Download App
11.16% Terjebak Pernikahan Mr. Arrogant / Chapter 25: Amarah Ibu mertua

Chapter 25: Amarah Ibu mertua

Setelah Hardiem mendengar semua pernyataan yang Queen katakan. Ia merasa tidak tega lalu ia mencoba mengusap bahu gadis itu dengan sebelah tangannya. Walaupun tindakannya itu membuat Darrel melihatnya dengan tajam.

"Semuanya bukan salahmu, Queen. Memang sudah takdirnya seperti ini. Jadi jangan salahkan dirimu sendiri. Kita doakan saja supaya Daniel cepat sembuh dan dia bisa mengingat kita semua. Oh ya bagaimana jika nantinya kalian tinggal saja di rumah sambil menunggu Daniel sembuh. Aku hanya tidak ingin jika kamu kesusahan apalagi di mansion mu ada seorang ... wanita," ungkap Hardiem.

"Tidak bisa! Queen tidak boleh tinggal di mansion mu. Dia hanya akan tinggal di mansion-nya. Lagipula aku yakin Queen bisa menjaga suaminya, dan aku juga akan menjaga mereka, jadi kamu tenangnya saja," timpal Darrel dengan cepat.

"Hey! Memangnya kamu siapa? Sampai mengatur kehidupan keluarga kami," sahut Hardiem dengan ketus.

"Saya sahabatnya Queen, jadi artinya saya adalah salah satu keluarganya. Jadi saya tidak akan membiarkan kamu membawa Queen tinggal di sana. Pasti nanti kalian akan menyakitinya sama seperti adikmu itu. Saya tidak akan segan-segan mencegahnya." Darrel menjawab dengan jelas seakan menjadi pahlawan kesiangan.

"Oh ... hanya seorang sahabat sudah mengatur seperti ini. Katakan, Queen. Apa benar dia itu sahabatmu atau jangan-jangan dia pria yang tidak tahu malu," sahut Hardiem tanpa ingin kalah.

"Duh ... kalian berdua. Sudah-sudah aku akan memutuskan untuk tinggal di mansion ku, Kakak ipar. Lagipula aku tidak ingin membuat Mami repot," ucap Queen mengambil keputusannya sampai membuat Darrel tersenyum.

"Nah ... denger kan apa yang barusan Queen katakan. Anda sudah kalah," ejek Darrel seraya tersenyum kikuk.

"Ya sudah kalau memang harus begitu, baiklah aku juga akan tinggal di mansion mu, lalu berangkat ke kantor mulai dari sana. Pasti Mami akan menyetujuinya. Queen, kuharap kamu tidak keberatan," cakap Hardiem tanpa ingin penolakan.

"Ya sudah kalau begitu aku juga akan tinggal di sana. Queen, ingat jabatan ku sudah naik dari teman jadi sahabat. Jadi jangan melarang ku," tegas Darrel.

"Heh! Apa hak mu tinggal di rumah adik ipar ku?!" geram Hardiem seraya menarik kerah baju milik Darrel.

"Lu mau ngelawan sama gue?! Gue enggak takut!" balas Darrel.

Melihat dua orang yang sedang saling bertengkar di rumah sakit. Sampai membuat Queen malu di saat mereka bertiga menjadi perhatian semua orang. Lalu Queen memutuskan untuk pergi meninggalkan dua orang yang sibuk bertengkar.

Queen memasuki ruangan suaminya di rawat. Ia lalu duduk di sampingnya sembari menatap Daniel yang belum juga sadar. Sampai akhirnya kedua pria yang sedari tadi bertengkar memutuskan untuk ikut masuk.

Hardian tidak tega melihat adiknya sedang terbaring lemah sampai hatinya berkata. 'Gue kadang kesel kalau lihat lu lagi cuek bahkan enggak peduli sama orang lain, tapi di saat ngelihat lu seperti ini justru gue pengen lu cepat-cepat sembuh.'

Saat itupun tiba-tiba kring ... Kring .... Kring. Dering ponsel membuat Hardiem terkejut. Lalu ia melangkah sedikit menjauh.

"Mami? Tumben Mami telepon," gumam Hardiem, saat melihat nama panggilan di ponselnya. Lalu ia pun menjawab.

"Iya, Hallo, Mami. Ada apa?"

"Kamu lagi di mana sih? Mami kirim pesan kamu enggak bales. Mami itu mau ajak kamu ke butik soalnya Papi kamu lagi sibuk sama kerjaannya jadi Mami enggak ada teman," ucap Mami lewat ponsel.

"Yah ... teman-teman arisan Mami kemana? Hardiem lagi di rumah sakit jadi enggak bisa pulang. Mungkin malam ini Hardiem nginap di sini."

"Apa? Rumah sakit? Siapa yang sakit, Nak?" tanya Mami mulai khawatir.

Mendengar pertanyaan dari mamanya membuat Hardiem menepuk jidatnya sendiri. Lalu batinnya berkata. 'Aduh ... bisa-bisanya malah kecoplosan! Apa gue bilang yang sejujurnya aja ya? Kalau pun bohong nanti lama-lama pasti Mami bakalan curiga pas Daniel menghilang. Ya udahlah kasian juga kalau harus bohong.'

"Em, Anu, Mami. Sebenarnya Daniel kecelakaan, terus sekarang Hardiem udah di sini bareng Queen juga. Tapi, Mami jangan khawatir Daniel udah ditangani sama Dokter."

"Ya ampun! Ya sudah kirimkan lokasinya sekarang biar Mami sama Papi langsung kesana."

"Enggak payah Hardiem jemput 'kan, Mi?"

"Enggak usah, Nak. Nanti Mami suruh Papi kamu buat berhenti kerja. Ya sudah Mami tutup ya."

Lalu Hardiem kembali ketempat Daniel dirawat. Namun, saat itu tatapan Queen curiga hingga membuatnya penasaran.

"Um, Kakak ipar, siapa yang telepon?" tanya Queen.

"Mami, katanya Mami juga bakalan kesini," sahut Hardiem.

'Bagaimana aku harus mengatakannya pada Mami? Kalau sebenarnya kecelakaan ini karena diriku. Semoga saja setelah aku jujur Mami mau mengerti,' batin Queen.

Kecemasan hatinya sungguh membuatnya tidak bisa tenang. Namun, ia mencoba tetap tenang meskipun keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Lalu sekitar satu jam berada di sana tiba-tiba Mami dan Papi akhirnya datang untuk berkunjung melihat anaknya. Tanpa tunggu lama, Mami langsung memeluk Daniel melihat Daniel masih terbaring tidak berdaya.

"Ya ampun, Nak. Kenapa kamu bisa seperti ini? Queen, apa yang sebenarnya terjadi dengan suamimu?" tanya Mami.

"Um, sebenarnya-"

"Mami, waktu itu kami tidak tahu kenapa sampai Daniel bisa seperti ini. Saat kami temui dia sudah berada di jalan dengan keadaan seperti ini," timpal Hardiem yang langsung memotong ucapan Queen.

"Bukan seperti itu, Mami. Semuanya salahku. Saat itu aku pergi dari rumah tanpa berkata apapun lalu Daniel mencari ku, tapi semuanya terjadi begitu cepat hingga akhirnya Daniel terhantam mobil lain di saat dia meneriaki namaku. Maafkan aku, Mami," sahut Queen.

'Aku harus jujur karena bagaimanapun aku yang salah di sini. Jika aku tidak jujur justru hatiku tidak akan tenang. Kakak ipar begitu baik sampai dia mencoba membohongi mamanya,' batin Queen.

Setelah Mami mendengar semua pernyataan yang keluar dari Hardian dan Queen berbeda. Ia sangat marah sampai akhirnya sebuah tamparan mendarat dengan sangat keras di pipi Queen. Hingga membuatnya berpaling.

"Kamu benar-benar istri yang tidak tahu diri. Harusnya sebelum pergi kamu beritahu kepada suamimu dulu sebelum kamu pergi. Lihat sekarang atas kesalahanmu sampai membuat anak saya terluka. Saya benar-benar kecewa telah merestui hubunganmu dengan anak saya. Harusnya dari dulu saya tidak menyetujuinya. Mulai detik ini jangan mendekati anak saya lagi, dan saya akan pastikan hubungan pernikahan kalian akan berakhir!" bentak Mami dengan begitu kasar.

Hardiem, Darrel, dan Papa. Begitu terkejut melihat Queen ditampar oleh mertuanya. Lalu Papa yang sedari tadi hanya diam menarik tubuh istrinya agar sedikit menjauh.

"Jangan seperti itu dengan menantu kita. Bukankah dia itu anakmu juga apalagi kamu sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Semua yang sudah terjadi kita ambil pelajaran dan jangan menyalahkannya. Kasian dia, dia juga tidak ingin suaminya terluka seperti ini. Sudah sebaiknya kita keluar daripada membuat keributan di ruangan ini," timpal Papa.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C25
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login