Mengapa aku malah memikirkannya sejauh itu?
Sejak dari awal, apakah aku memang sudah seperti ini?
Padahal aku sama sekali tidak memedulikannya.
Tetapi— tanpa kusadari emosiku malah menunjukkan kebalikannya.
Air keringat ini membanjiri kelopak mataku. Dan mulai bergelinang membasahi sisi wajahku. Perlahan-lahan setiap tetes airnya jatuh dan membasahi meja di hadapanku.
'Ini ... air mataku?'
Meski mencoba menyangkalnya, aku tidak bisa membohongi diriku lagi. Tetesan air mata ini jauh lebih jujur dari isi pikiranku sekarang.
Selama ini, aku merasa telah melewati banyak sekali penderitaan. Aku merasakan suatu lubang kosong yang terbuka dalam hatiku.
Semua perasaan bercampur aduk itu kini bergejolak dalam lubang yang menganga di hatiku.
Aku bahkan tidak bisa memahami emosiku yang sekarang.
Apakah sebelumnya juga seperti ini?
Walaupun pertanyaan itu berulang kali muncul, tidak sekalipun kutemukan jawabannya.