Download App
13.79% The Eyes are Opened / Chapter 28: Pamit (Part 03)

Chapter 28: Pamit (Part 03)

[Teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng]

Bell istirahat berbunyi, kami langsung berpencar masing-masing untuk istirahat.

"Ndra ayuk ke ke kantin yuk!" Ajak Karin.

"Ya yuk rin. eh Di, kamu nggak mau ikutan ke kantin?" Tanyaku pada Claudi.

"Nggak Ndra. Tadi pagi mbak gue masakinsemur daging, jadi ya aku bawa bontotan ini hehehe.. gue makan di kelas aja. Ow ya nanti aku nitip pastel bihunnya sama sate usus satu bungkus ya!". Ucap Claudi.

"Siiippp dehh.. Aku ke kantin dlu ya Di.."

"Bye Diii.." Ucap Karin.

"Kamu tadi telat ta Ndra? Kok pagi tadi aku cari di kelas kamu nggak ada?". Tanya Karin.

"Iya aku tadi telat. Bangun kesiangan hahahahaha.."

"Ow makanya kok tadi pagi gak kelihatan.. Kamu mau beli apa?"

"Hmmm.. gak tahu, lihat menu di mbak Sus situ aja dulu yuk hari ini masak apa dia." Ucapku sambil menggandeng tangan Karin ke lapak Mbak sus yang terdapat di ujung kantin.

"Mbaakkkk Suuusss.. Hari ini masakannya apa?" Tanyaku sambil berteriak di depan lapak yang setinggi dadaku dan hanya terdapat kotak kecil yang hanya terlihat bagian wajah untuk melayani pembeli.

"Apa Ndra?" Tanya Mbak Susi dari dalam lapak kantin.

"Masak apa aja mbak? Aku mau makan."

"Hari ini masak kare ayam, bali tahu telor, soto ayam, sama nasi campur, ada dadar jagung juga, sama kering tempe." Terang Mbak Susi menjabarkan masakannya hari ini.

Menu makanan di lapak kantin Mbak Susi atau sering disebut Mbak Sus merupakan makanan paling enak dan banyak di sekolahku. Harganya juga masih murah untuk kantong anak SMP. Jadi nggak salah jika lapak Mbak Sus sangat ramai apalagi di jam-jam istirahat. Meskipun nggak di jam istirahatpun seperti di jam kosong terkadang ada aja yang beli masakannya. Yaaa.. bukan berarti lapak kantin yang lain nggak enak, tapi kalau mau cari kenyang, enak dan murah ya di lapak Mbak Susi ini kami beli makan. Ada lapak lain yang jualan bakso dan mie ayam, ada yang jualan snack dan jajanan pasar, serta nasi mika-an. Jadi ya tergantung selera tiap anak ingin membelanjakan uangnya untuk beli apa sihh... Beberapa anak yang bersekolah di sini sudah sangat akrab banget sama penjual di kantin seperti aku dan Karin, sehingga kebanyakan mereka sudah hafal dengan nama kita. Ketika berkomunikasi punkita jauh lebih santai dan nyaman, nggak terlalu kaku namun masih menghormati penjualnya. Terkadang beberapa anak di sekolahku, jika terlalu akrab sampe mereka juga sering bercanda sama penjual-penjual di kantin. Jadi bisa di bilang kantin adalah tempat nongkrong terbaik lah di sekolahan selain perpus dan kursi pojokan di kelas.. Hehehehe..

"Uhmm.. aku beli nasi soto aja deh mbak, ada perkedel e nda?" Tanyaku.

"Oh.. adaaa... siap wesss.. Itu Karin mau makan apa?" Tanya Mbak Sus.

"Oh, aku nasi campur ya mbak, pake kering tempe sama bali tahu!" Teriak Karin.

"Wokee.. Siappp!! Di tunggu ya gaiiiss!". Ucap Mbak Sus dengan logat khasnya.

Sembari menunggu makanan kami, kami berjalan ke lapak kantin sebelah untuk membeli minuman dingin dan tak lupa membeli titipan Claudi.

"Ndra. Itu si Chen sama genknya. Kado dari Chen Li kamu apakan Ndra? Mama kamu tahu?" Tanya Karin tiba-tiba padaku.

"Hah? Mana?" Tanyaku sembari mencari batang hidungnya Chen Li.

"Heehhh jangan di toleh. Dia lagi beli nasi di Mbak Sus, persis di belakangmu. Jadi gimana?"

"Ohh... ya aku kembalikan, baik-baik aja kok. Mungkin kalau dia mau kenalan dengan cara yang normal, ya bisa aja gak apa sih.. Tapi kalau sembunyi-sembunyi gitu meskipun malu ya jangan harap bisa kenalan yaaa..". Ucapku.

"Waahhh...berani juga kamu Ndra. Kalau aku pasti malu Ndra. Hahahaha.."

"Aku ya malu sih benernya tapi.. barang itu bukan hak milikku ya harus di kembalikan sama yang punyalah. So, ngapain malu kalau kaya gitu." Ucapku dengan sedikit ketus.

"Eh tuh nasinya udah dateng. Yuk makan terus cap cus balik." Ucap Karin sambil menyambar piring yangtelah terisi penuh dengan nasi pilihannya yang terihat menggugah selera.

Tak lama nasi soto ayamku datang bersamaan dengan Chen Li yang meminta ijin untuk duduk di bangku sebelahku.

"Eh, permisi ya.. di sebelah sini nggak ada orangnya kan?" Tanya Chen Li pada Karin, karena aku saat itu sedang fokus menikmati makan siangku.

"Oh, he'em koshong khok." Jawab Karin yang sambil mengunyah makanan di mulutnya sambil menendang nendang kakinya ke kakiku.

"Iya aku tahu. Sudah ah aku mau makan." Jawabku singkat dan terus fokus pada makananku.

10 menit berlalu dan aku bersama Karin sudah selesai makan, kami langsung beranjak dari tempat duduk dan segera berjalan kembali menuju ke kelas. Saat aku melewati punggung Chen Li yang bersebelahan denganku, aku hanya meliriknya dan langsung pergi. selang beberapa puluh langkah setelah keluar dari kantin, tanpa sengaja aku mendengarkan percakapan Chen Li dengan teman-temannya. Bahwa Chen Li masih menyukaiku, namun ia masih malu jika harus bertatapan langsung dengan ku. Ia mencoba mendekatiku tadi dengan duduk di sebelahku, namun ia gagal dapat berbicara langsung denganku. Teman-temannya terdengar mensupport Chen Li dan terdapat beberapa teman laki-lakinya yang menggoda Chen agar ia lebih berani menghadapi orang yang ia sukai. Mendengar hal tersebut aku segera berlalu dan menjauh agar tak dapat mendengarkan obrolan mereka lagi.

Keesokan harinya, hari dimana ada acara doa penghiburan di rumah miss Jeny malam hari. Aku ke sekolah seperti biasa hingga selesai.

"Ndraaa!!." Teriak Karin dari kejauhan saat aku berjalan menuju gerbang sekolah. Aku menoleh kebelakang dan menunggu Karin untuk menghampiriku.

"Eh, kamu nanti naik apa ke rumah miss Jeny?" Tanya Karin.

"Hmm... nggak tahu, mungkin sama mama naik sepeda motor. Lagi pula ruamhku kan dekat sama miss Jeny." Ucapku.

"Nggak usah! Bareng aku aja. Nanti aku naik mobil sama mama papaku. Jadi kita bisa ke rumah miss Jeny sama sama. Gimana? Kalau iya, sepulang sekolah ini aku kasih tahu mamaku biar menghubungi mamamu buat berangkat bersama.. Yaaa.. yaaaa.." Pinta Karin.

"Hmmm.. boleh deh. Tapi apa nggak merepotkan papamu harus mutar-mutar dulu?" Tanyaku.

"Nggakkk apaaa... Oke?? Nanti malam aku jemput jam setengah tujuh yaaa.." Ucap Karin sambil melambaikan tangannya dan berjalan pulang.

Akupun langsung mencari pak Daud yang telah menungguu di luar gerbang sekolah dan langsung pulang menuju ke rumah. Selama perjalanan ke rumah, aku melihat ke arah langit yang mulai berubah menjadi gelap, awan abu-abu mulai menutupi langkit yang biru dan cerah. Melihat kondisi alam seperti itu, pak Daud segera menancapkan gasnya agar tidak kehujanan selama di perjalanan. Langit semakin gelap dan menjadi lebih gelap. Angin mulai berhembus kencang dari yang hawanya panas menjadi lebih dingin.

"Wah Ndra, sebentar lagi mau hujan ini? Kamu nggak apa ta?" Tanya pak Daud.

"Ya agak cepetan aja om, biar nggak sampe kehujanan." Ucapku.

"Ya ini tak ngebut ya! Pegangan!"Ucap Pak Daud sambil menambah kecepatan sepeda motornya.

Akhirnya aku dapat pulang dengan selamat sampai rumah tidak kehujanan alias belum hhujan sampai rumah.

"Siang ma! Andra pulang!" Teriakku ketika memasuki rumah.

Tak terdengar suara mama sama sekali di dalam rumah, aku berlari menuju dapur dan mendapati mama sedang memasak makan siangku.

"Maa... Andra sudah pulang!" Ucapku kembali.

"Iya! Ganti baju sana lalu makan siang sama mama. Mama lagi buatin sayur asem sama goreng ikan asin nih!" Ucap mama yang masih terus memasak di dapur.

"Siap boss!!" Ucapku sambil lalu dan berlari ke kamar. Tak lama kemudain setelah selesai ganti baju dan membasuh tangan dan kaki sepulang sekolah, aku menuruni anak tangga rumah dan menuju ke dapur untuk membantu mama menyiapkan makan siang. Kami makan siang bersama sambil mengobrol santai seperti biasanya.

"Ma, nanti malam Karin mau jemput kita untuk ajak berangkat bersama ke rumah miss Jeny." Ucapku.

"Iya tadi mamanya Karin barusan telepon mama juga. Ya udah lah, nanti kamu siap-siap aja ya.. jadi waktu Karin datang kita langsung berangkat, biar mereka nggak nungguin kita terlalu lama." Ucap mama.

"Iya ma." Jawabku singkat.

Akhirnya malampun tiba. Sudah dari jam lima sore aku bersama mama sudah siap untuk pergi menuju ke rumah miss Jeny. Papa yang baru saja pulang kantor tak ingin mengikuti acara tersebut, ya karena papa merasa lelah sepanjang hari ini. Kami sempatkan untuk makan malam bersama sebelum berangkat dan tepat pukul setengah tujuh malam Karin menjemputku.

["Tin!Tin!"]

Bunyi klakson mobil terdengar dari depan rumah. Aku bersama mama segera bersiap-siap dan berpamitan kepada papa yang tidak ikut. Aku dan mama memasuki mobil Karin dan aku duduk di bangku belakang bersama Karin.

"Ow ya Ndra, kata Karin kamu dapet mimpi di datangi miss Jeny ya? Kok bisa? Gimana ceritanya?" Tanya tante Hetty, mamanya Karin.

"Oh iya tan.. Saya di datangi miss Jeny di dalam mimpi. Ya awalnya saya nggak percaya sih, tetapi mimpi saya terasa nyata banget. Dan waktu dengar berita tentang miss Jeny meninggal nggak lama saya dapat mimpi itu barulah saya yakin jika itu benar-benar miss Jeny yang berpamitan pada saya." Ucapku sambil menceritakan seluruh kejadian sewaktu bermimpi.

Selama perjalan menuju ke rumah miss Jeny, kami berlima di dalam mobil banyak bercerita dan bergurau, sehingga perjalanan tak terasa sepi dan membosankan. Hingga tak terasa kami telah tiba di depan rumah miss Jeny yang besar. Terlihat di depan gerbang rumah terpasang tiang bendera kuning dengan tanda + di tengahnya berwarna putih. Aku melihat juga dari dalam mobil telah banyak orang yang telah datang dari kalangan orang-orang gereja dan beberapa di antaranya terdapat saudara dan keluarga besar miss Jeny. Sesaat hendak ingin turun dari mobil, bertepatan dengan pintu gerbang besar rumah miss Jeny terbuka, aku melihat ada miss Jeny menggunakan gaun putih berdiri di sanding adiknya Roy yang menerima tamu-tamu doa malam itu. Aku mengucek mataku beberapa kali apakah yang aku lihat ini beneran nyata atau hanya mimpi? Karena baru saja kemarin miss Jeny berpamitan kepadaku di dampingi oleh dua malaikat. Kenapa sekarang ada di sini? Aku sedikit tak percaya dengan yang aku lihat. Aku mencolek mamaku dan menceritakannya.

"Ma! Ma! Andra lihat ada miss Jeny sedang berdiri disandingnya ko Roy sambil tersenyum melihat tamu yang datang!". Bisikku pada mama. Mendengar aku berbisik pada mama, tante Hetty bertanya kepadaku.

"Kenapa Ndra?" Tanya tante Hetty.

"Itu lho Het, katanya Andra lihat si Jeny di depan gerbang sama Roy sambil senyam senyum gitu." Jelas mama.

"Lho iya ta? kamu bisa lihat jelas ta Ndra?" Tanya tante Hetty.

"Iya te. Itu miss Jeny ada di depan, dan sekarang sedang memperhatikan kita sambil melambaikan tangannya." Ucapku sambil tersenyum pada miss Jeny.

"Ya udah yuk masuk." Ucap papanya Karin mengalihkan pembicaraan.

Kami berlima berjalan dari tempat parkir hingga memasuki rumah miss Jeny. Malam itu aku benar-benar melihat miss Jeny terlihat bahagia. Saat kami hendak memasuki pintu rumahnya, beliau berasa di samping pintu sambil terus tersenyum kepada kami. Aku dan Karin berjalan di belakang orang tua kami sambil bergandengan tangan. Disaat aku dan Karin hendak memasuki pintu rumah, aku dengan sengaja mengalirkan energiku agar Karindapat merasakan hadirnya miss Jeny di rumah itu sambil membisikkan ke telinganya.

"Nanti senyum aja waktu masuk rumah, lalu dalam hati ucapin salam ke miss Jeny. Miss Jeny ada di sebelah pintu masuk." Bisikku.

Dan benar terjadi apa yang aku pikirkan, miss Jeny menanggapi salam kami dan Karin sempat terkejut mendengar balasan dari miss Jeny. Tak lama kami masuk ke dalam rumah, teman-temanku yang les bersama dengan miss Jeny tiba. Kami duduk bersebelahan dan melihat di tengah-tengah ruangan terdapat tilam kecil yang tertata rapi dengan di hiasi bunga mawar dan melati di bawanhnya dan tertutup kain putih. Kami tahu yang tertutup tersebut adalah jenazah dari miss Jeny yang tengah di baringkan.

Aku melihat ke sekelilingku sesaat, miss Jeny terus menghapiri setiap keluarga dan teman-temanny yang hadir malam itu. Miss Jeny juga membisikkan ucapan-ucapan semangat dan terimakasih di setiap telinga orang-orang yang ia sayangi. Ia berharap mereka tak merasa terlalu kehilangan miss Jeny karena miss Jeny pergi dengan bahagia. Gaun putih nan indah sangat cantik di gunakan oleh miss Jeny, di lengkapi dengan setangakai bunga mawar merah yang tersemat di dadanya memperindah gaun yang beliau gunakan. Beliau terus berkeliling hingga akhirnya menemui adik-adiknya yang termenung sedih di dalam kamar mereka. Ko Roy dan ce Julie saling berpelukan di kamar sambil menangisi kepergian kakaknya. Miss Jeny yang terus berusaha menghibur adik-adiknya yang ia tinggalkan tak kuasa untuk menahan tangisannya. Ia memeluk dengan hangat kedua adiknya dan membisikkan beberapa kalimat di setiap telinga mereka. Cukup lama mereka saling berpelukan dan menangis hingga tante dari miss Jeny menghampiri mereka dan menenangkan tangisannya dengan memberikan segelas air putih.

Miss Jeny kemudian berjalan lagi ke arah dapur dan melihat nenek dari papanya yang termenung melihati jenazahnya. Miss Jeny memeluknya dengan hangat dan membisikkan ucapan perpisahan untuk neneknya serta ucapan terimakasih jika sudah merawat Jeny hingga dewasa sejak mama papa Jeny tiada. Tak lupa ia mencium kening dan pipi neneknya sebagai salam perpisahan untuk terakhir kalinya. Selesai dari situ, miss Jeny berjalan ke arah ruang tengah dimana teman-teman gerejanya berkumpul. Saat itu doa dan puji-pujian telah di panjatkan, miss Jeny terlihat turut ikut memuji bersama di tengah-tengah teman-temannya dan memeluk sahabatnya yang sedang menangisi kepergiannya. Hingga akhir acara miss Jeny masih tinggal di rumah dalam rumah, dan saat doa penutup tiba, miss Jeny menghampiriku dan berpamitan untuk yang terkahir kalinya padaku.

"Dyandra. Terimakasih ya untuk malam ini kamu datang bersama teman-temanmu. Saya sangat senang sekali malam ini dapat berkumpul bersama kalian lagi meskipun saya tak dapat memberikan pelajaran bagi kalian. Saya berharap di masa depan kelak, kalian dapat menjadi orang yang sukses dan berhasil. Terimakasi ya Ndra. Saya pamit dulu. Mulai malam hari ini saya sudah ada di surga bersama Bapa. Jadi jangan sedih dengan kepergian saya, karena saya pergi dengan damai dan sukacita. Bye Ndra!" Salam perpisahan dari miss Jeny yang tak lama kemudian ia menghilang di tengah-tengah cahaya putih yang terang. Seketika itu aku bersama Karin meneteskan air mata di pipi, menangisi kepergian miss Jeny dengan bahagia dan damai.


next chapter

Chapter 29: 5 Bersaudara

Malam itu akhirnya aku bersama teman-temanku merasa lega dan juga sedih telah mengantarkan kepergian guru les kami yang sangat baik untuk selamanya. Selesai acara doa beberapa orang gereja sempat mengobrol bersama membahas untuk waktu pemakaman miss Jeny, saat itu aku melihat mamaku tengah berbincang dengan seorang wanita sebayanya. Aku melihat aura wanita itu berbeda dengan yang lainnya. Seperti ada yang janggal dan seperti orang yang sering sekali bergesekan dengan hal mistis. Aku terus saja memperhatikan mama yang sedang berbincang dengan wanita tersebut, hingga teman-temanku tak ku perhatikan hingga mereka pulang dari rumah miss Jeny. Sedangkan Karin yang juga masih menunggu kedua orang tuanya ia sibuk bermain fri*ndster di ponselnya.

"Ndra! Sini." Panggil mama dari kejauhan sambil mengayunkan tangannya memanggilku. Segera aku bangkit dri tempat dudukku dan menghampiri mama yang sedang duduk di sudut ruang tamu rumah miss Jeny.

"Ya ma." Jawabku ketika aku berdiri dihadapan mama yang sedang duduk.

"Ndra, ini kenalin teman baru gereja mama, namanya tante Nunuk. Tante ini punya anak lima lho Ndra. Ada yang seumuran denganmu, dan ternyata rumah tante Nunuk ada di gang sebelah rumah kita! Masih satu komplek." Ucap mama menjelaskan informasi wanita itu dengan sangat antusias.

"Oh iya hallo tante.. Salam kenal.. saya Dyandra..." Ucapku dengan nada yang semanis mungkin di depan tante Nunuk. Saat melihat tante Nunuk lebih dekat memang terlihat dengan jelas, jika ia sangat sering bersinggungan dengan makhluk tak kasat mata, dan ia memiliki sensitifitas terhadap 'mereka' di sekitarnya.

Setelah menemani mama mengobrol dengan tante Nunuk, aku bersama Karin pun pulang. Kami langsung berlari menuju temapt parkir mobil yang terletak di seberang rumah miss Jeny. Saat itu telah jam sembilan malam, beberapa tamu yang menghadiri doa penghiburan telah pulang terlebih dahulu hany atinggal beberapa yang pulang bersama kami.

"Iiihhh... padahal dari tadi sudah berpamitan lho, kok bisa-bisanya sih masih ngobrol lagi di depan rumahnya miss Jeny?" Ucap Karin dengan nada yang kesal.

"Ya namanya aja orangtua rin.. bilangnya p ulang, tapi beberapa menit lagi tuh. Bisa-bisa setengah jam lagi." Timpalku yang sudah lelah menunggu orang tua kami yang masih terus mengobrol dengan yang lainnya.

"Ma! Pa! Ayokkk!! Sudah jam berapa ini?!" Teriak Karin dari depan mobil yang berjarak 5 meter dari kedua orang tuanya.

"Ya sudah ya bu, kami pulang dulu. Ayok pa, Karin sudah ngantuk itu mungkin." Ucap tante Hetty.

"Iya, iya.. Ya udah pak, saya duluan ya.. Sampai ketemu besok pagi di pemakaman." Ucap papanya Karin mengakhiri perbincangan.

"Ce, sudah?" Tanya tante Hetty pada mamaku.

"Iya sudah Het, aku dari tadi juga tungguin kalian, tapi aku nggak enak kalau kalian masih mengobrol sama pak Denny tadi." Ucap mamaku sambil berjalan ke arah kami.

"Lhooo.. tadi harusnya cece yang kasih tahu aku ce, jadinya kita kan nggak ke malaman pulangnya.. Maaf lho ya ce.." Ujar tate Hetty sambil membuka pintu mobil.

"Halah nggak apa. Ow ya, anak-anak duduk di tengah aja sama tante Dona ya.. Jadi nggak perlu bongkar bangku dulu.." Ucap tante Hetty saat kami hendak menaiki mobil.

"Iya ma." Ucap Karin.

"Lho ce, tadi itu siapa? Kok aku baru lihat ya?" Tanya tante Hetty.

"Ohh.. itu tadi mbak Nunuk Het. iya aku juga baru kenal sama orangnya. Katanya sih tadu waktu cerita-cerita, dia itu dulunya jemaatnya gereja pentakosta terus karena ada problem di grejanya, lalu dia mutusin untuk pindah ke gereja kita dan dia sudah jadi jemaat di sini lima bulan."

"Ow iya ta? Terus tadi itu apa mbak Nunuk kenal sama Jeny?"Tanya tante Hetty.

"Ya nggak kenal sih.. dia tadi ikut di acara doa penghiburan juga diajak sama pak Denny, kan dia di gereja ikut pelayanan sebagai pendoa." Terang mama.

"Ow gitu to.. terus rumahnya dimana itu ce? Kok naik sepeda angin?"

"Rumahnya lho ternyata denkat sama rumahku. Tapi masih ngotrak dia.. Belum punya rumah tetap sejak suaminya pindah kerjaan dari kantoran ke pabrik. Apalagi anaknya lima." Jelas mama.

Tak lama mama dan tante Hetty berbincang di dalam mobil, takku sadari aku bersama Karin telah tertidur selama perjalanan. Padahal jarak dari rumah miss Jeny ke rumah jika naik mobil tidak terlalu jauh, tapi saat itu aku merasa telah tertidur cukup lama, hingga kami tertidur dengan sambil menyenderkan kepala kami satu sama lain sebagai tumpuan.

"Ndra. Andra. Ayo bangun nak, kita sudah nyampai rumah." Suara mama terdengar lembut di telingaku. Aku membuka mataku dan melihat sekelilingku sesaat. Dan benar adanya aku telah berhenti di depan pintu rumah.

Hawa dinginnya malam yang menusuk hingga terasa di tulangku berhembus dengan lembut namun rasa dingin ini tak kuasa tubuhku yang kecil menahannya. Aku segera berlari setelah membuka pintu mobil.

"Rin, aku pulang dulu yaa.. byee.. sampai ketemu besok di sekolah.."Ucap perpisahanku pada Karin.

"Iyaa... bye Ndraa.."Balas Karin.

"Tante, om, terimakasih ya.. Andra pulang dulu ya te.. om.. Hati-hati di jalan.." Ucapku sambil menutup pintu mobil dan melambaikan tanganku kearah kaca mobil yang terbuka perlahan.

"Iyaaa.. makasi ya Ndraaa..". Teriak Karin dari dalam mobil yang telah terbangun dari tidurnya.

Aku berjalan memasuki rumah bersama mama dan mendapati papa yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi di ruang keluarga.

"Pa... mama sama Andra sudah pulang..". Ucap mama sembari melepas sepatu dan menaruk tasnya di atas lemari sepatu depan rumah. Namun tak ada jawaban dari papa yang mengiyakan kami jika sudah tiba.

"Paaa...papa... Mama sama Andra sudah pulang nihhh!!" Teriakku sambil mendekati sofa yang di duduki papa. Saat aku mendekatkan badanku ke sofa tersebut dan melihat apa yang papa lakukan, ternyata papa tertidur sambil duduk di depan televisi yang masih menyala. Aku bersama mama tertawa melihat papa yang tertidur lelap di sofa sambil menunggu kami pulang ke rumah.

"Kasihan papamu nak, nungguin kita kelamaan pulang sampai tidur di kursi. Ambilin selimut sama bantal nak, biarin aja dulu papa tidur di sini. Kalau di bangunin kasihan nanti kaget malah ngigau-ngigau gak jelas nantinya.. Hahahaha.." Ucap mama sambil membaringkan badan papa yang terkulai lemas di kursi sofa.

Setelah memberikan bantal dan selimut yang diminta mama, segera aku berlari ke kamar dan membasuh wajahku bersiap untuk tidur.

Malam yang panjang akhirnya berakhir di atas kasur yang empuk dengan selimut yang hangat, dan tak lama aku pun tertidur dengan pulas hingga keesokan harinya.

[Cuiiittt-cuiittt-cuiitt-cuiittt-cuuiiittt]

Terdengar suara kicauan burung di jendelaku yang sedang bernyanyi-nyanyi menandakan jika matahari sudah menyingsing tinggi di atas langit. Rasa kantuk yang dalam membuatku susah untuk membuka mata dan enggak untuk beranjak dari tempat tidur. Dengan setengah sadar, aku mengambil jam waker yang terletak di nakas sebelas tempat tidurku.

"HAH!! Sudah jam 8 pagi?? Waduh!! Telat ke sekolah dong?!" Ucapku panik melihat jam yang sudah semakin siang. Aku bergegas bangkit dari temapt tidurku dan dengan sigap mengambil handuk yang tergantung di balik pintu kamarku. Aku berlari menuruni anak tangga dan cepat-cepat masuk ke kamar mandi.

Disaat aku hendak memasuki kamar mandi, mama yang memperhatikanku sejak aku turun dari tangga memberhentikanku.

"Ndra? Kamu mau kemana kok buru-buru?" Tanya mama.

"Ya ke sekolah lah ma! Sudah ah, nanti aja! Andra sudah telat ini!" Ucapku sambil berteriak di dalam kamar mandi.

Tak sampai 15 menit aku selesai mandi dan bergegas menuju ke kamar. Tetapi ketika aku hendak menaiki tangga menuju kamarku, mama memanggilku dari arah ruang tamu. Aku menghampirinya dan melihat di ruang tamu ada tante Nunuk dan seorang anak laki-laki yang masih kecil duduk di pangkuannya. Anak kecil ini terus menerus menatap ke arahku hingga aku merasa risih. Aku menundukkan kepalaku sebagai ucapan salam kepada tante Nunuk tanpa aku berbicara kepadanya. Sejak awal mama mengenal tante Nunuk, aku sudah tak nyaman di dekatnya oleh karena hal itu aku tak ingin menjalin komunikasi dengan tante Nunuk hingga lebih lama maupun lebih dalam.

"Apa ma? Manggil Andra? Ini sudah telat kok mama manggil-manggil segala." Ucapku dengan nada kesal.

"Mama tanya, kamu mau kemana kok ada telat-telat gitu?" Ucap mama dengan santai.

"Ya mau kemana lagi? Andra mau berangkat sekolah lah! Sudah jam berapa ini?? Mama juga sudah tahu kalau Andra bangunnya kesiangan kok nggak bangunin Andra. Biasanya jam 5 pagi sudah bangun Andra. Ngalah-ngalahi jam alarmku aja maa... maaa..." Jawabku.

"Hmmm..tolong lihatin kalender dong di situ sekarang tanggal berapa." Ucap mama.

"Haduuuhh.. pake acara suruh liat tanggalan. Ck." Omelku sambil berjalan menuju kalender yang terpasang di dinding sebelah kabinet. Aku memperhatikan tanggalan hari ini dan melihat jika tanggal hari ini tepat di hari Jum'at tanggal 16 bulan Mei 2008.

"Hmmm... tanggal 16 Mei.. Aahhhkkkhhh!!! sekarang tanggal merah to!" Teriakku yang baru menyadari jika hari ini libur. Mendengar mama yang tertawa di ruang tamu membuatku sedikit kesal dan aku segera menghampirnya.

"Ma! Kenapa dari tadi nggak bilang sih kala hari ini libur?! Kenapa pake acara ngetes-ngetes Andra segala?! Kan bikin emosi jadinya!" Ucapku dengan nada kesal. Mama melihatku yang kesal malah tertawa bersama tante Nunuk seakan-akan mama meledikku.

"Ihh!! Malah ngetawaian sih!" Ucapku dengan kesal.

"Ya habisnya kamu yang pelajar harusnya bisa ingat tanggalan dong.. Hari ini masuk apa nggak.. bukannya mama yang terus-terusan kamu buat kaya alarmmu. Ow ya ini lho anaknya tante Nunuk yang paling kecil. Sini dulu deh." Kata mama sambil mengayunkan tangannya memanggilku dan aku menghampirnya lalu duduk di sebelah mama.

"Oh iya hallo tante.. Maaf tadi Andra buat keributan ya.. hehehe.." Ucapku basa basi.

"Nama anaknya siapa te?" Tanyaku lagi.

"Hallo Ndraa... It's ok kok.. namanya manusia bisa aja lupa. Hehehehe.. Tante lihat kamu kaya kelelahan sekali sampai kamunya lupa hari ini sekolah atau nggak.." Ucap tante Nunuk.

"Oh-Iya te.. Ya biasa di sekolah banyak kegiatan... hehehehe...". Ucapku.

"Ini anak tante yang paling terakhir.. Namanya Kiki, masih 8 tahun usianya.. Ow ya nanti juga ada anak tante datang lagi, mungkin kalian bisa berteman." Ucapnya lalu tersenyum manis kepadaku.

"Waahhh lucu ya tan anaknya.. Cowo tapi wajahnya manis.." Ucapku sambil tersenyum.

"Tan, permisi dulu ya kalau begitu saya mau sarapan dulu.."

"Oh iya Ndra, silahkan." Ucap tante Nunuk lalu melanjutkan kembali berbicang dengan mama.

Siang itu perasaanku nggak enak, sejak tante Nunuk ke rumah, semakin aneh aja aku merasakan di rumah ini. Apa hanya perasaanku saja ya? Tapi memang tante itu sangat aneh sejak aku melihat dan mengenalnya di rumah miss Jeny. Aku hanya berharap tak ada hal-hal aneh yang terjadi di sekitarku nantinya.

[Tiinnn-tinnn]

Terdengar suara klakson sepeda motor dari depan rumah. Entah siapa lagi yang datang ke rumahku siang-siang begini. Apa salah satu anak dari tante Nunuk yang di ceritakan tadi atau bukan, bukanlah urusanku. Selesai makan siang, aku segera berlari menuju ke kamar lalu terdengar lirih dari ruang makan suara mama dan tante Nunuk.

"Ce, saya pamit pulang dulu ya. Terimakasih sudah ijinin saya main-main ke sini.." Ucapnya dan beranjak dari tempat duduknya


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C28
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank 200+ Power Ranking
    Stone 0 Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login

    tip Paragraph comment

    Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

    Also, you can always turn it off/on in Settings.

    GOT IT