Zefan membuka matanya perlahan ia ingat bahwa ia pingsan di atas atap sekolahannya tapi apa yang ia lihat ini sempat membuat dia berfikir bahwa mungkin dia bukan pingsan tapi serangan jantung.
Tempat ia berpijak sekarang adalah tempat terindah yg pernah ia kunjungi.
Ia berada di loteng sebuah rumah yang benar-benar megah seperti istana dengan interior kuno dan pahatan-pahatan halus di setiap dindingnya.
"Kau disini sayang?"
Zefan refleks membalikkan badannya mengarah pada orang yang berbicara. Seorang wanita berparas cantik dengan mata secerah langit membentang dan dapat dilihat jelas kumpulan awan tipis di dalam matanya serta jangan lupakan juga senyum menawan dari wanita itu.
"Jangan terkejut sayang," suara lembut dari wanita cantik itu mengingatkan yoongi pada bisikan malam itu.
"Ka-kau? A-apa ak-u sud-dah mati?" Gagap Zefan.
"Tentu saja belum sayang, kau sedang tertidur, sekarang indramu terbuka sepenuhnya," jelas wanita itu.
"Apa maksud anda? Dan apa anda ibuku?" Tanya Zefan.
Wanita itu tersenyum lalu berjalan mendekatinya.
"Benar sayang, aku telah mengakuimu saat kau berumur 11 tahun dan syukurlah masih tak ada yg tau hingga sekarang 'mungkin'. Jangan terlalu Formal, say. Aku lebih senang jika kau memanggilku Ibu, Mom, atau Eomma."
Zefan menatap wanita yang adalah ibunya terlihat sangat nyaman dan menghangatkan hingga tak sadar ia menghampirinya dan memeluk wanita itu.
"B-baiklah, Mom." Gumam Zefan.
"Kutahu kau punya banyak pertanyaan,," ucap wanita itu sambil melepaskan pelukannya dan menuntun Zefan ke pembatas loteng sambil menatap jauh keluar dari rumah itu.
"Ya, memang," gumam Zefan.
"Tanyakan saja sayang, selagi aku bisa menjelaskannya,"
"Siapa aku?"
"Kupikir kau sudah mendengarnya dari keluarga Fault,,"
"Ja-di, itu benar? Aku demigod?"
Wanita itu tersenyum dan mengangguk.
"Lalu Mom itu siapa?"
"Aku Athena."
"Seorang dewi?"
"Tentu saja sayang! Sayang sekali zaman sekarang sedikit sekali yang mempelajari kebudayaan kuno." Ucapnya. "Kau adalah anak ku, Zefan Khan. Kau harus tahu itu. Ada pertanyaan lagi?"
"Takdirku, titik balik musim dingin itu apa?"
Sang dewi terdiam sesaat matanya menyiratkan bahwa ia tak seharusnya mengatakan ini.
"Kau akan tau jika kau mengikuti petunjuk dari keluarga Fault, aku tak bisa mengatakannya sayang. Takdir seorang pahlawan harus di cari sendiri dan di tempuh dengan sendiri pula."
Sang dewi tersenyum masam sambil mengelus surai coklat anaknya.
"Maafkan aku, say. Karena aku kau harus menanggung beban ini."
"Tapi-"
"ATHENA!!"
Wanita cantik itu menengok arah suara di balik pintu yang terbuat dari marmer terdengar suara yang berat dan sangat berkuasa.
"Itu Zeus. Mungkin dia ada masalah dengan seekor ngengat lagi." Malasnya. "Kau akan menjadi pahlawan hebat sayang. Mom menyertaimu."
Belum sempat Zefan mengucapkan satu kata bahkan kata perpisahan, sang wanita mengibaskan tangan ke arah Zefan hingga pandangannya mengabur. Tempat ia berpijak berputar berpindah tempat. Ia melihat ke sekeliling ruangan itu. Sebuah gua yang besar dengan puluhan stalaktit di atasnya.
"Kita harus mencarinya!!"
Suara pria dewasa menyadarkan Zefan. Pemuda itu harus berjuang untuk mempercayai bahwa ini hanyalah ilusi, hanya mimpi. Namun, Zefan sangat penasaran dan menghampiri sumber suara. Zefan berada di balik batu besar dan mengintip dua pria yang sedang berbincang dengan penuh ketegangan.
Mereka terlihat seperti manusia pada normalnya. Pria yang satu memakai jubah hitam mengilat tanpa penutup kepala hingga menampakkan rambut seperti lidah api sebahu. Tingginya sekitar 2 meter kurang, badannya kurus berotot. Namun, wajahnyalah yang menarik perhatian, terdapat bekas luka lama melintang di hidung. Setiap pria itu bicara, ia meringis seperti rasa sakit itu masih dirasakannya. Lawan biacaranya terlihat tidak berbahaya sama sekali. Ia terlihat seperti remaja berusia 15 tahun biasa dengan pedang tersampir di sampingnya dan baju tempur lengkap ala Romawi. Di sisi lain terdapat sebuah sarkofagus (peti mati kuno) berukuran 3 meter dengan tinggi 1 setengah meter.
Zefan mengendap diam-diam mendengarkan percakapan itu.
"Cari anak itu! Ramalan berkata anak itu adalah kunci untuk menuntun kita!"
"Ya, memang dan aku sudah menyuruh seseorang yg akan membereskannya."
Pria itu menunjuk ke arah Zefan, ia terkejut tapi bukan dia yang pria itu tunjuk melainkan seekor anjing berukuran 2 meter dengan geligi runcing dan ekor yang terbuat dari ekor kalajengking. Bibirnya mengeluarkan bulir-bulir hijau yang ia yakini itu adalah racun mematikan. Jika seseorang tergigit, hancur sudah tubuh orang itu.
"Hewan apa itu?" Zefan gemetar, ia baru melihat hewan seperti ini seumur hidupnya.
"Bagus cari anak itu di Korea! Pergi SEKARANG!!!" Perintah pria itu dan di turuti oleh anjing itu.
Dengan seketika Zefan menyadari bahwa ia tak terlihat oleh para pria itu bahkan saat pria itu memberi perintah dia berada tepat 1 meter di depan anjing itu.
Tapi sayang sekali harapannya harus sirna. Terdapat monster lain yang lebih mengerikan. Seorang wanita bertubuh berbentuk naga dengan ular-ular beracun di kaki-kakinya seperti sulur-sulur yang melilit di kakinya. Kukunya besar dan tajam kulitnya hitam dan bersisik jangan lupa juga tubuhnya yang sepanjang 4 meter itu tengah menatap Zefan dengan sengit seperti mengajaknya untuk masuk ke pertempuran besar.
"Dia berada di sini tuan, anak itu," ucap sang wanita naga.
Zefan terdiam mematung ia ingin berlari tapi ia tiba-tiba tak bisa menggerakkan badannya dan terasa sangat berat. Walaupun bisapun ia akan lari kemana? Keringat dingin sebesar biji jagung membasahi dahi Zefan, jantungnya berdetak cepat bahkan nafasnya menjadi tak teratur.
"Dia sedang berdiri di samping batu itu, ternyata ibunya sudah benar-benar mengklaimnya tuan, bahkan ia bisa sampai di sini." Sinis wanita itu.
"Benarkah, sayang sekali inti sariku kesulitan mencapai tempat ini. Membuatku tak bisa melihat segalanya." Ujar pria itu.
Zefan sungguh ketakutan sekarang di tambah lagi wanita naga itu mendekatinya dengan suara-suara mendesis layaknya ular di lehernya.
"Sudah siap anak manis?" Ucap wanita itu dengan nada mengejek dan sudah tak sabar ingin melahap Zefan.
Zefan bahkan tak bisa mengeluarkan makian pedasnya, ia terlalu ketakutan hingga nyaris buang air kecil. Nyaris.
Samar-samar Zefan mendengar sebuah teriakan tak asing di telinganya. Sangat jauh dan benar-benar jauh.
'Luna,,' batin yoongi.
'Tolong aku,,'
"Zef!!!! ZEFAN!!!"
"HAHHHH," Zefan tersentak dan terbangun dari mimpinya dengan tubuh gemetaran, keringat dingin masih membanjiri tubuhnya. Suara sang wanita naga itu masih bergeming di telinganya membuatnya merinding setengah mati. Ia menatap Luna di sampingnya bahkan bukan hanya Luna yg berada di sana tapi keluarga Fault juga ikut menatapnya khawatir. Ternyata Luna menekan tombol itu. Air matanya menetes ia menggenggam erat tangan sahabatnya.
"Apa yg kau impikan Zef? Aku tak pernah melihatmu seperti ini." Khawatir Luna.
"Aku ingin kau tau semuanya Luna, tapi ku yakin kau tak akan percaya semuanya," ucap Luna sambil menatap satu persatu dari keluarga Fault termasuk Jason.
"Akan kucoba percayai apa katamu Zef bukan kah aku sahabatmu? Aku harus percaya apa yang di katakan sahabatnyakan?" Tanya Luna.
Zefan menatap Ray. "Ini akan membahayakannya, hyung." Ujar Ray jelas tidak mau Luna kenapa-kenapa.
"Kalau begitu, aku tidak akan menceritakan mimpiku dan tidak akan ikut kalian." Jawab Zefan keras kepala.
"Apa maksudnya itu? Kau akan pergi Zef?" Tanya Luna.
"Aku akan menjaganya, ceritakan saja." Mohon Zefan.
"Satu manusia tahu. Akan berbahaya memang. Tapi, dia bisa tinggal di rumah beberapa waktu. Akan aman disana." Al menyetujuinya.
"Baiklah," Jason menceritakan kejadian di atap dengan detail.
"Jadi, kau itu demigod? Setengah dewa?" Takjub Luna.
"Menakjubkan otak manusianya bisa mencerna itu semua." Ujar Ray.
"Otak manusia?? Memangnya demigod bukan manusia juga??" Kesal Luna. Wanita ini jelas tahu seluk-beluk mitologi Yunani melebihi Zefan.
"Baiklah, sekarang giliranmu. Ceritakan mimpimu." Ucap Jason.
Zefan menceritakan mimpinya, dan meninggalkan cerita tentang ia yang bertemu Athena.
"Itu Kampě, ya?" lirih Jason.
"Jangan menyebut namanya, bodoh!" maki Al.
"Maaf,"
"Ekhem, sebenarnya mendengar semua mimpi Zefan yang di gua itu, fakta bahwa kita harus segera meninggalkan tempat ini segera. Anjing neraka itu menuju kemari bukan? Kurasa dia sudah setengah perjalanan." Ucap Ray yang menyadarkan Zefan akan keadaan yang sebenarnya.
"Apa?!! Itu nyata?" Tanya Zefan.
"Akan ku jelaskan nanti." Jawab Jason.
"Maaf Luna, kau dalam bahaya karenaku,," ucap Zefan.
"Tak apa Zef, siapa tau ini menjadi sangat menyenangkan." Senyum Luna.
Mereka berlari menuju mobil keluarga Fault dengan kecepatan penuh mereka melintasi jalan raya itu.
"Tak ada pilihan," ucap Al sambil memegang kemudi. Ia mengambil sebuah koin emas dengan ukiran kuno.
"Drachma," lirih Ray dengan engan.
Al memasukkan koin itu ke dalam sebuah benda kotak yang seharusnya di masuki DVD.
"Demi Dewa-Dewi! Aku benci ini," Maki Jason.
"Sama." Balas Ray
"Pegangan yg erat," perintah Jason.
Dan dalam hitungan detik mobil itu melintas cepat entah berapa ratus kilometer per-jam yang pasti semua pohon dan rumah-rumah yang di lintasi seperti tertiup angin.
Zefan melirik Luna di sampingnya yanh tengah memejamkan matanya dengan bibir yang merapalkan doa dan tangannya menggenggam tangan Zefan dengan erat.
"Hampir sampai," ucap Al.
"Ada yg datang!!" Pekik Jason dan benar saja anjing neraka itu sekarang berada di samping mobil ini tengah mengejar kamu dengan kecepatan yang sama bahkan bisa di bilang lebih cepat.
Dan-
BRRAKKKKK
"Akkhhhh,,"
"Luna!!!!!!"
-
-
TBC