"Pulang bareng gue, ya?"
Alira menatap salah satu teman sekolahnya. Namanya Leo. Satu di antara banyaknya siswa laki-laki di sekolah yang banyak disukai kaum hawa.
Leo memang tampan. Ia juga menjadi salah satu siswa teladan di sekolah. Banyak kaum hawa yang mengincar Leo dan ingin menjadi kekasihnya.
"Enggak deh. Gue bawa motor sendiri," tolak Alira secara halus.
"Besok pagi gue jemput lo di rumah," kata Leo.
"Eh, nggak usah nggak usah. Rumah lo jauh banget dari rumah gue," Alira kembali menolak.
Sebenarnya, Alira juga tidak ingin memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan Leo. Alira tidak ingin para penggemar Leo mengamuk karena Leo sering menemuinya.
"Nggak bakal kerasa lama kalo emang itu yang gue mau," Leo menampilkan senyuman di wajahnya.
Dan apa kalian tau? Karena senyuman itu membuat Alira harus mendengar teriakan histeris dari banyak siswa yang sedang berlalu lalang di depan kelasnya.
Astaga! Alira tidak habis pikir jika sebanyak lima puluh persen siswi di sekolahnya memiliki tipe laki-laki yang sama. Padahal, menurut Alira masih ada yang lebih tampan daripada Leo.
"Beneran gausah, Leo. Gue lebih seneng berangkat sendiri juga," ujar Alira sambil membalas senyuman dari Leo.
"Karena belum terbiasa. Nanti kalo udah biasa bareng sama gue, lo juga bakal seneng kok," Leo kembali berjuar.
"Emm, besok deh kalo pas gue mau berangkat bareng, entar gue kasih tau lo," kata Alira berusaha mencari jalan tengah
Leo tampak berpikir sembari terus memperhatikan gadis di hadapannya. Sesaat setelah itu, Leo mulai menganggukkan kepalanya.
"Oke. Gue tunggu kabar baiknya," kata Leo secara tidak langsung membuat Alira bernapas lega.
"Gue balik ke kelas dulu," pamit Leo sembari mengacak pelan puncak rambut Alira sebelum benar-benar pergi dari hadapan gadis tersebut.
Setelah memastikan jika Leo sudah tidak ada di dekatnya, Alira baru bisa duduk tenang.
"Ciee yang abis diapelin doi cieee," goda Gea yang baru saja kembali dari kantin sambil membawa dua kantong es jeruk.
"Minum dulu biar enggak grogi, Buk" kekeh Gea.
Alira tampak kesal sambil menerima es jeruk dari Gea. "Siapa yang grogi coba. Orang gue biasa aja juga."
"Idih. Emang hati lo udah nggak waras kok, Al. Bisa-bisanya lo nggak ada deg-degan sama sekali pas dideketin Leo," ujar Gea.
"Karena gue nggak ada perasaan lebih. Makanya gue nggak deg-degan," sahut Alira cepat.
"Selevel Leo aja lo masih nggak mau. Terus mau lo yang kayak gimana?" tanya Gea.
Sudah ada beberapa cowok yang menyatakan cinta di depan Alira, namun selalu Alira tolak. Dulu waktu SMP, Alira ditembak sama ketua OSIS yang terkenal jago futsal tapi Alira tolak. Waktu masih MPLS SMA, ditembak sama kakak kelas yang pinter matematika juga Alira tolak.
Tidak hanya itu saja. Alira sempat didekati oleh teman satu angkatan yang berasal dari keluarga kaya raya tapi sama sekali tidak Alira tanggapi. Setiap kali ditanya, Alira pasti menjawab jika ia tidak tertarik dengan cowok yang sedang mendekatinya.
"Seganteng Leo aja lo cuekin. Itu hati maunya cowok yang kayak bagaimana?"
Alira menggeleng. "Ada yang lebih ganteng dari Leo," setelahnya Alira tampak terkekeh.
"Kan. Emang aneh. Ganteng menurut lo yang kayak gimana sih? Pacar gue aja lo bilang biasa aja. Leo pun yang gantengnya behh! Lo juga datar-datar aja. Sebenarnya lo itu mau yang kayak …."
Gea menghentikan ucapannya sesaat. Tampak menyelidiki wajah temannya yang duduk di sebelahnya.
"Ngapain lo lihat-liat gue?" tanya Alira was-was.
"Lo … nggak bakal bilang kalo cowok yang lo suka itu …."
"Itu siapa?"
"Alingga?"
Kedua mata Alira mendelik sempurna. "Nggak! Nggak mungkin gue suka sama dia."
Dengan tegas Alira menyangkal pendapat Gea. Bisa-bisanya Gea menebak jika Alira menyukai Alingga. Big no! Hal itu tidak akan terjadi.
"Ih. Tapi mungkin aja, Al. Kalian berdua sama -sama suka nulis juga. Pinter ngebuat orang baper. Kalo lo sama Alingga disatuin pasti bakalan amazing banget!" seru Gea tampak heboh.
"Ngaco sumpah. Yang ada juga bakalan ambyar," elak Alira.
"Kan belum lo coba, Al. Nggak bakal tau lah yang bener yang mana," timpal Gea.
"Alingga juga ganteng tau. Udah ganteng terus tajir, pinter ngebuat cewek nge-fly. Behh! Idaman banget, Al. Dan yang jelas si doi masih available!"
Bosan sekali Alira mendengar orang lain memuja Alingga. Hampir setiap hari Alira mendengar banyak gadis mengagumi Alingga karena alasan ketampanannya, kekayaannya, mulutnya yang pandai bicara dan masih banyak lagi.
Sebagai sesama penulis, Alira tidak bisa bohong jika ia pernah merasa iri karena karya Alingga sudah banyak diterbitkan dan ada yang sudah diadaptasi menjadi film. Sedangkan karya yang Alira buat, belum ada satu pun yang menjadi buku cetak.
Seiap kali mengingat hal tersebut membuat Alira kembali mengingat tujuan utamanya menulis saat ini. Ia harus mengumpulkan banyak uang dulu untuk bisa bersantai-santai menulis seperti yang dilakukan Alingga. Alira harus ingat jika keluarganya tidak sama dengan keluarga Alingga. Keduanya sangat jauh berbeda dari segi apapun.
"Kalo dipikir-pikir, Alingga ganteng kayak gitu tapi kok masih jomblo ya?" heran Gea sambil meminum es jeruk miliknya.
"Tanya sama Alingga. Jangan tanya sama gue," ujar Alira malas.
"Kan Alingganya nggak ada di sini. Malu juga kalo mau nanya."
"Cowok lo, kan temannya Alingga. Lo tanya aja sama si Oscar," kata Alira lagi.
Gea menggeleng. "Nanti Oscar malah salah paham. Dikiranya gue mau selingkuh lagi."
"Alay banget sumpah!" Alira menggeleng tak percaya. "Kebiasaan cewek emang selalu overthingking gitu."
"Sekedar cari aman aja, Al. Oscar orangnya cemburuan banget kok."
"Persis kayak lo," sambung Alira. "Bisa-bisanya dua orang cemburuan bersatu."
"Namanya juga jodoh," kekeh Gea.
"Belum nikah woi! Main ngomongin jodoh segala," ujar Alira memperingati.
"Bantu doa dong. Entar kalo gue nikah sama Oscar, gue jadiin lo bridesmaid pas nikahan gue deh."
"Kalo nggak sama Oscar, lo nggak mau ngundang gue?" tanya Alira.
"Ya gue undang lah. Apalagi kalo gue nikahnya sama Alingga. Nggak cuma lo yang gue undang, Al. Artis-artis pun gue ajakin datang juga," tutur Gea bersemangat.
Alingga lagi Alingga lagi. Padahal Alira sudah sering mengatakan pada Gea untuk tidak menyebut-nyebut nama Alingga di hadapannya. Tapi tetap saja Gea selalu keceplosan.
Kesal rasanya jika ada orang lain menyebut nama Alingga. Berdalih jika Alingga adalah cowok idaman sejuta umat. Terlihat baik di depan banyak orang, tapi selalu mengganggu ketenangan hidup Alira.
Sejak Alira mengenal Alingga, di situlah kebahagiaan Alira mulai terganggu. Tiada hari yang tidak Alira lewati tanpa gangguan Alingga. Alira selalu berpikir, sebenarnya apa yang membuat Alingga hobi mengusik kehidupannya?
"Emang dari sananya jahil. Diapa-apain juga tetap jahil."
***
29092021 (11.53 WIB)