...
Ciamis, kota yang indah dan memiliki sejarah tersendiri. Museum "Bumi Alit" contohnya. Tempat yang memiliki historical menarik dan patut untuk selalu di kenang. Mulai dari sejarah kerajaan terdahulu, benda-benda pusaka, dan lain sebagainya. Di tempat ini, Farah dilahirkan. Tempat ini pula, merupakan tempat persinggahan permanen, tempat tinggal dirinya dan keluarganya yang lain.
...
SMA Nusa Bakti
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga masa-masa sekolahku. Haaah, sedih juga pasti aku akan berpisah dengan teman-teman", Farah menunduk dan melihat map yang tengah dipegangnya, kemudian tersenyum.
"Nilai yang ku peroleh adalah nilai terbesar kedua di angkatan ku. Waaaah, aku bisa lanjut kuliah ini. Aku juga harus rajin-rajin belajar sebentar lagi akan ada SNMPTN. Aku harus lolos... Hump.. ya", mengangguk kemudian dia memasukkan map itu kedalam tas lusuh nya.
...
"Maaaak... Farah pulang... Emaaak...?" Teriaknya sambil berlari-lari kecil, sesekali ia akan membenarkan letak tas gendongnya.
Buka pintu, celingak celinguk.
"Kosong? Mana si emak ya?"
Kriet... Iapun masuk kedalam rumah. Membuka sepatu lalu meletakkannya di rak dan menyimpan tas di sofa kayu di ruang tamunya itu.
"Farah"
"Woah.."
Terkejut dia... Rumah sepi tiba-tiba ada yang memanggil dan menoel pundakmu. Pasti akan sama kejadiannya.
"Alaaaaah... Si emak ni. Bikin orang kaget aja. Emak dari mana? Rumah kok sepi amat kayak rumah hantu aja kosong ditinggal penghuninya", cerocosnya.
"Bisa aja kamu mah. Emak tuh abis dari rumah Tuan Udin. Dia bikin acara karena Jamal lulus SMK"
"Dasar orang kaya, lulus doang di rayain, apa kabar nilainya Mak?"
"Kamu ini sukanya hiiih"
"Yaelah Mak... Mak, kan emang bener atuh. Nih ya, coba Mak inget-inget lagi deh. Pas dia mau masuk SMK. Dia masuk jalur apa? Jalur tikus Mak... Yang berduit emang kayak gitu semua ya sifatnya Mak? Dikit-dikit perayaan, pesta. Boros amat hidupnya", jelasnya kemudian duduk di sofa kayu, mencomot kue dalam toples di meja, ambil remot, nyalain tv, rebahan...
"Hadeuuuuh, emang paling nyaman nyantai gini"
Pluk..
"Aduh Mak... Bau"
"Ya iyalah bau orang itu baju kotor yang belum di cuci sama Emak. Jadi perawan jangan malas-malasan. Pulang pagi langsung pergi ke dapur kek, ke sumur kek. Cuci tuh baju jangan tiduran mulu", jelas Emak.
Karena kesal Emak pun mengambil toples yang ada pada pelukan Farah. Akhirnya Farah bangun pula dari acara rebahannya.
"Mak... Ampun dah. Farah juga butuh istirahat. Farah juga tahu kok anak gadis harus perfect. Harus bisa segalanya. Mau urusan dapur, sumur sampai kasur ju... Adaw..."
"Dasar piktor. Ini nih yang gak Mak sukai kamu sekolah tinggi-tinggi sampe SMA, belum juga ada yang lamar dan apa-apa tektek bengek lainnya udah tahu kasur-kasuran. Pamali. Anak perawan tuh harus di jaga pikiran, perkataan, perbuatan, juga dirinya sendiri"
"Iya Mak, Farah tahu. Tapi ya gak gitu konsepnya Mak. Farah tahu kasur-kasuran juga dari belajar"
"Nah... Itu tuh... Itu... Perusak moral bangsa. Masih remaja tahu kasur-kasuran. Belajar apaan yang kayak begituan di ajarkan ke anak-anak. Wong sableng emang"
"Masyaallah, astaghfirullah Mak... Farah tuh belajar juga buat kebaikan Farah. Farah juga cuma belajar konsep dan materinya Mak gak di praktekan suer dah", jelasnya dengan menggebu-gebu dan mengacungkan kedua jarinya yakni telunjuk dan jari tengahnya.
"Alah... Tetep aja salah, kalian tuh masih dini. Belum terikat hubungan pula. Kalau kalian dah tahu duluan entar penasaran bawaannya pengen nyobian lagipula... Bla...bla...bla.."
"Ya.. tapi kan... Halah.. terserah Emak lah, pusing Farah tuh", ucapnya dengan mengusak kepala berjilbabnya itu.
Farah pun pergi ke kamarnya, sambil membawa tas lusuhnya, berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya tanda jikalau ia tengah kesal.
Bruk...
"Eeeh, neng geulis gak boleh banting pintu pamali"
"Iya...", Teriaknya dari dalam kamar.
"Jangan lupa habis itu cuci baju ya"
Farah yang tengah duduk di kasurnya pun mendengus dan merollingkan matanya.
"IYA EMAK..."
"Huft... Sabar Farah... Sabar", gumamnya.
Mengedikkan pundaknya, Emak pun duduk santai, nonton sinetron yang tak ada habisnya dan entah kapan tamatnya itu dengan enjoy, kaki selonjoran, dan jangan lupakan. Cemilan enak setoples.
...
"Mak, Farah udah selesai cuci baju, cuci piring dan sebagainya deh pokoknya beres. Farah mau ke warnet dulu ya?"
"Lah... Emang masih zaman ya maen warnet? Setahu emak sekarang udah jarang yang maen ke warnet. Asal punya Hp aja"
'aduh, gaswat kalo emak tahu aku daftar SNMPTN. Bisa-bisa berabe nih urusannya. Kan kalo dah beneran keterima enteng bilangnya. Orang dah keterima masa di cancel. Ayo Farah... Putar otak kamu...'
"Em...anu Mak... Anu..."
Duduk dan memperhatikan, Emak pun memberikan Farah tatapan tajamnya. Dalam hatinya, sebenarnya Farah sudah mangap-mangap sulit untuk berfikir ketika kita terintimidasi.
"Mau main game Mak, iya hehe...", Ucapnya garing kemudian.
Emak memicingkan matanya untuk memastikan apakah benar, atau Farah berbohong pada Emak.
"Kan kamu punya Hp"
"Aduh Mak... Hp Farah memorinya udah penuh... Gak bisa nampung apa-apa lagi. Kalaupun di paksakan nanti gak baik Mak. Nih ya Mak, umpamanya gini Mak. Emak mau berak, tapi Emak gak sakit perut ataupun mulas, itu susahlah Mak..."
"Dasar sableng, jangan lah kau bahas ke sana-sini. Ngawur kau ini. Gak nyambung. Bikin malu aja. Ya udah sana gih pergi"
Dengan tangannya yang melambai-lambai, bukan untuk salam perpisahan semacam dadah... Tapi untuk mengusir Farah agar cepat pergi dan tidak menggangu kegiatannya yang tengah menonton televisi acara bigos alias biang gosip kesayangannya.
Farah mengulurkan tangan kanannya. Kemudian melakukan salaman dengan Emak.
Beberapa menit kemudian, Emak masih enjoyed the moments nonton televisi dan Farah sudah pergi pula. Namun ketika beliau beranjak duduk setelah sekian lama nonton televisi sambil rebahan, beliau di kejutkan dengan kehadiran Farah.
Farah?
Ya, Farah. Dia masih di tempat dan masih mengulurkan tangan kanannya.
"Dua kali Rah?", Tanya Emak yang menjabat kembali tangan Farah dan melakukan salaman untuk yang kedua kalinya.
"Bukan Mak... Farah butuh ongkos. Uang Farah tadi abis buat patungan beliin wali kelas kado perpisahan"
"Oooh... Spuy tunggu bentar", jawab Emak yang kemudian mengangkat sedikit kaos kedodoran miliknya dan merogoh saku yang ada pada bh nya. Biasa, nini-nini jadul. Masih pakai daleman tempo dulu.
"Nih"
"Emak kebiasaan nyimpen duit disana. Bau keringat Mak. Malu pula kalo lagi banyak orang, ambil uang masa harus buka baju dulu sih. Gimana kalo lagi pake gamis? Kan berabe"
'Emak-emak gaul emang bedaaaa, yups aja dibalik-balik jadi spuy. Angkat ketiaklah aku. Punya Emak antik banget. Tapi Farah sayang, hehe...', lanjutnya dalam hati
"Eeeh, Farah. Emak gini-gini juga tahu yang begituan. Di pikir Mak gak sekolah apa. Emak tuh lahir duluan daripada kamu jadi Mak lebih tahu daripada kamu tentang seeeeeemua hal"
Farah hanya bisa mesem kecil nan kecut sambil rolling eyes.
"Oke Mak, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam", jawab Emak.
...