Download App
7.56% The Miracle of Death / Chapter 31: Resurrection

Chapter 31: Resurrection

Suara pedang terdengar begitu nyaring, di sana terlihat jelas Ramon yang tengah latihan pedang. Rimonda sendiri hanya duduk tenang melihat kembarannya yang begitu keren saat sudah memegang pedang. Senyumannya muncul menatap kembarannya yang begitu hebat.

"Kalian memang begitu dekat rupanya"

Suara itu jelas suara Sean, Kesatria Kuil Suci yang beberapa hari lalu berniat membantu dia dan kembarannya. Rimonda langsung menoleh menatap Sean yang duduk membawa tiga cangkir teh untuk dirinya dan Ramon.

Rimonda langsung mengambil cangkir tehnya dan meminum teh itu dengan tenang "bukan urusanmu" sahut Rimonda menaruh cangkir tehnya.

Sean tertawa singkat menatap Rimonda yang terlihat mengabaikan dirinya, setelah berbincang selama tiga hari terakhir ini Sean jadi tau sifat si kembar. Dan Sean merasa senang karena sikap keduanya yang sangat berbeda dari Putra Mahkota.

Dia jadi penasaran bagaimana si kembar hidup di Kekaisaran mengingat sikap Putra Mahkota saja sudah begitu buruk. Sean kembali menatap Ramon, dia pikir si kembar akan bersikap sama seperti Putra Mahkota tapi semua itu hanya kekhawatiran tanpa bukti saja.

Nyatanya mereka berdua bersikap apa adanya dengan kata-kata yang menusuk, mungkin terdengar tidak sopan. Tapi menurut Sean itu adalah hal yang keren, dan dia juga bersikap seperti itu dengan para pendeta.

"Kau sudah baca semua bukunya bukan?" tanya Sean menatap Rimonda yang mengangguk.

"Kapan kau ingin berlatih?"

Rimonda terlihat berpikir mendengar pertanyaan Sean, jika di ingat dirinya memang di suruh membawa buku dulu sebelum berlatih. Tapi Rimonda terlalu lelah untuk berlatih sekarang, apalagi dia ingin melihat kembarannya berlatih pedang sekarang.

"Nanti saja, setelah Ramon selesai" jawab Rimonda asal.

Ternyata hubungan si kembar sebaik ini, dia pikir karena perebutan tahta yang terjadi di Kekaisaran keduanya akan menjauh satu sama lain. Kenapa dia jadi penasaran akan hubungan si kembar, apakah ini hanya sebuah bentuk rasa penasaran kecil saja atau dia mulai tertarik dengan kehidupan si kembar.

Benar juga, dia membantu si kembar karena dia mendapatkan perintah dari Dewa. Dan jelas dia tidak bisa menolak apalagi sang Dewa yang meminta langsung padanya. Mengingat hal itu, entah kenapa Sean menjadi begitu penasaran alasan Dewa meminta bantuan padanya untuk menjaga si kembar.

"Aku jadi penasaran dengan perkataan kalian hari itu, bukankah kalian mendapatkan kekuatan Kaisar Pertama karena di bantu oleh Dewi?"

Rimonda menoleh menatap tajam ke arah Sean yang sudah siap mendapatkan tatapan itu. Dia penasaran dan dia tidak akan berpura-pura tidak tau akan ucapan si kembar terakhir kali. Ucapan yang mengatakan bahwa mereka di bantu oleh Dewi untuk mendapatkan kekuatan Kaisar Pertama.

"Kenapa kau begitu penasaran!! Apa karena kau di suruh melindungi kami?"

Bukan jawaban yang Sean dapat, melainkan sebuah kalimat sindiran akan posisi dirinya yang jelas bukan keinginannya. Sean terlihat kesal tapi dia tidak bisa menunjukkannya membuat Rimonda tertawa mengejek dirinya yang sekarang.

"Jika karena hal itu lebih baik kau lihat saja dan tidak perlu khawatir, kami akan melakukan hal yang baik" ucap Rimonda lagi dengan cangkir teh yang dia taruh asal.

Suara cangkir itu membuat Sean menelan ludahnya susah payah tapi Sean langsung mendengus karena akhirnya dia malah di ejek habis-habisan oleh Rimonda. Keduanya kembali fokus menatap Ramon sampai mereka bisa melihat Ramon yang mulai berdiri tegak dengan nafas memburu.

Pedang itu menghilang tanpa tersisa dan Ramon langsung bergerak mendekati mereka berdua "apakah kalian sudah menunggu lama?"

Rimonda mencibir, bisa-bisanya kembarannya ini mengatakan hal yang tidak penting seperti itu "jangan katakan hal tidak berguna seperti itu, kau ganti baju sana"

Rimonda kesal, dia langsung pergi meninggalkan Ramon bersama Sean yang terdiam di tempat mereka.

"Jika lama, kalian tau akibatnya!" ucap Rimonda lagi dengan suara cukup keras mengabaikan etika yang selama ini dia pelajari di Kekaisaran.

Merasa keadaan akan memburuk, keduanya langsung berlari berniat menyusul Rimonda yang sudah cukup jauh. Mereka sudah sampai di ruangan kesehatan dengan Ramon yang baru datang setelah ganti pakaian. Di rasa sudah siap Rimonda mulai menutup matanya dengan kedua telapak tangan menyentuh telapak tangan Sean.

Mereka berlatih untuk melakukan healing, sihir penyembuh yang di miliki Rimonda. Dan Ramon sendiri hanya duduk tenang mengamati bagaimana Rimonda berusaha konsentrasi sekarang.

"Kau bisa melakukannya bukan?" Sean bertanya menatap Rimonda yang masih sibuk pada sihirnya.

Ini mungkin tidak akan berhasil dalam sekali percobaan tapi Sean berharap banyak akan sihir milik Kaisar Pertama itu.

"Kau diam saja!!"

Sean dan Ramon terkekeh menatap Rimonda yang bisa-bisanya memberikan kata-kata pedasnya. Mereka pikir Rimonda akan mengabaikan mereka karena tengah fokus mengendalikan sihirnya. Tapi Rimonda tetaplah Rimonda yang dengan masa bodohnya akan bertindak semaunya.

Tidak butuh waktu lama, sebuh sihir berwarna ungu menyelimuti tangan Sean. Sean dan Ramon jelas terkejut bagaimaan cahaya keemasan itu menyelimuti sihir Rimonda. Sangat cantik dan begitu menakjubkan.

"Sudah cukup" Sean berucap stelah dia bisa merasakan aliran sihir Rimonda berjalan dengan lancar.

Sepertinya dia perlu menarik kata-kata yang mengatakan bahwa percobaan pertama akan gagal. Bahkan Rimonda langsung menujukkan sihir penyembuh terbaik sejak percobaan pertama. Manik Rimonda terbuka menatap Ramon yang berlari ke arahnya dan langsung memeluk tubuhnya erat.

Rimonda jelas terkejut tapi dia dengan santai membalas pelukan kakak kembarnya, tanpa peduli pandangan Sean. Keduanya melepaskan pelukan mereka dan langsung menatap Sean yang memberikan sebuah senyuman hangat.

"Kau hebat, sihirmu sudah cukup untuk membantu mereka" ucap Sean memberikan sebuah ucapan selamat akan keberhasilan Rimonda.

"Apakah aku bisa melakukannya segera?" tanya Rimonda berharap bahwa dia bisa membantu rakyat biasa untuk masalah bawa yang ada di Kekaisaran.

"Aku akan membantumu, kekuatanmu akan kurang jika di lakukan sendiri dan aku berharap kau melakukan hal yang aku perintahkan nantinya"

Rimonda mengangguk menatap Ramon yang terlibat senang dan bangga padanya. Ini seperti sebuah mimpi, dirinya yang dulu di anggap cacat akhirnya bisa membantu orang lain. Senyuman Rimonda mengembang menatap Sean dan Ramon bergantian, sekarang dia bukanlah anak cacat yang bisa di pandang sebelah mata.

Dia adalah anak yang di mendapatkan berkah Dewi untuk menstabilkan Kekaisaran dan menyelamatkan Kekaisaran dari kehancuran. Walua keduanya masih tidak tau apa yang akan terjadi pada Kekaisaran tapi keduanya akan melakukannya dengan baik nantinya.

Sekarang biarlah mereka berdua melakukan dengan cara kecil dan perlahan, sampai hari itu tiba mereka akan menjadi seseorang yang maju ke garis depan demi rumah mereka.

"Aku ingin melakukannya besok dan aku pasti bisa menyelesaikannya dengan baik"


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C31
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login