Setelah meletakkan cangkirnya yang hampir kosong ke atas meja, Dmitry berkata, "Teh ini rasanya sangat enak sekali. Kau hebat, Lyana."
"Te-terima kasih banyak," jawab Lyana. Wajahnya tiba-tiba memerah saat Dmitry menatapnya.
Aku balik menyeringai saat menatap Lyana. Dan dia memalingkan wajahnya dari hadapanku.
Dmitry kembali berkata, "Reyv, ada sesuatu yang ingin kubicarakan secara empat mata denganmu."
Setelah mendengar itu, tuan Reyv mengangguk sambil memejamkan matanya dan berdiri dari kursinya. Mereka berdua kemudian beranjak pergi dari ruangan ini. Meninggalkan kami bertiga di sini.
"Kami akan segera kembali!" ucap Dmitry sebelum pergi.
Rasanya agak sedikit canggung kalau orangnya berkurang begini.
Saat memikirkan itu, aku merasakan tenggorokanku mulai kering. Gelas kayu yang semulanya mengepulkan uap panas kini sudah menjadi dingin.
Aku lantas meminum teh buatan Lyana dan menghabiskannya dalam beberapa tegukan.