Download App
3.07% The Forgotten Princess. / Chapter 19: Menyembunyikan diri

Chapter 19: Menyembunyikan diri

Georgina duduk di sebuah kursi yang ada dibawah pohon sambil meminum air mineral dingin yang baru ia beli di vending machine, sejak pagi sudah puluhan tempat yang menolaknya bekerja karena Gina tak bisa menunjukkan surat izin kerja dari pemerintah. Yang mana surat itu wajib hukumnya dimiliki oleh warga negara asing yang ingin bekerja disebuah negara yang ia kunjungi dan tentu saja Gina tak memiliki itu, karena tujuan utamanya datang ke Barcelona adalah untuk menemui keluarga besar sang ayah untuk membuat perhitungan bukan untuk bekerja.

"Sepertinya aku memang ditakdirkan bukan untuk bekerja di negara ini,"gumam Gina lirih sambil menikmati hotdog untuk makan siangnya.

Gina tersenyum saat mengunyah makanannya, ia mengingat semua perlakuan yang ia dapatkan di tempat-tempat yang ia kunjungi. Bahkan surat lamarannya sempat dibuang oleh seorang manager minimarket yang ia datangi ke lantai, awalnya semua orang itu ramah padanya karena tahu dirinya baru lulus sekolah. Namun setelah mengetahui Gina adalah warga negara asing sikap mereka berubah 360 derajat, yang mana hal itu tak ia pahami sama sekali. Kenapa sikap orang-orang itu langsung berubah.

Setelah selesai menghabiskan satu porsi hotdog Gina meraih ponselnya untuk memeriksa akun media sosial saudara-saudara tirinya yang sudah ia ikuti, bahkan akun sang ibu tiri Vanessa Sanders pun juga sudah ia ikuti. Senyum Gina kembali tersungging saat melihat betapa mewahnya kehidupan saudara-saudara tirinya itu, bahkan Diego Alvarez yang jelas-jelas tak ada hubungan apapun dengan ayahnya juga menikmati segala kemewahan yang seharusnya menjadi miliknya.

"Apa yang harus aku lakukan, bu? Apa aku harus langsung datang ke tempat mereka dan berbicara dengan lantang dihadapan mereka semua kalau aku adalah anak Julian Sanders? Akh tapi jangan, aku tak boleh melakukan itu. Kalau aku datang dan berteriak-teriak di hadapan semua orang mereka semua pasti akan merendahkan aku, tidak. Aku tak boleh seperti itu."Gina bicara sendiri sambil mencengkram ponselnya dengan kuat.

Saat sedang menimbang-nimbang harus melakukan apa tiba-tiba terdengar suara jeritan dari seorang wanita dari arah kiri tempat Gina duduk, tak lama kemudian seorang dua pria bertopeng dengan senjata tajam nampak berlari dengan cepat dan masing-masing dari mereka terlihat membawa dua tas wanita ditangan kirinya. Fix, mereka berdua adalah copet.

Tanpa menungu lama Gila kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku celananya dan langsung berdiri mencoba menghadang kedua pria bertopeng itu.

"Pergi, jangan halangi kami." Salah satu dari pria itu menjerit dengan keras sambil mengacungkan senjatanya dari arah kejauhan pada Gina yang kini berdiri ditengan jalan.

Gina menyipitkan kedua matanya mencoba untuk melihat lebih jelas kearah dua pria yang sedang berlari ke arahnya tanpa bergeming, Gina sedang membaca kekuatan dua musuhnya dari jarak jauh. Senyumnya mengembang saat yakin kalau kedua pria yang sudah semakin dekat dengannya itu tak memiliki kemampuan berkelahi yang harus ditakuti, mereka berdua rupanya hanya penjahat kecil yang bermodalkan senjata saja.

Suara jeritan dari beberapa pejalan kaki yang melihat dua penjahat itu semakin mendekati Gina berteriak keras, mereka memerintahkan Gina menjauh dari tengah jalan. Akan tetapi Gina yang sudah lebih dari siap menyambut kedua pria itu hanya tersenyum, tepat sebelum kedua pria itu menggunakan senjatanya untuk melukai Gina yang ada didepannya Gina sudah menunduk. Ia menggerakkan kakinya dengan gerakan memutar, menjegal kaki kedua pria itu dengan mudah. Satu detik kemudian terdengar suara yang cukup keras saat tubuh kedua pria itu menyentuh paving box, Gina yakin sekali mereka pasti terluka mengingat betapa kencangnya kecepatan lari mereka.

"Fuck... kau cari mati bitch!"pekik salah satu penjahat itu dengan keras sambil meraih senjatanya lagi yang sempat terlepas dari tangannya dan langsung berdiri menghadap Gina dengan tangan yang menghunuskan senjata.

"Ayo pergi dari tempat ini, tinggalkan saja perempuan ini,"ucap penjahat lainnya dengan suara lirih namun masih dapat Gina dengar meminta temannya untuk pergi meninggalkan tempat itu.

"Tidak, pelacur kecil ini harus diberi pelajaran,"sahut penjahat pertama dengan keras, kedua matanya berkilat menatap tajam ke arah Gina penuh kemarahan. Ia sepertinya sangat kesal karena Gina membuatnya jatuh.

Georgina menipiskan bibirnya, ia ingin memanfaatkan pertengkaran kecil ini sebentar. "Dengarkan temanmu, pergilah selagi bisa. Jangan sampai kau malu lagi karena jatuh."

Perkataan Gina langsung membuat kedua penjahat itu meradang.

"Damn, this litte bitch."

"Ayo habisi pelacur rendahan ini sebelum pergi,"sahut penjahat kedua yang sebelumnya mengajak pergi dengan penuh emosi, sepertinya ia sudah terpancing dengan kata-kata yang Gina ucapkan.

Gina mengibaskan rambut panjangnya kebelakang saat kembali mendengar sebutan bitch dilayangkan padanya. "Ok, majulah kalian berdua. Aku siap melayani kalian."

"Banyak bicara...hiattt"

Kedua penjahat yang tubuhnya jauh lebih besar dari Gina itu menyerang Gina secara bersamaan dengan senjata tajam ditangannya, Gina yang sudah siap langsung menggunakan pukulannya untuk melumpuhkan kedua orang itu secara bersamaan. Gina sengaja menggunakan kedua tangannya untuk menyerang kedua orang penjahat itu untuk menghemat waktu dan tenaga, karena tahu lawannya bukan orang yang paham dengan ilmu bela diri Gina tak mau membuang banyak waktu. Meski hanya satu kali pukulan tapi kedua orang itu langsung tersungkur kebelakang dan kembali menyentuh paving blok dengan cukup keras, semua orang yang melihat itu langsung bertepuk tangan. Beberapa pria yang sebelumnya menonton dari pinggir langsung menghampiri kedua penjahat yang sudah tersungkur itu, mereka beramai-ramai berusaha mengarahkan pukulan pada dua penjahat yang sudah tak berdaya itu. Namun teriakan keras dari Gina akhirnya membuat semua pria itu menghentikan perbuatannya.

"Jangan main hakim sendiri, ingat pria sejati tak akan main keroyokan dan menyerang orang yang sudah tak berdaya,"ucap Gina lantang.

Sepuluh pria yang sebelumnya berusaha menghajar kedua penjahat itu langsung mematung, mereka merasa malu akan ucapan Gina. Suara teriakan dari dua wanita pemilik tas yang dicopet oleh penjahat itu membuat semua orang menoleh termasuk Gina, senyum Gina pun langsung mengembang saat melihat dua orang polisi muncul dibelakang kedua wanita pemilik tas yang langsung mengambil tasnya masing-masing itu. Karena merasa tugasnya sudah selesai Gina kemudian melangkah mundur, mencoba membaur diantara kerumunan orang-orang yang sedang mengerumini kedua penjahat yang sudah ditahan polisi itu.

Tak ada yang menyadari kepergian Gina kecuali seorang anak kecil yang sejak tadi melihatnya memberikan pelajaran pada kedua penjahat itu, Gina pun langsung meletakkan satu ibu jarinya di depan mulut. Ia memberi isyarat pada anak itu agar tak bersuara.

"Bye." Gina bicara tanpa suata sembari melambaikan tangannya pada anak kecil itu sebelum akhirnya ia naik ke sebuah bus yang baru saja berhenti di halte.

Dari dalam bus Gina bisa melihat orang-orang itu mulai mencarinya, namun Gina yang tak mau identitasnya diketahui memilih menyembunyikan dirinya didalam bus supaya tak dilihat oleh orang-orang yang sedang mencarinya.

Pahlawan akan pergi saat tugasnya sudah selesai dan itulah yang Gina lakukan saat ini.

Bersambung


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login