Download App
71.79% Tetanggaku Yang Seram / Chapter 56: Balasan

Chapter 56: Balasan

Alice keluar dari dalam mobil Felix dengan  wajah yang sumeringah.

"Aku langsung pulang, ya! Sampai bertemu besok!" tukas Felix seraya melambaikan tangannya kearah Alice.

"Iya!" sahut Alice sambil tersenyum.

Mobil Felix melaju meninggalkan area rumah Bella, kemudian Alice mulai memasuki gerbang.

Baru saja ia memutar knop pintu, tiba-tiba Carlos datang.

"Alice," panggil Carlos.

Alice menengok dengan raut wajah yang kesal.

"Kamu lagi!" bentak Alice.

"Kenapa kamu selalu berbicar dengan nada kasar kepadaku?" protes Carlos.

"Tentu saja! Dan semua itu karena kedua telingamu yang tak berfungsi dengan baik!" sengut Alice.

"Hei, apa maksudmu?" tanya Carlos.

Dengan senyuman sinis dan tangan yang bertolak pinggang, Alice menjawabnya.

"Berapa kali aku bilang jangan mengusikku lagi! Kenapa kamu masih menggangguku saja, Carlos!" tegas Alice.

"Aku tidak akan berhenti sampai  aku mendapatkan kamu lagi, Alice!" jawab Carlos.

"Lupakan  aku!" bentak Alice.

"Tidak akan!" sahut Carlos.

"Yasudah! Aku tidak peduli!" Alice membuka pintu itu kemudian masuk ke dalam, tak lupa dia mengunci pintu dengan rapat.

"Alice! Alice! Tolong buka pintunya!" teriak Carlos seraya mengetuk-ngetuk pintu rumah itu.

Namun tak ada respon dari Alice, dia sudah terlanjur murka, dan tidak mau berbicara lebih lama dengan Carlos.

Mungkin  jika Carlos tidak mengejar dirinya lagi, Alice akan bersikap baik terhadap Carlos. Dia akan memaafkan semua kesalahan suaminya.

Dengan catatan tidak saling mengganggu satu sama lain.

Akan tetapi Carlos malah berbalik mengejar Alice lagi, di saat hati wanita itu benar-benar sudah mati untuk mencintai Carlos.

Sekarang hati Alice sudah dimilik oleh Felix, dan itu tidak akan bisa diganggu-gugat lagi.

Alice tidak habis pikir mengapa ada manusia seperti Carlos.

Dulu ia menghancurkan hatinya karena berselingkuh, dan sekarang kembali datang dan membuat hari-hari Alice benar-benar tidak nyaman.

Entah dengan cara apa untuk membuat Carlos berhenti mengejarnya, Alice  benar-benar pusing.

Alice masih berdiri dan menyandarkan punggungnya di depan pintu, suara brisik Carlos masih terdengar.

"Dasar, pria tidak tahu diri! Aku tidak tahu mengapa dulu aku bisa bertemu dan jatuh cinta kepada pria itu!" ujar Alice dengan penuh kekesalan.

Dia menggelengkan kepalanya, "Ah, biarkan saja. Kalau dia masih berusaha mengetuk pintu itu. Aku mau lihat seberapa kuat tangan dan mulutnya yang terus berteriak memanggilku!" ujarnya seraya berlalu pergi dan masuk ke dalam kamar.

***

Beberapa saat kemudian, benar-benar tak ada respon dari Alice, Carlos sudah mulai lelah. Tidak ada gunanya ia melakukan  ini. Alice sudah tidak peduli sama sekali.

Cerlos akhirnya menyerah, dia berhenti mengetuk pintu dan tidak lagi memanggil nama Alice.

Dia memilih pergi. Hari ini pun dia harus pulang dengan tangan kosong. Kesabarannya benar-benar sedang diuji.

Saat hendak memasuki mobil, ia berpapasan dengan Bella.

Akan tetapi Bella tidak menegur Carlos, wanita itu berjalan begitu saja.

Bella sebenarnya merasa kasihan terhadap Carlos. Namun ia enggan berbicara atau menasehati pria itu lagi, dia tidak mau kejadian tadi pagi akan terulang kembali, dan Carlos membentaknya lagi.

Namun di saya Bella terdiam, Carlos malah memanggilnya.

"Bella," Suara Carlos terdengar pelan.

Bella yang awalnya tidak berniat berbicara, akhirnya menghentikan langkah kakinya.

"Iya, ada apa?" tanya Bella.

"Kenapa kamu tidak menyapaku? Apa kamu masih marah?" tanya Carlos.

Bella menggelengkan kepalanya. "Tidak." Jawabnya singkat.

"Sekali lagi aku minta maaf untuk yang tadi pagi. Karena aku sudah membentakmu," kata Carlos. Bella menganggukkan kepalanya, kemudian wanita itu masuk dalam rumah.

Carlos masih merasa kurang nyaman dengan sikap Bella yang dingin dan cuek ini.

Biasanya wanita itu meski tidak mendukung seratus persen hubungannya dengan Alice, setidaknya Bella masih menghargainya, wanita itu selalu menyapa dan mau menasehatinya.

Kejadian tadi pagi telah mengubah keadaan. Meski Carlos sudah meminta maaf, dan Bella juga sudah memaafkannya.

"Ah, aku ini memang bodoh sekali!"

"Aku tidak bisa menjaga emosiku. Padahal Bella selama ini baik kepadaku, kalau sampai dia ikut membenciku, maka semakin tipis pula kesempatanku untuk mendapatkan Alice," gumam Carlos.

Dia pun melesat dari area rumah itu dengan mobilnya.

*****

Di rumah sakit.

Caroline akan pulang hari ini, dibantu oleh sang Ibu, dia, berjalan dengan kursi rodanya.

Dan raut wajahnya masih terlihat kesal serta kecewa. Ini semua karena Carlos, yang benar-benar tak datang menjenguknya di rumah sakit. Padahal pria itu satu-satunya orang yang sangat ia cintai. Dan hanya Carlos yang paling ia nantikan untuk selalu ada di dekatnya.

Namun pria itu benar-benar sudah mati rasa terhadapnya.

"Dasar, Carlos sialan!" ucapnya seraya menangis. Hal itu sampai membuat Ella menghentikan kursi rodanya.

"Carol, kamu itu kenapa?" tanya wanita paruh baya itu dengan sabar.

Caroline tidak menjawab, dan dia mendengus kesal dengan bibir merengut di atas kursi roda.

"Nak, Carlos itu masih di luar kota, kamu harus sabar," tukas Ella.

Caroline memalingkan wajahnya dari sang Ibu.

Dia melirik ke bagian kakinya yang saat ini belum  bisa berjalan dengan baik.

"Kaki sialan! Kenapa harus patah di saat yang tidak tepat? Kalau begini Carlos akan dengan mudah mendekati Alice!" ucap Caroline. Lagi-lagi Ella sampai kaget dibuatnya.

"Alice? Apa sedang ada masalah dengan hubunganmu bersama Carlos?" desak Ella.

Caroline pun tak bisa mengelak lagi, dan terpaksa menjawab pertanyaan dari Ella. Niat hati akan menutupi permasalahannya dengan Carlos, akhirnya ia membongkarnya juga di depan sang Ibu.

"Benar, Bu! Aku dan Carlos sudah putus!" jawab Caroline.

"Apa?!" Wanita paruh baya itu sampai kaget mendengarnya.

"Jadi kalian ini sudah putus?" tanya Ella memastikan. Caroline menjawabnya dengan anggukkan kepala.

"Iya. Dan semua ini gara-gara Alice!"

"Tunggu! Maksudnya Alice sahabatmu itu?"

"Iya, Bu! Prempuan Jalang itu, telah menggoda Carlos, hingga pria itu tak mencintaiku lagi!" jelas Caroline dengan air mata berderai.

Ella hanya bisa menghela napas panjang seraya mengusap dada. Dia tidak tahu harus berekspresi apa.

Karena dia tahu tindakan putrinya yang telah berselingkuh dengan Carlos adalah salah.

Terlebih Carlos adalah suaminya Alice yang jelas-jelas sahabat Caroline sendiri.

Namun saat itu Ella tidak bisa marah dengan Caroline, semua telah terjadi dan Alice sudah terlanjur cerai dengan Carlos.

Dia berpikir jika ini sudah menjadi takdir, jika putrinya dengan Carlos itu berjodoh.

Namun saat ia mengetahui Carlos mencampakan Caroline demi Alice, hal itu seperti sebuah karma bagi putrinya.

Namun Ella juga tidak bisa mengatakan ini kepada Caroline.

Bagaimana pun putrinya sangat mencintai pria itu  dan dia tidak mau Caroline akan bertambah marah dan bersedih jika Ella mengatakan ini semua adalah balasan untuk Caroline.

To be continued


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C56
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login