"Penglihatan Manajer Umum Shi benar-benar tidak biasa."
Semua orang di ruangan itu hanya memandangi Gu Xiaoxiao yang dihadang oleh Jin Jing di pintu. Ia memiliki wajah mungil yang cerah dan menawan, kulitnya halus dan putih, serta bibirnya merah merekah seperti buah ceri. Sepasang matanya yang indah kini dipenuhi kepanikan dan kecemasan. Dibanding wanita-wanita lain yang telah berada di tempat-tempat seperti ini untuk waktu yang lama, napas murni Gu Xiaoxiao memancarkan daya tarik yang fatal bagi para pria. Shi Zijian tidak akan bisa melupakan kemurnian dan kemanisan tubuh Gu Xiaoxiao untuk waktu yang lama.
Dua orang pria di kiri dan kanan Gu Xiaoxiao menahannya selagi Shi Zijian berjalan mendekatinya. Mereka mengambil botol air dari tangan Shi Zijian, lalu meremas dagu Gu Xiaoxiao dan berusaha memaksanya minum air itu. Gu Xiaoxiao tahu betul apa yang ada di dalam botol itu karena sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya. Ia berjuang untuk melawan, terus menggigit bibirnya, dan menolak untuk menyerah.
Dalam sekejap, tamparan Jin Jing mendarat ke wajah Gu Xiaoxiao. Tidak ada yang menduga bahwa Jin Jing tiba-tiba akan bertindak seperti itu.
"Xiao Jing, bersikaplah sedikit lebih lembut," Shi Zijian memandangi bekas telapak tangan di wajah Gu Xiaoxiao dengan sedih, lalu berkata kepada Jin Jing, "Lihatlah memar di wajah gadis itu."
"Manager Umum Shi, percaya saja. Saya punya batasan. Beberapa orang terkadang tidak tahu sekuat apa dirimu jika tidak diperlihatkan. Jangan tertipu melihat gadis yang terlihat begitu baik dan polos, tapi aslinya sungguh luar biasa," kata Jin Jing pada Shi Zijian. Ia tersenyum, lalu membungkuk dan berbisik di telinga Gu Xiaoxiao, "Cepat minum airnya, atau aku akan melepaskan pakaianmu sekarang dan membuatmu terlihat jelek di depan semua orang. Pilih salah satu, Gu Xiaoxiao."
Mata Gu Xiaoxiao yang mulanya berkaca-kaca kini penuh air mata. Namun, ia tetap keras kepala dan tidak mau membiarkan air matanya mengalir. Ia menggelengkan kepalanya, lalu menatap Jin Jing dengan putus asa dan memohon, "Aku mohon, biarkan aku pergi. Aku bisa memberikan apapun yang kamu inginkan, tolong…"
"Apakah ada yang bisa kamu berikan?" tanya Jin Jing setelah mendengar ratapan Gu Xiaoxiao. Lalu, ia sedikit tersenyum dan menjawab. "Baiklah, aku ingin kamu kehilangan reputasimu. Kamu tidak boleh mengangkat kepalamu seumur hidup."
Jin Jing tersenyum dan berdiri tegak sambil menjambak rambut panjang Gu Xiaoxiao. Ia melirik pria di sebelahnya dan menghardiknya dengan dingin, "Apa yang kamu lakukan? Paksa dia sampai meminumnya!"
Semua upaya Gu Xiaoxiao sia-sia. Pada akhirnya, ia dipaksa untuk meminum obat bius. Kini ia duduk meringkuk di sudut sofa sambil memperhatikan satu per satu wajah orang-orang yang tertawa dan menghapalnya. Sekujur tubuhnya terasa lumpuh, tapi otaknya masih berfungsi sangat jernih. Ia mulai merasakan perubahan di tubuhnya. Ada suhu panas yang mengalir dari perut kecilnya, lalu perlahan-lahan mengalir ke sisa badan dan merasuk ke tulang-tulangnya.
Gu Xiaoxiao merasa sangat haus, sangat kepanasan, dan sangat sedih. Ia berusaha untuk bergerak, namun ternyata ia tidak punya energi untuk berdiri. Ia terengah-engah dan ingin meraih ponselnya untuk menelepon seseorang, tapi ranselnya telah dilempar ke lantai oleh Jin Jing dengan jarak yang lumayan jauh darinya.
———
Beberapa pria yang duduk di ruang VIP paling khusus di lantai empat Royal City Club. Sederet pelayan yang berdiri di luar pintu menunggu dan bersiap jika sewaktu-waktu diminta untuk masuk. Chu Yichen duduk dengan elegan di sofa besar, lalu meletakkan gelas anggurnya dan melihat arloji di pergelangan tangannya.
"Aku pergi dulu," kata Chu Yichen. Ia mengambil mantel di sampingnya, lalu bangkit dan hendak pergi.
"Baru jam berapa sekarang? Apa yang ingin kamu buru-buru lakukan?" tanya Fu Ziheng yang duduk di seberangnya sambil mengerutkan kening, "Aku belum melihatmu selama setengah bulan. Sulit sekali untuk bertemu orang sibuk sepertimu, tapi kamu sudah harus pergi setelah minum dua gelas. Entah, apa karena ada istri muda di rumah emasmu yang membuatmu buru-buru untuk kembali?"