Download App
5.26% The Dangerous Love Zone / Chapter 10: The Dangerous Love Zone - 07

Chapter 10: The Dangerous Love Zone - 07

Grek..

Azami yang sedang mengancingkan lengan kemejanya langsung menolehkan kepala kearah pintu ruang rawat inapnya, dimana sosok Juza dengan setelan formalnya sudah berdiri di depan pintu dan kini berjalan menghampiri dirinya.

"Bagaimana dengan bajunya? Apa pas dengan tubuhmu?" Tanya Juza saat dirinya sudah berdiri di hadapan Azami dan memperhatikan dengan seksama kemeja putih berbalutkan rompi rajut yang membalut tubuh Azami.

"Ya ukurannya pas. Aku akan mengganti biaya untuk baju ini dan juga biaya rawat inap rumah sakit ini." Jawab Azami, membuat Juza menghela nafas.

"Sudah berapa kali aku mengatakan ini. Kau tidak perlu mengganti semuanya." Balas Juza yang kini berjalan menuju sofa.

Azami yang mendengar perkataan Juza merasa tidak terima.

"Aku tidak bisa menerima begitu saja pemberian orang lain tanpa membalasnya. Lagi pula ini sudah mejadi kewajiban ku untuk mengganti semu biaya yang kau keluarkan untuk merawat ku."

Juza menaikan sebelah alisnya. "Jadi, kau masih bersikeras ingin mengganti semua biaya yang sudah aku keluarkan untuk mu dan juga adik mu?"

Azami menganggukan kepalanya cepat. "Tentu!"

"Dengan cara apa? Bukankah semua barang mu sudah hilang di rampok? Bahkan saat kamu keluar dari rumah sakit ini, kamu tidak memiliki uang untuk pergi kembali kerumah mu bukan?"

Azami terdiam mendengar perkataan Juza. Dirinya membenarkan apa yang dikatakan oleh pria itu, bahkan uang koin pun dirinya tidak memilikinya sama sekali untuk menghubungi Renji dan mengabari jika dirinya sudah mengalami perampokan.

"Aku akan mencari pekerjaan disini untuk mengganti semua biaya yang sudah kamu keluarkan."

Juza mengulaskan seringai diwajahnya. "Baik jika kamu akan mencari pekerjaan disini. Lalu bagaimana dengan tempat tinggal? Apa kau berniat membiarkan dirimu dan adik mu untuk tinggal di pinggiran ruko milik orang lain?"

Juza semakin mengulaskan seringai diwajahnya melihat Azami yang terdiam tidak dapat menjawab pertanyaannya.

"Bukankah aku sudah pernah berkata padamu, lupakan semua tentang biaya yang sudah ku keluarkan untuk merawat mu dan juga adik mu. Lalu aku akan memberikan mu dana untuk pulang kembali kerumah keluarga mu?"

Azami menolehkan kepalanya kearah Juza.

"Tapi kau menolaknya dan bersikeras untuk mengganti uang ku terlebih dulu dengan mencari pekerjaan disini lalu kau baru akan kembali kerumah keluarga mu."

"Aku tidak keberatan jika kau ingin mencari pekerjaan disini. Tetapi apa kau sudah berpikir menganai tempat tinggal? Karena disini jarang ada pekerjaan yang membayar pekerjanya setiap hari."

Azami mengepalkan kedua tangannya.

"Aku juga sudah memberikan saran kepadamu bukan? Jiku kau bersikeras untuk melunasi semuanya, kau menetaplah dirumah ku lalu bekerjalah di kafe milikku sampai kau dapat melunasi semua biaya yang sudah ku keluarkan dan kau sudah memiliki uang untuk pergi kembali kerumah keluargamu."

"Tetapi sampai saat ini kau masih belum memberikan jawaban kepada ku mengenai saran terakhir yang ku berikan padamu."

Juza melipat kedua tangannya didepan dada dengan sorot mata dan ekspresi wajah yang datar mengarah kepada Azami yang masih terdiam.

"Janganlah menjadi egois. Ingat kau memiliki seorang adik perempuan yang harus kau jaga dan lindungi selama kau berjauhan dengan anggota keluarga mu yang lain."

"Aku memberikan saran terakhir kepadamu karena kita adalah sama-sama seorang kakak yang harus melindungi adiknya. Jadi ku harap kamu tidak akan mengambil keputusan yang akan membuat mu menyesal nantinya."

Azami menghela nafasnya panjang. Dirinya harap, pilihan yang akan dirinya pilih saat ini adalah pilihan yang benar demi Yuri dan dirinya.

"Baiklah. Aku akan menyetujui saran terakhir yang kau berikan padaku."

Juza mengulaskan kembali sebuah serinngai diwajahnya mendengar perkataan Azami.

"Bagus. Kalau begitu mari kita pulang. Jangan biarkan adik mu menunggu terlalu lama."

Azami kembali menghela nafasnya melihat Juza yang sudah berjalan lebih dulu keluar dari ruang rawat inapnya.

"Aku harap ini adalah pilihan yang benar."

***

Ctar.. Ctar.. Ctar.. Ctar..

Flut.. Flut..

"Selamat kembali Azami-kun!"

"Selamat kembali Niichan!"

Azami yang baru saja membuka pintu utama rumah milik Juza dibuat terkejut dengan suara letusan dan hujan confeti mengelilingi diirnya.

Belum lagi kini dirinya melihat sosok Yuri tengah bediri dihadapannya dengan sebuah kue terulur ditangannya. Jangan lupakan juga para pria asing yang berdiri di sekitar Yuri dengan masig-masing dari mereka memegang sebuah terompet kecil.

"Ekhm, kalian tidak perlu repot-repot membuat sambutan seperti ini." Ujar Azami yang merasa tidak enak karena keluar dirinya dari rumah sakit disambut seperti ini.

"Kami sama sekali tidak merasa direpotkan."

"Benar! Lagi pula ini ide milik Yuri-chan. Kami sama sekali tidak merasa di respotkan."

"Iya Niichan. Ini adalah ide ku dan semua karyawan kafe tidak merasa keberatan untuk membantu ku!"

Azami yang melihat ekspresi senang diwajah Yuri pun merasakan sebuah kehangatan dihatinya. Ini pertama kalianya dia melihat ekspresi bahagia terpancara diwajah Yuri setelah berita kematian kedua orang tua mereka.

"Terimakasih semuanya sudah merawat dan menjaga Yuri-chan!" Ucap Azami sambil membungkukan badannya dalam dan sontak membuat semua orang yang ada disana merasa gugup. Karena baru pertama kali ini ada orang yang membungkuk begitu dalam kepada mereka.

"Errr. Azami-kun, sudah. Kau tidak perlu membungkuk begitu dalam kepada kami."

"Benar. Kami tidak habis melakukan hal yang begitu mulia sampai kau harus membungkuk seperti itu."

"Sudah, kau tegapkan kembali tubuh mu Azami-kun."

"Yuri-chan, kamu bujuk lah kakak mu untuk berhenti membungkuk kepada kami."

Yuri yang mendengar perkataan sahut menyahut dari para karyawan kafe yang selama beberapa hari ini membantu dan menemaninya bermain pun terkekeh geli.

"Niichan memang seperti itu. Cara untuk membuatnya berhenti membungkuk adalah dengan membalas kembali ucapannya."

Para karyawan kafe yang mendengar perkataan Yuri, kini mereka saling melemparkan tatapan pada satu sama lain.

"Sama-sama. Kami juga mengucapkan terimakasih karena kau sudah berterimakasih kepada kami!"

"Terimakasih kembali Azami-kun!"

"Terimakasih!"

Para karyawan kafe pun membungkukan badan mereka dan saling sahut menyahut mengucapkan kata-kata terimakasih kepada Azami, sampai akhirnya mereka menegakan kembali tubuh mereka.

Juza yang sedari tadi terdiam memperhatikan interaksi antara Azami, Yuri dan para rekannya pun hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, lalu berjalan menghampiri Azami.

"Kau ambil lah kue yang sudah dibuat oleh adik mu. Setelah kita merayakan kedatangan mu, kita semua akan mengadakan pertemuan besar." Ucap Juza menepuk pelan bahu Azami lalu berjalan meninggalkan Azami, Yuri dan para karyawan kafe yang tengah membungkukan badan memberi hormat kepadanya.

Azami yang melihat semua orang yang berada disana membungkukan badan kepada Juza, semakin membuat dirinya yakin jika Juza adalah atasan dari semua orang yang berada dirumah ini.

***

Setelah acara penyambutan Azami selesai, kini semua orang yang berada dirumah Juza dengan total dua puluh dua anggota termasuk Juza, Azami dan Yuri sudah berkumpul di sebuah ruang pertemuan yang lebih mirip seperti ruang keluarga.

Juza yang memperhatikan semua anggota intinya sudah berkumpul pun memulai membuka suara.

"Baik, berhubung kalian semua anggota inti sudah berkumpul disini. Aku akan memperkenalkan secara resmi kalian kepada Azami dan juga Yuri yang sementara ini akan menjadi anggota inti juga."

Para pria yang merupakan anggota inti kini saling melemparkan tatapan pada satu sama lain sebelum mereka mengulaskan senyum cerah lalu bertepuk tangan bersamaan.

Prok.. Prok. Prok..

"Wah, selamat bergabung Azami-kun!"

"Mohon kerja samanya!"

Seru para pria anggota inti yang direspon anggukan kepala oleh Azami. Kini Azami pun berdiri dari duduknya bersama dengan Yuri.

Para pria anggota inti yang melihat Azami da Yuri berdiri pun semakin memeriahkan tepuk tangan mereka.

"Selamat sore semuanya. Perkenalkan nama ku Azami Shouta dan ini adik ku Yuri Shouta, mulai hari ini kami berdua akan tinggal disini dan bekerja di kafe untuk sementara waktu. Mohon untuk bimbingan dan kerja samanya!"

"Mohon untuk kerjasamanya!"

Azami dan Yuri pun bersamaan membungkukan tubuh mereka pada Juza dan para pria anggota inti.

Setelahnya Azami dan Yuri kembali duduk di tempat mereka.

"Baik, untuk perihal pekerjaan kita yang sebenarnya, aku sudah memberitahukan kepada Azami dan tentu saja Azami sama sekali tidak akan kita ikut sertakan. Azami hanya akan bertugas untuk bekerja di kafe saja." Ucap Juza melanjutkan rencana perkenalannya.

Para pria anggota inti pun menyetujui apa yang di katakan oleh Juza. Karena mereka juga tidak ingin melibatkan pekerjaan ekstrim mereka kepada Azami, apalagi kepada Yuri. Bahkan sebenarnya untuk bekerja sebegai karyawan kafe pun mereka semua sama sekali tidak menyetujui nya. Karena akan ada banyak anggota dari kelompok gangster lain yang datang ke kafe dan bertemu dengan Azami.

Mereka merasa khawatir jika Azami dan Yuri akan di jadikan target konflik kelompok gangster suatu saat nanti.

"Sekarang, waktunya kalian memperkenalkan diri masing-masing dan juga pekerjaan kalian sebagai apa di kafe."

Salah seorang anggota inti mengangkat tangannya dan sontak menjadi pusat perhatian semua yang ada disana.

"Ya, Tenma-kun. Apa ada yang ingin kau bicarakan?" Tanya Juza kepada salah seorang anggota inti tersebut.

"Apa kita tidak menyebutkan pekerjaan kita sebagai anggota kelompok gangster, Juza-san?"

Juza terdiam sesaat sebelum dirinya menyetujui apa yang dikatakan oleh salah seorang anggota inti yang dirinya panggil Tenma.

"Baiklah, kalian juga bisa menyebutkan pekerjaan kalian sebagai anggota kelompok gangster."

Suara decakan kagum pun terdengar saling bersahutan, membuat Azami yang sedari tadi memperhatikan mereka sedikit merasa tertarik dengan pekerjaan mereka sebagai anggota kelompok gangster.

"Ok selamat sore Azami-kun dan Yuri-chan. Perkenalkan namaku Goshi Chigasaki, dikafe aku memegang posisi sebagai kepala kafe dan didalam kelompok gangster aku memegang posisi sebagai ketua dari pasukan tim satu." Ucap Goshi memperkenalkan dirinya kepada Azami dan Yuri. Setelahnya Goshi pun memperkenalkan satu persatu anggota pasukan satu yang dirinya pimpin baik di dalam kafe maupun kelompok ganster.

"Baik selanjutnya adalah aku. Perkenalkan namku adaalah Ichiro Sekimura, di kafe aku memegang posisi sebagai kepala chef dan didalam kelompok ganster aku memegang posisi sebagai ketua dari pasukan tim dua." Ucap Ichiro memperkenalkan diirnya kepada Azami dan Yuri lalu dirinya pun juga memperkenalkan satu persatu anggota pasukan dua yang dirinya pimpin.

Setelah acara memperkenalkan diri pada satu sama lain selesai. Juza mempersilahkan para anggota intinya untuk kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing karena hari ini kafe sedang diliburkan untuk menyambut Azami yang baru saja keluar dari rumah sakit.

Kini diruang pertemuan hanya tersisah Juza dan Azami saja, karena Yuri ikut pergi bersama Goshi dan beberapa anggota inti lain untuk menghabiskan waktu bersama.

"Ah, Azami-kun. Aku lupa untuk memberitahukan dimana kamar mu berada." Ucap Juza membuat Azami langsung meolehkan kepala kearahnya.

"Mari ikut aku, aku akan mengantar mu menuju kamar sementara mu disini."

Azami yang melihat Juza berjalan menuju pintu keluar ruang pertemuan pun segera berjalan menyusul Juza yang ternyata menuju lantai dua.

"Ini adalah kamar mu. Lalu disebelah kiri mu adalah kamar milik Yuri dan di sebelah kanan mu adalah kamar milik ku." Ujar Juza menunjuk pintu kamar milik Yuri dan miliknya.

"Semua ruangan dirumah ini bukan ruangan kedap suara, namun orang yang berada diluar maupun didalam ruangan tidak dapat mendengar begitu jelas apa yang sedang terjadi dialam maupun diluar ruangan."

"Usahakan juga kau selalu mengetuk pintu jika ingin memasuki ruangan milik siapa pun di rumah ini."

Azami pun menganggukan kepalanya mengerti.

"Untuk semua anggota inti tadi, mereka tinggal di dalam rumah ini dan kamar mereka berada di lantai ketiga dan empat."

"Lalu untuk selain anggota inti, mereka tinggal di mension yang berada tepat di sebelah bangunan rumah ini."

Azami kembali menganggukan kepalanya mengerti.

Juza yang melihat Azami menganggukan kepalanya mengerti pun berjalan menghampiri Azami dan mengulurkan kedua tangannya tepat datas kedua pundak milik Azami.

"Dan sangat pastikan dirimu tidak begitu berdekatan dengan anggota gangster yang bukan merupakan anggota inti. Karena kita tidak ada yang tahu apakah mereka semua benar-benar dapat dipercaya atau tidak."


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C10
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login