Download App
25.95% The Fleeing Chaos Demon / Chapter 73: Kiamat 3

Chapter 73: Kiamat 3

"Apa apaan?! Apakah dia benar-benar ingin menghancurkan dunia?"

Walaupun kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya, Azazel yang malang masih bisa meneriakkan kalimat itu didalam pikirannya.

Lalu, dia melihat Asheel yang mengerahkan kekuatan di tangannya sebelum memukul udara tipis, menyebabkan retakan ruang yang sangat besar.

BOOM!

Karena ruang yang pecah, dimensi disekitarnya menjadi terguncang tidak stabil, menyebabkan bencana alam terjadi di mana-mana. Bahkan dia bisa melihat puluhan tsunami berukuran ratusan meter yang akan menghantam Great Red di tengah. Tapi sebelum tsunami itu mengenainya....

Psshhhhhhhh!

Dia bisa merasakan udara dingin yang langsung merembes di pori-pori kulitnya, bahkan bisa melembabkan bagian dalam tubuhnya.

"Kekuatan ini....?! Bahkan sihir Satan Leviathan tidak bisa secara instan menciptakan kekuatan es skala ini.... Jangan bilang.....?!"

Perkataan sebelumnya mengacu pada Serafall Leviathan yang dengan sihir es-nya bisa membuatnya menjadi salah satu Satan.

"Dengan Asheel disini, tidak aneh lagi jika satu makhluk yang setara dengannya akan muncul...."

Tebakannya mungkin terdengar gila, tapi itu bisa dikonfirmasi pada adegan selanjutnya, dan dia mendengar suara seorang wanita.

"Ya ampun, Asheel. Kamu benar-benar tahu cara membuat keributan di pagi hari~"

Benar saja, wanita es ini adalah orang yang Asheel kenal.

...

Asheel tidak tahu betapa sakit kepalanya Azazel saat ini, dan dia sudah melupakan keberadaannya. Dia lalu menatap ke arah wanita dengan rambut putih salju dan mata merah mengkilap yang melayang dihadapannya.

"Sera, kamu disini juga?"

Setelah melampiaskan kekacauan didalam dirinya pada pukulan sebelumnya, dia menjadi sedikit tenang dan lebih waras. Jadi dia masih bisa mengenali Sera.

Alih-alih menjawabnya seperti biasa, Sera malah memarahinya saat ekspresinya berubah seperti halnya dibuat-buat: "Kamu gila ?! Membangunkanku dengan cara meriah seperti itu! Jika aku tidak memasang penghalang dengan susah payah, negara ini sudah tenggelam ke laut!"

"Jadi itu kamu yang memasang penghalang sebelumnya? Aku hampir menghancurkannya." Asheel hanya mengangguk dan mengelus dagunya.

Bahkan jika Sera memasang penghalang secara darurat, aura kekacuan masih bisa keluar dari penghalang itu, menyebabkan malapetaka didunia masih terus berlanjut.

Tiba-tiba, pakaian bawah Asheel merasa ditarik oleh sesuatu. Saat dia menoleh, dia bisa melihat tangan mungil Ophis yang menarik pakaiannya dengan memasang tatapan mata yang bertanya-tanya.

Dia sepertinya bisa memahami maksud tatapannya saat dia berkata, "Wanita didepanmu adalah Seraria Yrillgod. Anak dari orang yang menciptakanmu, dan juga kakak iparmu."

Ophis hanya mengangguk tanpa merubah ekspresinya, dan hanya menatap Sera setelah itu. Dia lalu melihat ekspresi Sera yang berubah secara drastis seolah kemarahan sebelumnya tidak ada.

"Hei, hei, Asheel! Apa acara yang sedang kau adakan saat ini?"

Setelah Sera menghampirinya, dia bertanya dengan wajah penasaran dan agak bersemangat.

"Acara...?" Asheel menggerakkan bibirnya, "Yah, mungkin ini acara pertemuan pertama dari kita tiga bersaudara yang terlahir secara tidak langsung."

"Oh...?" Sera lalu menatap Great Red dan Ophis. "Jadi kalian berdua juga diciptakan oleh Ayah..."

Ophis menatapnya sejenak sebelum mengangguk.

Alasan Asheel mengatakan jika Ophis, Great Red, dan dirinya merupakan makhluk alami yang terlahir secara tidak langsung karena mereka memang terlahir dari suatu konsep yang melambangkan unsur tertentu.

Asheel melambangkan kekacauan, Ophis melambangkan ketidakterbatasan, dan Great Red melambangkan mimpi. Ophis dan Great Red diberikan wujud dan jiwa oleh Supreme One secara langsung. Sementara Asheel sendiri, dia tidak tahu bagaimana jiwanya tercipta, tapi dia tahu jika dirinya terlahir dari kekacauan tak terbatas.

Asheel dan Ophis melihat Sera yang memiliki ekspresi gembira diwajahnya.

"Yosh, aku akan menjadi kakak perempuan kalian!" Sera berkata dengan nada yang bersemangat. Lalu ekspresinya meredup saat menatap Asheel, "Tapi beraninya kamu hampir menghancurkan penghalang yang kubuat dengan susah payah!"

'Kamu belum melupakan masalah itu?' Asheel tertegun di benaknya. Dia menggaruk kepalanya dan tidak berani menatapnya saat ini, "Yah, aku minta maaf."

Dia lalu menoleh ke suatu tempat dan melihat beberapa orang yang menuju ke tempatnya dengan kecepatan yang sangat cepat.

"Mereka datang..."

Para Guardian Floor yang baru saja tiba akan berlutut pada Tuannya. Tapi tidak bisa berkata-kata saat mendengar keluhan Sera. Mereka melihatnya sendiri saat Sera memasang penghalang hanya dengan menjentikkan jarinya, dan Sera repot-repot mempermasalahkannya jika membuat penghalangnya saja adalah sepotong kue baginya.

Kelompok itu berhasil menenangkan diri dan merasa bangga dengan kekuatan Supreme Being mereka, dan mereka segera sampai di hadapan Asheel dan Sera.

"Asheel-sama! Sera-sama!"

Guardian Floor beserta dengan Diablo yang ikut rombongannya, berlutut di hadapan mereka berdua.

Walaupun sosok Asheel berbeda saat ini dan mereka belum pernah melihatnya sama sekali, tapi sebagai bawahan kepercayaannya, mereka bisa mengenalinya dengan sekilas saat melihat penampilannya yang berbeda.

"Kalian juga datang," Asheel tersenyum melihat mereka.

"Ya, Asheel-sama! Maafkan kami karena terlambat untuk segera berada di sisi Anda!" kata Albedo dengan tegas dalam posisi berlutut, tapi dia tersenyum saat mengangkat kepalanya dan menatap Asheel.

Mereka menganggap keadaan ini sebagai situasi yang formal, dan karena itu mereka berlutut saat berada di hadapan Asheel dan Sera.

"Tidak apa-apa," kata Asheel sambil menatap mereka dengan penuh kasih. Tapi setelah itu, dia merasakan getaran energi di laut, membuatnya mengalihkan pandangannya ke arah itu.

"Sekarang, sekarang. Apa yang harus kulakukan pada orang besar itu."

Di laut, Great Red yang dalam beberapa waktu telah terjebak dalam bongkahan es besar, tiba-tiba meraung dari dalam.

ROOOAAARRRRRR !!!!

Raungan itu membuat bongkahan es yang menjebaknya menjadi retak, dan itu segera meledak dengan serpihan-serpihannya yang menyebar ke segala arah.

Para Guardian Floor dan Diablo yang sudah dibebaskan dari posisi berlututnya, menatap ke arah Great Red.

"Sungguh makhluk yang tidak sopan," Demiurge berkomentar saat dia menyesuaikan kacamatanya.

"Asheel-sama, apakah Anda ingin saya mengalahkan Naga itu?" Shalltear menawarkan diri saat berkata kepada Asheel sambil mengangkat roknya dengan anggun.

"Tidak perlu," Asheel menggelengkan kepalanya lalu menatap Great Red kembali. "Bahkan jika itu kamu, akan butuh waktu lama untuk mengalahkannya."

"Baik, Asheel-sama!" Shalltear tidak merasa tidak senang dengan perkataan Asheel, malahan dia memiliki senyuman di wajahnya.

"Asheel-sama, saya ingin memiliki Naga itu!" Aura melompat-lompat dengan gembira saat dia mengangkat tangannya.

"Kamu mau?" Asheel memiliki senyum penuh kasih saat menatap Aura. "Kalau begitu, kamu boleh menungganginya sebentar."

"Ya!" Aura melompat dengan gembira.

"Asheel-sama, apakah hanya perasaan saya tapi ... kenapa tidak membuatnya tunduk pada Nazarick?" Albedo bertanya dengan keraguan di hatinya.

"Karena dia adalah salah satu saudaraku," Jawab Asheel sederhana.

Tapi semua orang tertegun dengan itu.

"Apa ?!"

"Saudara.....?!

"Naga itu...?!

Masing-masing dari mereka memiliki ekspresi yang berbeda, tapi Aura adalah yang paling sedih karena kata-katanya sebelumnya yang dia ucapkan.

"Asheel-sama...."

Asheel sepertinya tahu apa yang dipikirkan Aura saat dia menepuk kepalanya.

"Tidak apa-apa Aura, ini juga pertama kalinya aku bertemu dengannya. Bahkan jika Naga itu adalah salah satu saudaraku, kalau kamu menginginkannya, aku akan memberikannya kepadamu."

Dia akan menjual Great Red tanpa ragu-ragu jika itu membuat Aura bahagia kembali, dia bahkan memperlakukan Great Red seperti barang yang bisa diberikan kepada siapa saja.

Ophis memiliki ekspresi tidak senang saat mendengar perkataan Asheel. Bagaimanapun, Great Red tetaplah saudaranya meskipun dia tidak ingin mengakuinya.

"Kalau begitu, Asheel-sama. Siapa gadis kecil ini?" Aura bertanya saat melihat Ophis yang juga menatap mereka semua. Seperti yang diharapkan, ekspresi riangnya kembali dengan cepat.

Asheel menatap Aura sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Ophis. Dia lalu berjalan menuju Ophis saat dia juga menepuk kepalanya dari belakang.

"Dia juga salah satu saudaraku, dan ini juga pertama kalinya aku bertemu dengannya. Tapi di saat berikutnya, dia akan menjadi adik perempuanku!"

"Woah..." Mereka semua sedikit terkejut karenanya.

"Aku tidak memiliki gender," Ophis masih tanpa ekspresi saat rambutnya acak-acakan karena Asheel mengusapnya terlalu keras, perkataan Asheel sebagai saudara perempuannya menjadi tidak relevan padanya.

"Kalau begitu, aku akan memberimu gender." Asheel berkata dengan santai saat dia terus menepuk kepala Ophis.

"Um, aku ingin menjadi perempuan!" Ophis mengangguk.

"Lalu, apakah Naga Merah itu memiliki gender?" Asheel bertanya dengan penasaran.

"Namanya Great Red," kata Ophis saat mengetahui jika Asheel bahkan tidak tahu apa-apa tentangnya. "Dia diciptakan sebagai perempuan oleh-Nya."

"Begitu." Asheel merenung sejenak sebelum berkata, "Dan kamu?"

"Walaupun aku tanpa gender, wujud ini diberikan oleh-Nya," kata Ophis.

"Jadi sejak awal kamu adalah seorang gadis, terlebih lagi kekanak-kanakan." Asheel tersenyum saat dia mengelus-elus rambut Ophis sekali lagi dari belakang.

"Uh!" Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Asheel, Ophis langsung berbalik dan meninjunya.

BAM!

Seperti sebelumnya, tidak terjadi apa-apa pada Asheel. Sebaliknya, tangan Ophis hancur sebelum beregenerasi kembali.

Mereka akan mengobrol lagi tapi tiba-tiba...

ROAAAAARRRRR !!!!

Mereka semua mendengar raungan Great Red yang membuat mereka semua menatap Naga itu.

Great Red meraung ke langit sebelum titik kecil terlihat di atmosfer. Titik itu semakin membesar semakin benda itu dekat dengan permukaan.

"Itu adalah ... meteor ?!"

Mereka bisa melihat sebuah meteor yang terbakar di langit dan sedang menuju ke arah mereka. Meteor itu terlihat sangat besar karena ukurannya yang sebesar bukit, dan itu sangat panas setelah melalui berbagai gesekan di atmosfer.

"Sepertinya dia sudah tidak bisa menunggu lagi, ya? Ophis, ini giliran kita. Mari kita pukul pantatnya!"

"Um!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C73
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login