Nadia juga melihat Daniel yang jatuh di sampingnya dan Steven yang sedang memukuli Daniel. Ia terbatuk-batuk dan menyentuh lengan hingga sikunya. Tak lama kemudian ia melihat Alex yang datang dan malah memukuli Steven.
Nadia segera bangun dan duduk begitu juga Daniel yang melakukan hal yang sama sambil menyentuh wajahnya yang memar karena pukulan Steven. Dan sekarang Alex yang sedang memukuli Steven dan membuat Daniel hanya tertawa melihatnya.
Nadia segera berdiri dan mendekati Daniel yang ikut berdiri.
"Kenapa? Lo mo ngelanjutin kissing scene kita tadi?" tanyanya santai lalu tertawa dan mendaratlah sebuah tamparan di pipi kanannya.
"Udah gue bilang jangan sampe gue jatoh, brengsek!" kata Nadia kesal.
Nadia kemudian berbalik pada Alex dan Steven. Gadis itu segera mendekati mereka dan berdiri di tengah-tengah kedua pemuda itu, tepat di hadapan Alex sambil memegangi lengannya saat ia akan mendaratkan pukulan lain pada Steven.
"Nad, lo nggak dicium kan, sama si Daniel?" tanya Steven di belakangnya.
"Yang lo pikirin cuman Nadia dicium apa enggak? Lo bego?! Nadia jatoh gara-gara lo!" bentak Alex dihadapannya.
Nadia memegang pundak Alex. "Ayo ke klinik." Katanya pelan.
Alex yang sedari tadi hanya menatap Steven kini berbalik padanya dan langsung berubah cemas. Ia melepaskan baju Steven dan menurunkan tinjunya. Tanpa banyak bicara ia segera menggendong Nadia di hadapan Steven lalu membawa gadis itu ke klinik meninggalkan Steven yang terdiam dan Daniel yang tersenyum senang sambil berjalan pergi karena sudah puas bermain.
Alex segera membaringkan Nadia di tempat tidur dan tidak tahu harus berbuat apa. "Apa yang sakit?" tanyanya bingung.
"Panggul, lengan…" jawab Nadia sambil menyentuh bangian-bagian itu.
Alex teringat saat kemarin tubuhnya memar karena peristiwa dikeroyok itu, sekarang malah dia kembali jatuh. Ia menyentuh lengan Nadia tapi gadis itu diam saja. Ia lalu memijat lengan Nadia dengan pelan. "Kenapa lo malah mukulin Steven?" tanya Nadia tiba-tiba.
"Karena gue percaya lo nggak bakalan biarin si mesum gila itu nyium elo. Yang bikin gue kesel adalah kenapa si Steven harus nendang si Daniel sampe bikin lo jatoh. Dia nggak punya otak emang!" jelas Alex kesal.
Nadia memandangnya lalu tersenyum. Alex melihatnya tersenyum dan sengaja memijat lengannya agak keras hingga Nadia menjerit. "Sakit!" kata Nadia kesal.
"Abis, lo ngapain liat gue trus senyum gitu?" jawab Alex kesal.
"Ya abis, lo udah berubah sekarang semenjak gue punya temen." Jawab Nadia. "Biasanya lo yang bakalan nerjang si Daniel kalo dia lagi deket-deket sama gue. Sekarang lo malah lebih percaya sama gue dan tau harus gimana." Lanjutnya bangga.
Alex menatapnya salah tingkah. "Ya, kan lo juga bakal ngelakuin hal yang sama buat gue." Jawabnya sambil membuang pandangannya,
"Yakin lo?!" tanya Nadia lalu tertawa.
"Cari mati, lo?!" kata Alex berlagak kesal namun terus memijati lengan Nadia perlahan.
"Ini tangan kanan, lho! Lo bisa nulis nggak abis ini?" tanya Alex tiba-tiba.
"Well, lo lupa kalo gue males nyatet? Lagian ada Henry, Amelia, Grace, dan jangan lupa Kak David. I'll be just fine." Jawabnya santai. Alex mengangguk paham.
"Panggul lo masih sakit? Butuh gue gendong lagi ke kelas?" tanyanya santai.
"Mm… Boleh juga, sekali-kali ke kelas nggak mainstream. Masa' tiap hari jalan sendiri mulu." Jawab Nadia lalu tersenyum.
"kumat lagi manjanya!" kata Alex lalu menarik Nadia bangun. "Tapi, bukannya lo bakal ikut pertandingan? Mana bisa lo diizinin kalo lo sakit gini?" lanjut Alex.
"Mm… Santai aja… Lo nggak ingat dulu pas SMP, kita tetep ikutan pertandingan padahal kemarennya kita abis berantem juga." Jawabnya santai. "Dance Competition lo bukannya besok ya?" tanyanya tiba-tiba.
"Hm. Lo liat?" tanya Alex bersemangat.
"Nggak lah! Besok kan jadwal latihan." Jawab Nadia sambil turun dari tempat tidur perlahan.
"Lo beneran mo digendong?" tanya Alex melihat Nadia yang masih memegangi panggulnya.
Nadia tertawa lalu menggeleng. "Ntar keliatan banget kalo gue kenapa-napa." Jawabnya lalu berjalan pergi.
Nadia masuk ke kelas dan berjalan ke arah mejanya ketika Steven segera mendekatinya. Belum sempat pemuda itu berbicara, Nadia sudah mengangkat tangan mengisyaratkannya untuk tidak mengatakan apapun. Nadia perlahan-lahan duduk di bangkunya dan Steven hanya terdiam melihatnya.
Steven merasa menyesal telah menerjang Daniel tadi dan membuat Nadia jatuh. Yang ingin Ia lakukan hanya menjauhkan Nadia dari Daniel tapi malah mencelakakan gadis itu. Ia akhirnya kembali ke tempat duduknya tanpa sepatah katapun.
Heny yang dari depan berbalik dan memperhatikan setiap gerak-gerik Nadia. 'Apa sih istimewanya dia? Kenapa semua orang selalu ngasi perhatian ke dia? Nyebelin banget sih!' Nadia tiba-tiba menatap tepat kepadanya dan membuatnya terkejut lalu langsung berbalik ke depan.
David akhirnya masuk ke kelas dan menyapa murid-muridnya. Ia memanggil Steven, Amelia, dan Grace untuk maju ke depan dengan bangga.
"mulai minggu depan, mereka akan mengikuti kompetisi olahraga nasional tentu saja dari bidang basket. Kita punya Steven di tim basket Putra, Amel dan Grace dari tim basket Putri. Untuk kalian semua, harus ikut nyemangatin mereka, ya!" katanya yang disambut tepuk tangan oleh semua orang termasuk Nadia.
Steven hanya terdiam dan melihat Nadia yang bertepuk tangan dengan datar. 'Dan gue bakal nahan rasa bersalah selama seminggu sebelum akhirnya bisa minta maaf sama dia. Argh!'
Like it? You may want to add this book to your library!
If you have some idea about my story,
please be free to comment it and let me know.
Creation is hard, so cheer me up!
*ps: your power stone will be refill every 24 hours,
so spare me one of them, please.
Thank You xoxo.