Pasca membaca pesan dari pria itu. hingga pagi menjelang Yoona tak juga bisa tidur. Itu karena ia tengah mempersiapkan beberapa design baju untuk putri pria itu. Bekerja sama dengan pria itu benar-benar membuatnya trauma. Mengingat Sehun yang sangat pemilih membuatnya terjaga hingga matahari menyinari ruang kerjanya itu. Tak terasa sudah 10 design yang ia gambar di lembar kertasnya. Dengan beberapa sampel kain yang ia tempel di setiap design. Ketika itu, terlihatlah olehnya. Seberapa kacau ruang kerjanya. Ya, Yoona dikelilingi dengan kertas-kertas dan potongan-potongan kain. Melihat kekacauan itu membuat rasa lelah mendadak mendorong kuat kelopak matanya. Dan beberapa detik kemudian ia pun tertidur diatas meja kerjanya. Trrt.. Trrt.. Trrt.. dan matanya mendadak kembali terbuka.
Argggh!!!!!!!!
"Yeobseyo?" sapanya lembut.
"Cepat buka pintu! Diluar dingin sekali." ujar seorang pria.
"Heeee?" dijauhkannya ponsel itu dari telinganya. Dilihatnya sebuah nomor tak dikenal di layar ponselnya.
"Yak.. cepat buka pintunya.. aku sudah kedinginan.." ujar pria itu lagi.
"Kau siapa? Kenapa kau menyuruhku.."
"Sehun.." sela pria itu tergesa-gesa. "OH SEHUN!" ulang pria itu penuh penekanan.
"WHAT?!!!" tubuhnya reflek berdiri tegak.
Dengan gerakkan cepat diambilnya sebuah sapu lalu menggeser semua yang mengotori lantainya. Sebuah gundukkan kecil pun terlihat di sudut kamarnya. Aish! Tidak ada waktu untuk membuangnya. Ia pun memilih untuk menutup gundukkan yang berupa sampah itu dengan sehelai kain berukuran besar yang setidaknya berhasil menutup pemandangan tak enak itu. Kaki jenjangnya langsung berlari kecil keluar dari ruang kerjanya. Tidak, dia berhenti sejenak di hadapan sebuah cermin yang menempel hampir diseluruh dinding butiknya. WHAT THE!!! Kenapa aku sekacau ini?!!!
Trrt.. Trrt.. Trrt..
Dilirik cepat ponsel yang ada ditangannya, nomor itu lagi. Aish! Persetan dengan penampilanku! Dan ia kembali berlari menuju pintu utama butiknya. Sedikit berdehem, dan mulai membuka pintunya.
"Kau lama sekali!" itulah perkataan pertama yang pria itu katakan padanya.
Sebelum sempat dipersilahkan, pria itu sudah lebih dulu melangkah masuk. Meninggalkan Yoona yang masih berdiri diambang pintu. Menahan mulutnya yang hendak mengumpat kesal.
"Hari ini kau tutup?" tanya Sehun yang menyadari keberadaan Yoona didekatnya.
"Ne." jawab gadis itu singkat.
"Baguslah jika begitu."
"Bagus apanya?!!!!" erang Yoona dalam hati.
"Sudah kau siapkan disain bajunya?" berbalik dan menatap Yoona datar. Dapat ia lihat sisa raut kesal di wajah manis yang kucel itu.
"Ne, sudah.." jawab gadis itu diiringi helaan nafasnya. "mari ikuti aku." dengan langkah malasnya menuntun Sehun menuju ruang kerjanya. Kuharap dia tidak terlalu mengamati kondisi ruang kerjaku.
"Berantakkan sekali." kata Sehun tepat ketika ia menapakkan kakinya di ruangan itu. Sudah kuduga. Batin Yoona.
"Aku tidak punya waktu untuk membersihkannya.. duduklah."
"Termasuk dirimu?" Yoona langsung menatapnya heran. Ada apa dengan pria ini? Apa dia tidak bisa berhenti mencelaku?
"Ya, termasuk diriku. Mmm, mengenai diriku, aku tidak terlalu memusingkannya. Lagi pula aku akan tetap terlihat cantik." ujarnya penuh percaya diri.
"Ada yang bilang begitu?" tangkas Sehun seakan ingin tertawa.
"Ada, AKU!" melotot geram. "kau.. kau.." bibirnya bergetar hendak menyumpah. "sebaiknya kau lihat desain buatanku." melempar buku desainnya ke pangkuan Sehun lalu ikut duduk disamping pria itu. Disebuah sofa yang menghadap ke dinding kaca dan memperlihatkan ketenangan diluar sana. Mungkin dikarenakan cuaca yang mendadak menusuk sehingga membuat banyak orang memilih untuk tidak keluar rumah.
Percakapan mereka terjeda disaat Sehun mulai serius mengamati setiap disain yang Yoona buat. Omo, baru saja aku kesal padanya, dan sekarang aku terpana melihatnya? Pikir gadis itu ketika dilihatnya wajah serius Sehun, dengan jarinya yang menyentuh dagu dan sesekali menyentuh bibir seksinya. Glup! Tanpa sadar Yoona menelan ludahnya. Kenapa aku kepanasan? Ia berdehem tak jelas. Bergeser posisi agar sedikit membuat jarak dari pria itu. Gerakkannya membuat Sehun tersadar dari konsentrasi lamanya.
"Jika kau tidak bisa diam, pergilah. Aku akan memanggilmu jika sudah selesai." ujar Sehun ketus dan kembali mengamati disain tersebut.
"Cih, siapa diusir siapa? Yak.. ini rumahku! Ani, butikku!" decaknya yang tidak berniat bangkit dari sofa.
"Kalau begitu diamlah. Suaramu hanya membuatku sulit memilih.. Aish, kenapa tidak ada yang bagus." cela Sehun membalik lembar demi lembar dengan kasar.
"Hoh, kau tahu, aku menggambarnya dari malam hingga pagi. Bahkan aku tidak sempat tidur karena kau yang mendadak meneleponku!" bentaknya seraya mengacak pinggang dan langsung menatap ke wajah itu dengan mata melototnya. Terlalu dekat, sepertinya Yoona tidak menyadari gerakkannya itu. Tepat ketika Sehun menoleh padanya.
Dugg!
Benar-benar terlalu dekat. Bahkan ujung batang hidung mereka nyaris bersentuhan. Matanya yang melotot perlahan melembut lalu melepas tatapan itu. Dari sudut matanya ia bisa lihat itu, bahwa Sehun masih menatapnya, lekat tanpa putus. Ragu-ragu ia kembali bergeser kesamping setelah tadinya tanpa sadar merapat pada tubuh itu.
"Jadi kau tidak bisa tidur karenaku?" suara itu berubah drastis. Kini terdengar lembut dengan sedikit penyesalan. Takut-takut Yoona kembali menoleh padaya. Benar sekali, Sehun masih menatapnya. Tidak hanya suaranya, tatapan Sehun juga ikut berubah. Jika tadinya ia menatap Yoona datar, tapi kini tatapannya melembut seperti sutra.
"Aa.. itu.." Yoona mendadak salah tingkah. "gwenchana.. itu sudah tugasku." jawabnya yang memilih menatap keluar dinding kaca.
"Seharusnya tadi kau berkata seperti itu." dan suara itu kembali ketus. "aku mau semua." meletakkan buku disain itu ke pangkuan Yoona. "tapi aku mau kau buatkan satu untukku, sekarang juga, aku tunggu." tidak menghiraukan tatapan iblis dari Yoona. "aku keluar sebentar, kau pasti belum sarapan. Aku akan segera kembali. Kuharap setelah aku kembali kau sudah memulainya.." bangkit dari duduknya, dengan kedua tangannya yang bersembunyi didalam saku celana, Sehun melangkah keluar dari ruangan itu.
"Eomma.." rasanya ingin menangis. "tapi tunggu! Tadi dia bilang 'kau pasti belum sarapan', omo! Apa dia mau membelikanku sarapan? Oh God!" matanya berbinar dan aura iblis menghilang seketika dari tubuhnya. Ia mendadak bersemangat. Dengan ligas ia bangkit dari duduknya. Mengikat rambutnya seperti ekor kuda, meraih meteran kain dan melingkarkan pada lehernya. Kaki jenjangnya sudah melangkah menuju ruangan dimana tumpukkan kain berada. Dan setelah itu, ia mulai bertindak sebagaimana seorang designer. Tampak seksi dengan caranya sendiri.
--
Kaca mata hitam bertengger di batang hidungnya. Syal tebal yang baru saja ia ambil dari dalam mobil langsung ia lingkarkan pada lehernya, menutupi sebagian mulut seksinya. Kebetulan hari itu ia memilih mengenakan setelan jaket dan celana olahraga yang simpel, tentu agar tidak terlihat mencolok. Akhir-akhir ini ia terlalu sesak dengan kota Seoul. Kemanapun ia pergi dirinya selalu diikuti banyak remaja. Tapi sepertinya kali ini keberuntungan berpihak padanya. Terlihat dari langkah kakinya yang baru saja keluar dari coffee shop dengan santai.
Setelah sukses membeli minuman, Sehun memasuki sebuah toko roti yang letaknya tak jauh dari butik Yoona. Mondar mandir disana dengan santai. Sepertinya pakaian yang ia kenakan sangat membantu penyamarannya. Ia tersenyum akan itu. setelah sukses membeli roti, kakinya kembali melangkah santai keluar dari toko roti.
"Aaaaaaa!!!!! Itu disana!"
"Wahhhhhh! Oh Sehun!!!!"
"Sehun oppa! Sehun oppa!" seakan diserang ribuan zombie, ia sampai merinding melihat mereka.
Sebelum sempat dihampiri mereka, tanpa berpikir lagi, ia sudah berlari dari sana. Luar biasa kencang. Suara erangan mengiringi setiap langkahnya. Ia kesal bukan main, ketenangannya tidak pernah berakhir tuntas. Syukur ia seorang Atlit, berlari kencang seperti itu bukanlah masalah besar. Saking kencangnya, tak terdengar lagi olehnya teriakkan para zombie itu. Mungkin karena sudah tertinggal jauh darinya. Penuh perasaan lega ia segera masuk kedalam butik Yoona.
Dilihatnya Yoona yang tengah serius di meja kerjanya. Berkutat dengan kain dan jarum. Bolak-balik ke mesin jahit lalu ke mesin jahit lainnya. Ia memang terlihat sangat ahli. Merasa tidak ingin diganggu, Sehun kembali duduk di sofa. Mengamati keluar dinding kaca. Tepat ketika itu, dilihatnya segerombolan zombie (fansnya) yang baru saja berlarian melewati butik. Ia tersedak lalu terbatuk kecil. Membuat Yoona tersadar dari kesibukkannya.
"Waeyo?" tanya gadis itu yang tengah memalingkan wajahnya kebelakang, ke pria itu.
"Ani, gwenchana." jawab Sehun berusaha terlihat santai. Yoona kembali ke aktifitasnya. "yak, dinding kacamu tidak tembus pandang kan?"
"Tentu saja tidak. Mereka yang diluar tidak dapat melihat kedalam." jelasnya tanpa berhenti bekerja.
"Baguslah." suasana kembali hening. Sehun memilih menikmati kopinya seraya mengamati pekerjaan Yoona. Ketika itu, dilihatnya Yoona yang bangkit dari duduknya lalu melangkah menujunya, tidak melihat kearahnya, tetapi ke sesuatu yang berada dibelakangnya.
"Minggir." kata gadis itu ketus. Yang membuat Sehun reflek mengikuti perkataannya. Pria itu bangkit dari sofa lalu mengikuti arah pandang Yoona. Ternyata dibelakang sofa terdapat sebuah lemari yang memiliki banyak rak. Dan lemari itu lumayang tinggi. "aish, aku lupa mengambil tangga." mengingat tangganya telah disimpan Baekhyun di gudang di belakang butik. Akan sangat merepotkan jika ia harus menghubungi Baekhyun, karena kunci gudang bersama adiknya itu.
"Waeyo?" tanya Sehun.
"Apa kau bisa mencapai rak teratas?"
"Aku tidak setinggi itu." sela Sehun cepat.
"Aish.." Yoona mengacak pinggang seraya memikirkan itu.
"Aku bisa menggendongmu." ujar Sehun setelah itu. Meletakkan minuman yang sedari tadi ia pegang di atas meja. Melangkah ke hadapan Yoona. Ia sedikit berjongkok lalu memeluk erat pinggul Yoona.
"Yak, kau sedang apa!" tentu kaget melihat aksinya itu.
"Aish, kau berat sekali." Sehun mulai mengangkat tubuh itu. Yoona sedikit kualahan menjaga keseimbangannya hingga tanpa sadar ia meletakkan sebelah tangannya di kepala Sehun. Sedikit menjambak rambut pria itu, membuat Sehun mengerang kesakitan. "yak! appo!"
"Mian mian. Mundur sedikit.." pinta Yoona yang masih sulit mencapai rak teratas.
"Tidak bisa, ada sofa!" bentak Sehun.
"Kalau begitu naik ke sofa."
"Tidak bisa, sofanya terlalu empuk, hanya akan membuat kita terjatuh. Cepatlah! Kau terlalu berat!"
"Ia ia sebentar!" diremasnya rambut itu dengan geram seraya sebelah tangannya yang lainnya meraih rak tertatas. "aha!" akhirnya berhasil. Dengan cepat tangannya meraba isi rak lalu mendapatkan sebuah kotak kecil. "sudah, turunkan aku." serunya semangat.
"Huu.." dengan lega Sehun merenggangkan pelukkannya. Omo! Yoona yang terlalu aktif membuat Sehun kehilangan keseimbangannya.
Brukk!
Mereka terjatuh ke sofa. Tepatnya terduduk di atas sofa, tetapi posisi itu terlalu.. begini. Sehun memang terlihat duduk seperti biasa, tetapi tidak dengan Yoona. Gadis itu duduk menghadapnya, diatas pangkuannya, dan.. mengangkanginya dengan kedua lutut menekuk di atas sofa. Posisi itu terlihat sangat intim. Sukses memacu debaran jantung mereka. Suasana hening sejenak.
"Sepertinya kau nyaman dengan posisi ini." bisik Sehun menggoda. Menatap Yoona dengan senyuman mautnya.
"Hoh, yang benar saja." tangkas Yoona. Dapat ia rasakan kini wajahnya yang memanas karena malu.
"Buktinya kau tidak juga pindah dari pangkuanku." Dugg! Benar sekali. Entah karena suka atau lupa. Yoona masih saja berdiam diri diatas tubuh Sehun. Menelan ludahnya dengan gugup. Menahan rasa malu yang sudah menyeruak hebat, perlahan bangkit dari sana. Wajahnya menegang menahan kesal. Ragu-ragu kembali ke meja kerjanya. Berusaha untuk kembali fokus dengan tugasnya, dengan suara debaran jantungnya yang terus berbisik. Dibelakangnya, akhirnya Sehun bisa bernafas lega. Huh, kau nyaris menekan juniorku. Batin pria itu seraya melirik ke arah juniornya yang masih kalem. Dan suasana kembali hening.
"Kemarilah. Lihat ini." panggil Yoona 20 menit kemudian. Gadis itu baru saja memakaikan gaun mungil itu ke sebuah patung. Merupakan waktu yang sangat singkat untuk Yoona menyiapkan sebuah gaun nan indah itu.
"Sudah siap? Kupikir akan membutuhkan waktu yang lama. " decak Sehun menyimpan kekagumannya. Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Yoona. Ikut mengamati gaun buatan Yoona. "lumayan." hanya itu yang Sehun katakan.
"Cih, kau pikir kau akan temukan gaun seperti ini di tempat lain? Ini satu-satunya di dunia.." tangkas gadis itu penuh percaya diri. Sehun tersenyum mendengarnya. Omo, kenapa dia tersenyum seperti itu?!! terlalu mempesona. Erang Yoona dalam hati.
"Baiklah. Aku akan ambil ini." ujarnya setelah itu dan mulai membayangkan wajah Sora sang putri. Membuat senyuman diwajahnya semakin tampak manis. Yoona melangkah cepat mengambil kotak.
"Semoga putrimu menyukai gaun ini." kata Yoona yang mulai melipat gaun tersebut lalu memasukkannya kedalam kotak berwarna merah muda. Tak lupa mengikat kotak dengan pita berwarna kuning. "wah, cantik." gumam Yoona ikut tersenyum. Sejenak Sehun terlena dengan wajah itu, jarang-jarang melihat Yoona tersenyum seperti itu. "ambillah." Diberikannya kota tersebut ke Sehun. berusaha terlihat tenang, Sehun menerimanya dengan santai.
"Hubungi aku jika kau sudah menyiapkan yang lainnya." ia ingin mengatakan itu, tetapi mulutnya sulit untuk digerakkan. Yoona masih menatapnya menunggu perkataannya. Sungguh, Sehun masih ingin berlamaan disana. Aish! "aku pergi dulu." dan terpaksa mengatakannya. "aa, sarapanmu ada diatas meja. Makanlah." dengan berat hati ia melangkah keluar dari sana. Tepat ketika tubuh itu tak terlihat lagi, Yoona langsung menghempaskan tubuhnya diatas sofa. Menghela penuh kelegaan.
"Setiap detik disaat bersamanya kenapa selalu melelahkan? Ya, paling tidak dia sudah berbaik hati untuk membelikanku sarapan." pikirnya yang tidak lama dari itu langsung tertidur pulas.
--
Sehun menyetir dengan santai. saat ini adalah hari dimana ia akan menjemput Sora di rumah orangtuanya. Ia harus menempuh perjalanan selama 3 jam untuk tiba disana. Karena hanya seorang diri, Sehun memilih menyalakan radio agar perjalanannya tidak terlalu membosankan. Mendengarkan celotehan penyiar radio yang terus mengisi perjalanannya. Waktu terus berjalan dan musik terus berganti. Tak terasa ia hampir sampai. Tapi tiba-tiba saja ia mendengar sesuatu yang membuatnya reflek menarik stir hingga membuat mobilnya menepi. Ia fokuskan telinganya untuk mendengar apa yang kini si penyiar katakan.
"Bukankah itu berita yang sangat mengejutkan? Jelas-jelas butik itu sedang tutup, tapi kenapa Oh Sehun bisa masuk kesana? Ah, salah satu dari kru kami juga mendapatkan beberapa info. Ternyata sang disainer memang tinggal di butik itu, seorang diri. Itu berarti kedatangan Oh Sehun kesana untuk berduaan dengan disainer itu? Apa jangan-jangan mereka memiliki sebuah hubungan? Seperti yang kita ketahui, disainer yang bernama Im Yoona itu kan sangat cantik, dan pastinya sangat cocok dengan seorang Oh Sehun. ya baiklah. Kita doakan saja semoga mereka benar-benar berpacaran. Dan setelah itu putrinya yang manis itu akan memiliki seorang ibu secantik Im Yoona. Ah.. setelah melupakan itu. Aku semakin penasaran. Sebenarnya siapa ibu Oh Sora? Kenapa Oh Sehun tidak pernah mengungkapnya? Jika diperhatikan, Oh Sora tidak mirip dengannya. Ups! Sepertinya perkataanku sudah kelewatan. Oh Sehun-ssi, jesong hamnida.. sebaiknya aku segera memutarkan musik untuk kalian." keningnya mengkerut menahan amarah. Ia menutup matanya guna meredam kekesalannya. Sejenak ia teringat pada Yoona. Apa dia baik-baik saja? Memang, berita itu bukanlah berita buruk, namun akan sangat mengganggu. Karena setelah itu akan banyak wartawan yang menemuinya, termasuk Yoona.
"Aish.. jinja. Apa aku harus menghubunginya?" mengingat posisinya yang tidak mungkin untuk menghampiri gadis itu. "hah, biarkan saja." mencoba tidak memikirkan itu, ia melanjutkan perjalanan itu dengan penuh keraguan.
--
"Yak! Kau dimana?!" teriak Henry dari sambungan teleponnya. Yoona yang tengah menjahit hanya mendengus sebal. Dikecilkannya volumenya agar suara itu tidak terlalu merusak gendang telinganya. Dengan headset bluetooth yang ia gunakan, ia tetap bisa melanjutkan pekerjaannya.
"Pelan-pelan saja bicaranya.." ujarnya lembut berusaha fokus dengan jahitannya.
"Aku baru saja mendengar berita itu. Apa itu benar?" tanya Henry mendesak dan terdengar berlebihan.
"Tentu saja tidak!" bentak Yoona.
"Kenapa tidak?" dan suara si dokter mendadak melemah.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan??? Kau bertanya, aku menjawab. Jangan tanya ulang!" bentak Yoona lagi tak paham.
"Kupikir kalian benar-benar berpacaran.. Aku senang bukan main. Makanya aku langsung menghubungimu.."
"Hah, yang benar saja. Berpacaran dengannya?!" benar juga, kenapa tidak? "tentu tidak mungkin! Aish, kau merusak konsentrasiku. Jangan hubungi aku lagi!" melepaskan headset dari telinganya dan lanjut bekerja.
Trrt.. Trrt.. Trrt..
Ponselnya kembali berdering. Sebenarnya Yoona malas untuk menerima telepon itu, tapi ketika dilihatnya nama Yuri yang tertera di layar ponselnya, senyuman langsung merekah di wajahnya. Ia sangat merindukan sahabatnya itu.
"Yak.. Kau kemana saja? sudah dua bulan lebih kau tidak menghubungiku.." tanya Yuri yang terdengar manja. "aku sangat merindukanmu.. apa kau sesibuk itu?"
"Mianhae.. kau kan tahu, aku mendadak terkenal. Ternyata menjadi terkenal sangat merepotkan." sahut Yoona yang memilih mengentikan pekerjaannya sejenak.
"Ehei.. jangan terlalu memaksakan diri. Jika kau merasa tidak kuat, ya jangan dikerjakan.. atau jika perlu, kau bisa menambah karyawanmu. Dan berhenti ikut bekerja! Kau hanya perlu membuat disainnya saja.."
"Aku tidak bisa.. beberapa client memintaku untuk membuatnya langsung. Yak, datanglah ke butikku.. kenapa kau tidak pernah kesini?!"
"Bukannya tidak mau, aku takut mengganggumu. Arraso, aku akan kesana ketika hari libur. "
"Aku tunggu.."
"Ah, hampir terlupakan. Padahal itu niat awalku menghubungimu." sela Yuri cepat. "yak, benar kau berpacaran dengan Sehun? Sora appa?" nada suaranya mendadak berubah menyelidik.
"Aish.. aku matikan sekarang!" kembali melempar headset dari telinganya.
"Nuna.. nuna!" teriak Baekhyun yang tidak lama dari itu menyelipkan kepalanya dari sela pintu. "nuna!"
"Oo.. wae!"
"Ottokhaji?!! Banyak sekali wartawan yang menunggu diluar! Aku sudah mengunci pintu butik agar mereka tidak bisa masuk.."
"Eonni!!!!!!!" kali ini suara Hyeri yang terdengar.
"Wae.. wae!"
"Oh Sehun!" menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Sehun oppa ada disini!!!"
"MWOOOOOO????"
Ternyata Sehun memilih kembali ke Seoul dari pada melanjutkan perjalanannya menuju rumah orangtuanya. Ia merasa harus menuntaskan masalahnya terlebih dahulu. Ia tahu itu, Yoona pasti tidak akan nyaman dengan keberadaan para wartawan disana. Mereka yang haus akan informasi tidak akan berhenti sebelum mereka mendapatkan bahan berita yang memuaskan. Tanpa pikir Sehun memutar stir dan kembali ke Seoul.
Ia masih mengingat itu, ia datang ke butik Yoona kemarin, dan sehari setelah itu Seoul dihebohkan dengan berita mengenai dirinya dan Yoona. Benar-benar memusingkan. Tapi sekarang ia tahu betul jawaban apa yang harus ia katakan agar para wartawan yang ada disana berhenti mengganggunya terutama gadis itu. Dilihatnya dari kejauhan, jalur menuju butik Yoona sudah dipenuhi dengan mobil-mobil yang terparkir di tepi jalan. Ia terus mencari tempat untuknya memarkirkan mobil, tapi tidak juga ketemu. Satu-satunya tempat yang kosong yaitu halaman butik Yoona. Menelan dalam-dalam rasa gugup yang mulai menyeruak, Sehun kembali menekan gas menuju butik tersebut.
Kedatangan mobilnya langsung disambut hiruk pikuk wartawan. Mereka langsung mengambil gambar seakan mereka mengenal mobil milik siapa itu. Tidak menghiraukan itu, Sehun menekan klakson berulang kali sehingga membuat mereka menepi dari jalan yang menghalangi mobilnya. Mobilnya langsung memasuki halaman butik dan terparkir asal disana. Sebelum keluar dari butik, ia mencoba menghubungi Yoona, tapi nomornya sibuk. Ia ingat itu, Shindong pernah memberikannya nomor Hyeri, adik Yoona. dan panggilan itu langsung tersambung.
" Ini aku, Oh Sehun. "
" Heeeee? " Hyeri yang mendapat panggilan itu langsung berlari ke pintu utama butiknya. Benar sekali, ia melihat sebuah mobil terparkir asal didepan pintu itu.
"Kalian pasti mengunci pintunya. Bukalah, aku akan masuk." ketika itu mobilnya sudah dikelilingi para awak wartawan.
"B-baiklah. Gwenchanayo? Mereka sudah mengepungmu."
"Gwenchana. Aku masuk sekarang." menghembuskan nafasnya dengan geram. Dengan gerakkan cepat ia keluar dari mobil. Sinar kamera langsung menerpa wajahnya. Tidak menghiraukan berbagai pertanyaan yang tertuju padanya, kakinya terus melangkah maju. Tapi para awak terlalu menyudutkannya membuatnya semakin kesal. Aish.. aku benar-benar kesal. "semuanya! Dengarkan baik-baik." teriaknya keras membuat hiruk pikuk disana senyap sesaat. "ijinkan aku untuk masuk kesana. Tidak lama, Aku akan segera keluar dari sana dengannya. Setelah itu kalian bisa tanyakan padaku apa yang ingin kalian tanyakan." perkataannya membuat para wartawan menepi dan membiarkannya untuk melangkah masuk. Hyeri membukakan pintu untuknya dan setelah itu langsung menguncinya kembali. "dimana dia?" tanya Sehun ke Hyeri.
"Eonni? Dia ada di ruangannya."
"kalau begitu katakan padanya bahwa aku ada disini."
"Oo? Ne.." Hyeri langsung berlari menuju ruang kantor Yoona. dan tidak lama dari itu Yoona keluar dari sana. Berlari kecil menghampiri Sehun yang tengah berdiri gelisah.
"Yak.. kenapa kau kesini?" tanya Yoona cemas. Dilihatnya segerombolan wartawan yang masih memadati halaman butiknya.
"Ikutlah denganku." kata pria itu yang sudah menarik lengan Yoona.
"Yak.. yak.. kemana? diluar banyak.."
"Menemui mereka." sela Sehun menatapnya lekat.
"Mwo? Yang benar saja. untuk apa?"
"Untuk menuntaskan masalah ini." ujar Sehun santai. "gwenchana.. kau hanya perlu diam. Aku yang akan menjelaskan kepada mereka."
"Tapi.." tidak sabar menunggu, Sehun langsung menarik lengannya. Hyeri membuka kuncinya dan mempersilahkan mereka keluar dari butik. Dihadapan para awak, mereka berdiri berdampingan. Menyadari kegugupan yang tengah Yoona rasakan. Perlahan, tangan Sehun bergerak lembut, dari lengan gadis itu turun hingga mengisi setiap sela jemari Yoona. Menautkan genggaman tangannya lebih erat dari sebelumnya. Berbagai pertanyaan langsung menghujani mereka. Pusing bukan main mendengarnya. Sehun sudah memikirkan itu. Selama perjalanannya menuju butik itu, selama 3 jam lamanya ia mengemudi, hanya satu jawaban yang menurutnya akan sangat ampuh. Dengan penuh keseriusan, semakin menggenggam tangan itu. Sehun beranikan untuk mengatakannya.
"Ya, semua itu benar. Kami memang berpacaran." ungkapnya penuh penekanan.
-
-
-
-
-
Continued..
-
-
-
-
-
Hi kakak-kakak..
Saya baru saja terbitkan novel.
Judulnya White Romance
Jika ingin tahu, bisa cek di instagram saya @hyull
Murah kok. Rp 78.000
Dan White Romance novel terbaik yang pernah saya buat.
Siapa tahu tertarik, bisa langsung diorder.
Maaci..