Download App
69.23% Veracious Hearts / Chapter 9: Pergi ke Ibukota

Chapter 9: Pergi ke Ibukota

[Iris mata hijau miliknya itu sangat cantik. Aku jadi penasaran bagaimana jika iris hijau itu berganti dengan iris merahnya.]

***

Kereta kuda itu melaju dengan kecepatan stabil. Melintasi hutan dan jalan setapak menuju Ibu Kota yang berjarak 13 km jauhnya. Rheno yang menjadi kusir tampak bersenandung ria, sementara Zeira menemani Arina berbincang dengan hangat.

"Wah, ini pertama kalinya aku pergi ke Ibu Kota," ucap Arina seraya menoleh ke luar jendela. Ia mengenakan gaun biru selutut yang tak mencolok dengan jubah hitam yang tersampir di punggungnya. Tak lupa sepasang sarung tangan tipis putih dikenakan untuk menutupi ukiran lambang sihirnya.

"Syukurlah Anda merasa senang," ucap Zeira seraya terkekeh pelan.

"Tentu saja. Karena di Arcadian … aku tidak bisa pergi sebebas ini," ujar Arina dengan nada sedikit sedih. "Rasanya … sangat berbeda dari negaraku dulu."

"E-eh? Ma-maafkan kelancangan saya—"

"Tidak apa," potong Arina yang kini tersenyum, menenangkan Zeira yang tengah panik. "Itu sudah menjadi rahasia umum kok di Arcadian. Soalnya kakakku itu memang sangat protektif orangnya."

"O-oh, A-anda punya seorang kakak, Nyonya?" tanya Zeira dengan nada hati-hati. Ia takut membuat Arina berwajah sendu kembali.

"Iya. Sebenarnya sih kakak kembar, hehehe."

"Eh? Anda terlahir kembar?" tanya Zeira yang tak bisa lagi menyembunyikan rasa penasarannya. "Pasti kembaran Anda tak kalah cantik ya!"

"Iya. Tapi sayangnya, kembaranku bukan perempuan, tapi seorang laki-laki," jawab Arina dengan pandangan menerawang, membayangkan wajah sang kakak. "Dia … meski amat keras dan protektif, tetapi sebenarnya dia sangat menjagaku karena keterbatasanku ini. Mungkin … jika aku tidak memiliki dia, aku pasti tidak akan kuat melewati semuanya sebelum bertemu Arthur."

Zeira mengerjap, memperhatikan sorot mata Arina yang berubah teduh. Di mata Zeira, Arina tampak sangat menghargai dan menghormati kakak kembarnya. Bahkan, Zeira bisa melihat adanya kilatan kerinduan dari bola mata itu.

Ah, Zeira jadi penasaran apa yang telah dialami oleh Arina di Arcadian. Karena sepertinya, ada suatu kisah gelap di balik senyumannya itu.

"Anda kuat kok, Nyonya," ucap Zeira pada akhirnya. Membuat Arina kembali menatapnya dengan sedikit terkejut. "Mungkin … saya memang belum mengenal Anda terlalu jauh, tapi saya yakin kalau Anda itu orang yang sangat kuat, Nyonya."

"Kenapa kamu bisa bilang begitu?"

"Karena buktinya, Anda telah berhasil berada di titik sekarang, Nyonya."

Arina bergeming sesaat. Tidak menyangka akan jawaban Zeira. Tapi detik kemudian, ia tersenyum manis.

"Terimakasih, Zeira."

***

Satu setengah jam kemudian, mereka akhirnya sampai di Ibu Kota. Setelah memarkirkan kereta kudanya, Arina melangkahi riuh hiruk piruk ibu kota bersama Zeira dan Rheno yang mengawal di belakangnya.

"Wow, jadi ini … Ibu Kota Elderian?" gumam Arina yang tak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Sangat berbeda dari negaraku."

Melihat sepasang mata Arina yang berbinar kagum, Rheno menyikut lengan Zeira dan berbisik, "Nyonya kok bisa kelihatan kayak baru pertama kali ke tempat kayak gini ya? Memangnya di Arcadian Nyonya enggak pernah kemana-mana?"

BUG!

Zeira balas menyikut ulu hati Rheno dengan keras. Membuat Rheno seketika pucat dan menahan rasa sakitnya. Kemudian ksatria wanita itu berdecih dan meliriknya dengan kesal.

"Jaga ucapan bodohmu itu, Rheno," bisiknya tajam. "Sebelum Master memenggal kepalamu, aku akan menyobek mulutmu itu kalau kamu tidak bisa menjaga ucapanmu itu!"

Rheno hanya memanggut-manggut seraya menahan rasa sakit pada ulu hatinya, tidak berniat membalas ucapan ksatria wanita itu. Pasalnya, sikutan Zeira benar-benar ampuh untuk membuat Rheno bungkam.

"Zeira, Rheno, apa kalian bisa menunjukkanku jalannya?" tanya Arina seraya melambaikan tangan.

"Biar saya tunjukkan jalannya, Nyonya!" seru Rheno yang tiba-tiba berubah semangat. Dia menunjuk dirinya dengan ibu jari. "Saya sangat hafal sama jalan di ibukota!"

Arina hanya mengangguk dan terkekeh pelan. Lalu mengikuti Rheno yang kemudian berceloteh banyak hal tentang makanan dan restoran enak di ibukota, membuat Arina tergiur dan ingin mencicipinya. Sementara Zeira hanya merenggut dan menganggap bahwa Rheno terlalu banyak omong.

"Ini dia tempatnya, Nyonya. Butik ini sangat terkenal di kalangan bangsawan elite. Tidak jarang mereka mengerjakannya dalam waktu yang singkat," ucap Rheno seraya menunjuk sebuah toko bangunan.

Arina mengerjap, memperhatikan gedung Butik Emas tersebut. Bangunan itu jauh lebih sederhana dibandingkan ekspektasi Arina. Ia mengira kalau butik itu akan bertingkat dan luas, serta terlihat mewah. Tapi sebaliknya, butik itu hanya dua tingkat dan dilapisi dengan dinding kaca, memajang gaun serta tuxedo apik di dalamnya.

"Silahkan masuk, Nyonya. Ini Butik Emas yang disebutkan Tuan Besar Arthur," ucap Rheno seraya membukakan pintu.

Butik itu agak ramai. Beberapa wanita cantik tampak memilih gaun dan dress yang dipajang, sementara beberapa pria sibuk memilih jas dan tuxedo berwarna-warni. Bahkan anak-anak pun sampai mencoba pakaian terbaru di butik itu.

"Ah itu dia!" sahut Rheno yang langsung melambaikan tangan ke salah seorang wanita berkacamata dengan akrab. "Hei, Bella. Kami datang~"

"Wah, wah, tidak kusangka ksatria inti akan datang kembali ke mari. Kali ini tuxedo macam apa yang diinginkan Duke?" tanya Bella, wanita berkacamata itu sambil menatap Rheno dengan agak malas.

"Bukan untuk Duke. Tetapi untuk Duchess Elderian, Bella," jawab Zeira, mendahului Rheno yang tampak ingin menggoda pemilik butik itu. "Bisakah kamu membuatkan gaun untuk Duchess kami dalam waktu tiga hari?"

Bella mengerjap, kemudian baru menyadari kehadiran Arina di tengah dua orang ksatria tersebut. Sontak, matanya berbinar dan air mukanya berubah menunjukkan suatu ketertarikan yang amat menggebu ketika melihat perawakan Arina. Ia segera mendekati Arina dan menggenggam tangannya.

"Suatu kehormatan bagi saya bisa melayani Anda, Duchess," ucap Bella seraya menggerak-gerakkan tangan Arina dengan cepat. "Saya tidak menyangka Duke Elderian benar-benar bisa menikahi seorang wanita cantik seperti Anda. Ini benar-benar suatu keajaiban!"

"E-eh?"

"Anda sangat cantik dan mungil! Lihatlah kulit putih anda dan waaah! Saya langsung merasa jatuh cinta pada Anda, Duchess!"

Arina hanya terkekeh pelan mendengarnya. Baru kali ini ada seseorang yang amat supel padanya di negara ini. Bahkan langsung menggenggamnya tanpa memedulikan status kedudukan mereka.

"Mari, kita ke ruang ganti. Saya akan mengukur badan Anda, Duchess!" ucap Bella yang kini menarik lengan Arina dengan penuh semangat.

Arina pasrah, mengikuti langkah Bella yang begitu lebar. Kemudian ia melirik ke arah Zeira dan Rheno. Zeira tampak mengikuti langkah nyonyanya sementara Rheno hanya memandang mereka sambil melambaikan tangan.

Setelah Arina masuk ke ruang ganti dengan Bella, Rheno langsung bersorak kegirangan dalam hati.

"Saatnya berjaga sambil ngeliatin cewek cantik!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login