"Ana? Ibu bertanya padamu,"
"Apa pria itu pernah menemuimu sebelumnya?"
Anastasia masih bimbang untuk mengutarakan jawabannya. Getaran kecil pun ia rasakan pada kedua telapak tangannya.
"Tidak, bu," Akhirnya ia menjawab meski merasakan takut yang luar biasa.
"Tidak masalah jika pria itu menemuimu, ibu juga belum sempat berterima kasih padanya." Sambil mengeluarkan bahan-bahan masakan dari tas plastiknya.
"Ibu belanja banyak sekali?" Tanya Anastasia penasaran.
"Ya, kebetulan ibu mendapat uang banyak kemarin,"
"Darimana?"
"Kau tidak usah banyak tanya, harusnya kau bersyukur hari ini bisa makan sup!"
Namun Anastasia masih heran. Bagaimana cara sang ibu mendapatkan uang selama ini? Karena setahunya ibunya tidak memiliki pekerjaan. Tapi anehnya, setiap malam ibunya selalu pergi tanpa pamit padanya.
Seperti halnya malam ini. Ia melihat ibunya berdandan sangat cantik dibalut long drees merah maroon, terlihat sangat seksi baginya.
"Ibu mau kemana?"
"Kerja." Singkat ibunya.
"Syukurlah, ibu sudah memiliki pekerjaan." Dalam batin Anastasia.
Kemudian ibunya pergi begitu saja setelah berdandan di depan cermin, seperti biasanya, tanpa pamit.
Lalu Anastasia masuk kembali ke kamarnya dan melihat dari jendela. Ia melihat ibunya sedang di jemput oleh seorang pria tua yang masih bugar dan berpakaian rapi ala pejabat tinggi dengan mobil mewahnya.
"Siapa pria tua itu?" Anastasia bertanya-tanya seiring mobil itu berlalu.
Semalaman ia menunggu ibunya pulang sampai ia tertidur. Namun sang ibu tak kunjung pulang hingga pagi menjelang.
Alhasil, Anastasia terpaksa membuat sarapan paginya sendiri. Beruntungnya gadis kecil itu lumayan pandai memasak, sejak sang ibu seringkali meninggalkannya pergi. Sambil melihat acara memasak di televisi, ia pun mengikuti instruksinya dengan seksama.
Pagi ini, ia mencoba memasak nasi goreng sosis dan ia berhasil. Rasanya juga sangat enak menurutnya. Anastasia pun tersenyum saat mencicipinya. Tak lupa juga ia membuatkan satu porsi lagi untuk ibunya. Agar saat kembali, ibunya segera sarapan.
Tak lama kemudian, sang ibu datang. Ia hanya masuk lalu pergi ke kamarnya, tanpa sepatah kata apapun.
"Ibu, ini aku buatkan sarapan untuk ibu," Mengikuti ibunya dari belakang.
Tapi sang ibu malah menutup pintu kamarnya rapat-rapat.
"Ibu? Makanlah, selagi masih hangat," Sambil mengetuk pelan pintu kamarnya.
"Pergilah." Ujar sang ibu yang terdengar lemas.
Anastasia mendengus pelan lalu kembali ke meja makannya. Seiring menyantap nasi goreng buatannya, ia melihat pria tampan itu dari jendela rumahnya. Pria itu berdiri di depan pagar.
Dengan senang hati, Anastasia pun menghampirinya. Berlari ke arah pria itu dengan senyum cerahnya.
"Hei, gadis kecil, kau terlihat senang hari ini, syukurlah," Sapa pria tampan itu yang seolah tak pernah terlepas dari senyum manis yang selalu ia persembahkan.
Anastasia mengulurkan tangan kecilnya, mengajaknya berjabat tangan.
"Anastasia, namaku Anastasia."
"Nama yang indah untuk gadis cantik sepertimu," Balas pria itu dengan jabat tangan lembutnya.
"Namaku Antonio, tapi panggil saja Tony agar lebih mudah."
"Oh ya, apa ibumu ada di rumah?"
"Ada, tapi dia sedang istirahat setelah semalaman bekerja," Jawab Anastasia polos.
"Bekerja? Semalaman?" Tanya Tony heran.
"Ya, maafkan aku,"
"Tidak perlu minta maaf, mungkin lain kali aku mampir kesini lagi," Ujar pria tampan berjambang tipis itu.
"Tony darimana?" Tanya Anastasia ketika melihat pakaian ketat Tony yang basah kuyup karena keringatnya.
"Aku dari jogging, lari pagi lebih tepatnya, setiap hari aku lewat sini,"
"Itu artinya rumah Tony berada di dekat sini ya?"
"Ya, benar, tidak jauh dari sini. Kau pintar menebak juga, Ana. Bolehkah aku memanggilmu Ana?"
"Boleh, sesuka hatimu saja." Anastasia tersenyum.
"Baik, kalau begitu aku pamit, sampai bertemu lagi, Ana," Lalu melanjutkan aktifitasnya.
"Tony!" Seru Anastasia kemudian.
"Ya, Ana?!" Balas Tony dari kejauhan.
"Hati-hati di jalan ya!" Sembari melambaikan tangannya.
"Kau juga!" Balas Tony dengan senyum.
***
Rupanya, Anastasia masih saja memikirkan momen itu. Disaat ia pertama kali mengenal Tony. Jujur itu pertama kalinya ia mengenal lawan jenisnya, yang juga lebih tua jauh darinya.
Entah apa yang ia lihat dari sosok Tony. Pria tampan dengan rambut klimis nan rapi dan tubuh atletisnya yang turut melengkapi ketampanannya. Yang pasti, Anastasia mulai merindukannya malam ini.
Ia tersenyum sendiri di kamarnya, hingga sang ibu memergokinya.
"Ana? Ada apa denganmu?"
Seperti biasa, ibunya sudah terlihat cantik dan seksi saat memasuki kamarnya.
"Tidak ada, bu," Jawabnya gugup.
"Lalu mengapa kau senyum-senyum sendiri? Apa kau sudah mulai gila?"
Ketika ibunya bersikap kasar, Anastasia selalu memilih untuk mengalah dengan cara diam.
Dan seperti biasanya, sang ibu selalu tidak pamit dengannya. Pergi begitu saja. Anehnya, malam ini pria yang menjemputnya itu lain lagi. Bukan pria yang ia lihat sebelumnya dari jendela kamar.
Namun apalah daya ia hanya bisa melihat itu semua. Tanpa mengetahui alasan yang jelas dari ibunya.
Seiring ia berbalik badan dari balik jendela, suara seorang pria yang tak asing turut menyapanya. Suar itu terdengar dari halaman rumahnya. Menyebut namanya berulang kali.
Ternyata Tony yang sudah berdiri di depan pagar rumahnya. Anastasia dengan senang hati berlari menghampirinya.
"Wo wo wo, jangan lari, Ana! Hati-hati, kau bisa terjatuh," Seru Tony ketika melihat Anastasia berlari ke arahnya.
Anastasia tertawa girang sesampai di pagar.
"Hai Tony," Sapa Anastasia setelah itu dengan senyum manisnya.
"Ana, bagaimana harimu?"
"Sama, seperti biasanya," Jawabnya polos.
"Mengapa begitu? Apa ada masalah?"
"Tidak ada, karena aku sangat senang saat ini," Sembari mengayun-ayunkan salah satu kakinya, seolah gugup namun tertahan.
"Senang? Syukurlah kalau begitu." Tony tersenyum kembali.
"Oh ya, aku baru saja melihat ibu dan ayahmu dengan mobil disini..."
"Dia bukan ayahku, ayahku meninggal 2 tahun yang lalu," Potong Anastasia yang membuat Tony merasa bersalah.
"Oh, maafkan aku, Ana, aku tidak tahu,"
"Tidak apa, Tony, lagipula aku sudah melupakannya."
Tiba-tiba saja Tony merasa iba padanya. Gadis kecil yang ia kenal beberapa hari ini ternyata anak yatim. Batinnya pun terucap, gadis kecil cantik yang malang.
Namun Tony juga salut pada Anastasia. Gadis seusianya cukup tangguh dalam menjalani kehidupannya yang sebetulnya sangatlah sulit. Tetap tegar.
"Andai saja ibumu ada di rumah sekarang, mungkin aku akan mampir sebentar." Lanjut Tony.
Lalu Anastasia membuka pagarnya dengan serangkaian kunci rumah yang ibunya tinggalkan di pintu rumahnya.
"Masuklah, Tony." Sahut Anastasia.
"Maaf, Ana. Mungkin lain kali saja ketika ibumu ada di rumah..."
"Aku tidak tahu kapan ibu pulang, terkadang tak menentu, lagipula, ia juga tidak pernah berpamitan denganku saat ia pergi tiap malam," Potong Anastasia kembali.
"Tapi tidak mungkin juga aku masuk tanpa seizin orang tuamu, Ana,"
"Ibuku pergi meninggalkanku begitu saja malam ini. Apa Tony akan meninggalkanku juga?"
Sungguh, pertanyaan polos dari Anastasia itu membuat Tony bimbang dalam sekejap.