hidup semati bersama Abdul apapun yang terjadi nanti.