Suara burung berkicau di ranting pepohonan yang dihias oleh sejuknya embun yang ikut menetes diantara dedaunan.
Sepasang muda-mudi yang masih bergelung dengan selimut tebal mereka, serta tubuh yang saling membelit, dan bibir saling terpaut satu sama lain lalu senyum keduanya bak sinar mentari yang saling menghangatkan. Merasakan rasa bahagia yang tak terkira, karena dapat selalu berdampingan dengan seseorang yang mereka cintai dengan cara yang halal.
"Ehm, udah ayo bangun, nanti kita telat sholat subuhnya, sayang." Ucap Abdul sambil membelai pipi Yola dengan lembut.
"Ehm, masih ingin begini."Gumam Yola yang malah mempererat dekapannya pada Abdul.
"Eh, subuhan dulu."
"Sebentar lagi, belum adzan kan."
"Tapi sebentar lagi Adzan."
"Ya udah, bentar lagi sih, Cup.. cup…cup…"Yola justru dengan sengaja mengecup leher Abdul yang ada di hadapannya berulang kali, membuat Abdul mengerang halus karena tindakan Yola.
"Yang, udah.. nanti aku tidak tahan, lalu berbuat lebih padamu bagaimana?" Kata Abdul dengan mencoba menghindari ciuman Yola pada lehernya, namun sayangnya Yola justru beralih pada dadanya, Yola dengan nyaman menyusupkan wajahnya di dada Abdul, membuat Abdul berkali-kali harus menarik nafas panjang.
"Sayang."
"Ehm."
"Udah."
"Ehmmmm."
Abdul terkekeh saat Yola hanya menjawabnya dengan rengekan. Kemudian Abdul dengan sengaja membalikkan posisinya hingga sekarang Yola terkungkung dibawah tubuhnya.
Lalu tanpa aba-aba Abdul lalu menyerang bibir istrinya itu dengan lembut tapi intens. Menyusuri setiap lekuk leher sang istri yang putih dan mulus lalu perlahan turun ke dada sang istri dan meninggalkan beberapa bekas merah disana.
Yola mengelinjang saat mulut suaminya mengungkung pucuk merah yang mengeras ketika tersentuh oleh lidah binal sang suami. Namun kali ini Abdul menghisapnya perlahan, karena tak ingin membuat Yola menjadi kesakitan, atau justru membuat buah kesukaannya itu membengkak karena kerakusannya.
Yola menikmati setiap deraian cinta yang diberikan oleh sang suami, begitu juga dengan Abdul yang begitu menikmati buah yang tak sembarag orang bisa menjamahnya, apa lagi memetiknya, karena itu hanya miliknya.
"Yang.." Panggil Abdul dengan suara parau, kedua mata yang telah tersulut gairah itu saling tatap lalu sedetik kemudian mereka kembali menyatukan bibir mereka dengan khidmat.
"Yang."
"Hm."
"Yola."
"Abdul." Panggil Jelita dari balik pintu kamar.
Keduanya kembali saling tatap, lalu serempak menjawab," Ya, Bunda."
"Kalian sudah bangun rupanya, maaf jika bunda menganggu, hanya saja bunda mau bilang kalau bunda dan ayah akan pergi ke rumah Om Ronald, karena tante Rena sakit, tidak ada yang menjaga adiknya Fatih. Bunda dan ayah akan kembali saat waktunya sarapan." Kata Jelita dari balik pintu.
Yola yang sudah merapikan baju tidurnya lalu segera membuka pintu sedikit lebar untuk bundanya.
"Iya Bunda." Kata Yola setelah pintu terbuka.
"Ya sudah, jangan lupa sholat subuh."
"Yola lagi ga sholat, bun."
"Oh. Kirain tadi kalian lagi…"
"Ih bunda."
Jelita tertawa lebar, "Ya sudah, bunda dan ayah berangkat ya, nanti mbok Rahmi yang menyiapkan sarapan. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, bunda." Lalu Yola kembali menutup pintu kamarnya dan melihat Abdul yang duduk bersandar kepala ranjang, dengan tubuhnya yang tertutup selimut tebal.
"Kesalahanku, karena melupakan kalau istriku sedang cuti sholat, pantas saja di ajak sholat mundur-mundur terus."
Yola mengaruk tengkuknya, lalu kembali melangkah ke ranjang dimana suaminya sedang menatapnya intens.
"Maaf, yang." Ucap Yola.
"Kamu nakal, untung bunda manggil, kalau aku udah ngebet banget gimana coba? Jangan-jangan kamu sengaja ya godain aku."
"Ih, nuduh. Ya enggaklah, aku kan memang lagi pingin peluk-peluk, cium cium kamu aja." Yola berkilah.
"Nakal kamu ya." Ucap Abdul sambil mencubit hidung Yola gemas.
"Maaf sayang."
"Iya, tapi kalau besok kamu sengaja godain aku lagi, awas lho ya. Ga ada ampun." Jawab abdul sambil menyatukan hidung mereka lalu mengusaknya.
"Iya deh iya. Sana mandi terus sholat. Bunda dan Ayah pergi ke rumah Fatih, karena tante Rena sedang tidak enak badan jadi bunda ambil adiknya Fatih dulu untuk dibawa kemari."
"Oh begitu, asik dong nanti kamu bisa main sama adiknya Fatih."
"Iya lah, kamu pergi ke kantor lagi kan sama Ayah?"
"Iya sayang, mumpung aku disini jadi ada kesempatan untuk bantu ayah."
"Ya udah, sana kalau mau mandi."
"Ok." Abdul mengecup kening Yola sekilas lalu turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.
Yola mengambil ponsel miliknya, lalu membuka aplikasi pencarian dan mencari tempat yang indah di nagara A, untuk ber wisata bersama Abdul setelah mereka sampai di negara A.
"Ini pantainya bagus, dan ini pegunungannya bagus, duh kemana ya, tempatnya berjauhan lagi." Gumam Yola sambil mensecroll layar ponselnya mencari destinasi hiburan yang romantis.
"Kesini kayaknya bagus deh." Gumam Yola, lalu tak lama Abdul keluar dari kamar mandi dan menatap istrinya yang sibuk dengan ponsel.
"Lagi lihat apa sih, serius amat."Kata Abdul membuat Yola terlonjak kaget, karena Ia belum menyiapkan baju yang akan dipakai suaminya.
"Nih." Kata Yola sambil menyodorkan ponsel miliknya pada Abdul.
Yola lalu bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju ke lemari baju dan mengambilkan baju yang akan dipakai oleh Abdul.
"Kamu mau kesini, yang?" Tanya Abdul, sambil melirik pada Yola.
"Iya, denganmu."
"seriusan?"
"Iya lah, serius."
"Oke, kita kesana besok ya." Ucap Abdul lalu meletakkan ponsel Yola diatas nakas, dan meraih baju yang telah disiapkan Yola disamping Ia duduk.
"Bener ya."
"Inshaallah."
"Ya udah sana sholat dulu, jangan lupa doakan istrimu ini."
"Tak pernah lupa kalau itu sayang." Ucap Abdul lalu mengambil sajadah dan mengelarnya diatas karepet tebal yang tak jauh dari ranjang mereka.
Yola menatap suaminya yang sedang menunaikan sholat dengan tersenyum bangga, lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, Abdul telah selesai menunaikan sholat subuh, lalu kembali merapikan sajadahnya ke tempat semula. Dan telingganya masih mendengar suara air bergemericik yang atinya Yola sedang berada di kamar mandi.
Abdul keluar dari kamarnya, lalu menyusuri tangga dan berhenti di pinggir kolam renang, ternyata di sana ada Yusuf yang sedang duduk di pinggir kolam melihat Pak Karim yang sedang berrenang.
"Maaf gus, tadi saya sudah ijin Pak Danil, mau berenang dan beliau mengijinkan, jadi saya langsung nyebur." Kata Pak Karim.
"Silahkan saja, Pak. Kamu ga ikut berenang Yusuf?"
"Malu. Takut ada mbak Yola."
"Oh."
Mbok Rahmi datang mengantarkan minuman hangat untuk mereka, lalu meletakkannya di atas meja.
"Minumnya, Den Andul, Sama Pak Karim dan Mas Yusuf."
"Terimakasih mbok, sekalian tolong coklat hangat untuk Yola ya mbok."
"Siap." Jawab Mbok Rahmi lalu meninggalkan mereka ber tiga untuk ke dapur membuat coklat hangat untuk anak majikannya.
"Mbak Yola beruntung banget dapat mas Abdul." Gumam Mbok Rahmi.